Survei Litbang “Kompas”: Kinerja Jokowi Dinilai Pemilih Mula Lebih Tinggi
Berbeda dengan para pemilih umumnya, para pemilih mula cenderung memberikan apresiasi yang lebih tinggi terhadap segenap kinerja kabinet pemerintahan. Apa alasannya?
Tatkala publik menilai kinerja kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo, periode kali ini gambaran peningkatan ketidakpuasan yang tergambarkan. Sebaliknya, apresiasi masyarakat cenderung menurun, dan bahkan sepanjang tahun 2022 ini mencapai titik terendah.
Hasil survei periode terakhir menunjukkan, 62,1 persen menyatakan “puas”. Dibandingkan dengan survei periode sebelumnya, artinya dalam tahun ini penurunan apresiasi sudah mencapai 11,8 persen. Penurunan demikian tergolong mengkhawatirkan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Terlebih, penurunan kepuasan publik tampak pada sebagian besar bidang persoalan. Dari sekitar 20 indikator persoalan yang dinilai, hanya dua indikator yang mencatatkan peningkatan positif, empat indikator relatif tetap, dan 13 lainnya terjadi penurunan kepuasan.
Dari berbagai penurunan yang dirasakan, kinerja di bidang penegakan hukum paling signifikan perubahannya. Pada survei kali ini, tinggal separuh bagian responden saja yang menyatakan rasa puas mereka. Padahal, awal tahun 2022, masih dua pertiga bagian responden yang menyatakan puas pada kinerja penegakan hukum. Setelah itu kepuasan publik menurun drastis. Pada sisi sebaliknya, ekspresi ketidakpuasan terlihat semakin membesar.
Pada sisi lain, rendahnya apresiasi publik terhadap kinerja pemerintahan semakin diperparah pula oleh problem-problem dalam bidang perekonomian. Hasil survei mengungkapkan, kondisi perekonomian yang dialami masyarakat belum juga beranjak baik. Saat ini, kepuasan publik tidak bergerak.
Hanya sekitar 50,8 persen responden saja yang menyatakan rasa puas terhadap kinerja kabinet dalam mengatasi kondisi perekonomian negeri. Padahal, pada survei periode Januari 2022 lalu, tidak kurang dari 64,8 persen yang mengungkapkan rasa puas mereka.
Di tengah tekanan persoalan penegakan hukum dan perekonomian negeri, menariknya terdapat pula dua bidang kinerja pemerintah yang justru mendapat respons positif publik. Terhadap kinerja kabinet dalam mengatasi persoalan politik keamanan dan kesejahteraan sosial, rasa puas diungkapkan hampir tiga perempat bagian responden.
Khusus di bidang kesejahteraan sosial, misalnya, upaya pemerintah dalam mengatasi problem kesehatan masyarakat dan kinerja bidang pendidikan dinilai semakin memuaskan. Sementara dari sisi politik dan keamanan, upaya membangun sikap menghargai perbedaan dalam masyarakat menjadi indikator yang dinilai paling memuaskan.
Akan tetapi, penurunan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah menjadi tampak berbeda dalam benak para pemilih mula. Berdasarkan hasil survei, derajat apresiasi kalangan pemilih mula, mereka yang berusia pada kisaran 17-19 tahun, justru tinggi. Tidak kurang dari 71,9 persen responden pemilih mula menyatakan “puas” terhadap kinerja pemerintahan. Sebaliknya 28,1 persen yang merasa “tidak puas”.
Pada sebagian besar bidang persoalan yang dinilai, apresiasi juga tampak positif yang sekaligus membedakan dengan besar kecilnya derajat penilaian keseluruhan publik. Sebagai gambaran, terkait dengan persoalan penegakan hukum, yang menjadi titik permasalahan terbesar ketidakpuasan publik pada kabinet, kecenderungan rasa puas yang lebih besar ditunjukkan ketimbang ketidakpuasan masyarakat umumnya.
Persoalan-persoalan pelik yang menjadi tantangan bangsa ini di bidang perekonomian, bagi para pemilih mula justru disikapi secara positif. Dalam survei ini, tidak kurang dua pertiga bagian responden pemilih mula justru mengapresiasi kinerja pemerintah. Padahal, jika ukuran yang sama ditujukan pada segenap responden, separuh bagian saja yang menyatakan puas.
Terhadap bidang persoalan lain yang mendapat penilaian positif masyarakat, bagi para pemilih mula menjadi lebih tinggi lagi apresiasinya. Kinerja pemerintah dalam bidang politik dan keamanan, misalnya, rasa puas dinyatakan oleh lebih dari tiga perempat bagian (77,3 persen) pemilih mula. Penilaian terhadap persoalan yang sama diekspresikan oleh sekitar 74,6 persen masyarakat.
Perbedaan paling signifikan tampak pada penilaian terhadap kinerja di bidang kesejahteraan sosial. Hampir sekitar sembilan dari 10 pemilih mula menyatakan rasa puas mereka. Bagi kalangan pemilih mula, pengakuan terbesar capaian pemerintah tampak pada bidang kesejahteraan sosial, seperti kesehatan dan pendidikan. Kedua bidang ini, terkait dengan kondisi-kondisi masa pandemi dan pendidikan yang mereka nikmati, jelas bersentuhan langsung dengan kehidupan keseharian mereka.
Tingginya apresiasi kalangan pemilih mula terhadap kinerja kabinet pemerintahan Jokowi menjadi pembeda terhadap penilaian umumnya masyarakat. Menjadi persoalan, faktor apa yang menjadi penyebab tingginya penilaian mereka?
Beberapa alasan diperkirakan mendasari penilaian kalangan pemilih mula, sekaligus menjadi pembeda dengan penilaian masyarakat umumnya. Dari sisi kemandirian ekonomi, misalnya, para pemilih mula dalam kajian ini terkelompokkan sebagai kalangan yang belum memiliki penghasilan. Keseharian aktivitas mereka, bagian terbesar, masih duduk dalam bangku pendidikan formal.
Dalam kehidupan ekonomi keseharian, kalangan ini bergantung sepenuhnya pada pihak lain, khususnya orang tua. Pada posisi demikian, kecenderungan penilaian yang lebih puas dapat terjadi lantaran beban ekonomi tidak dalam pundak mereka. Dalam menilai kinerja pemerintah dalam perekonomian, misalnya, tampak jelas jika apresiasi lebih tinggi ditunjukkan ketimbang ketidakpuasan atas fakta riil terhadap terjadinya kenaikan harga-harga barang kebutuhan.
Pada sisi lain, khususnya dari sisi politik, kalangan pemilih mula yang baru pertama kalinya masuk dalam dunia perpolitikkan, menjadi kalangan yang relatif belum terpengaruh pada berbagai kekuatan politik. Apa yang menjadi ekspresi mereka, bisa jadi seperti dalam konsepsi tabula rasa yang dikenalkan John Locke (1689), suatu kertas putih kosong yang hanya berupa sikap politik bawaan dan sama sekali belum bersentuhan dengan goresan pengetahuan, pengalaman, hingga berbagai pengaruh eksternal pada dirinya.
Hanya saja, pada pemandangan lain, begitu kuatnya intensitas pemanfaatan media sosial oleh kalangan pemilih mula, seperti juga ditunjukkan dalam survei ini, menjadi gambaran dari sumber-sumber informasi rujukan mereka. Artinya, sekalipun masih menjadi pemula dalam perpolitikkan, intensitas persentuhan mereka yang sedemikian padat dengan media sosial menjadi pembobot terhadap pola pemahaman dan penyikapan mereka pada setiap persoalan yang dibahas.
Baca juga: Konsolidasi Kabinet Menjadi Tuntutan
Dengan berbagai ragam alasan pembenaran inilah para pemilih mula menyatakan ekspresi penilaian mereka pada kinerja kabinet. Namun, di balik semua alasan yang saling bertaut tersebut, satu sisi yang tidak dapat dikesampingkan, selain kinerja, citra Presiden Joko Widodo pun masih sedemikian tinggi di mata mereka.
Setidaknya, tiga perempat bagian pemilih mula menyatakan positif. Hal ini pula yang pada gilirannya turut menjadi sandaran pilihan mereka terhadap model karakter kepemimpinan calon presiden mendatang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Prediksi Arah Penilaian Publik pada Kinerja Jokowi