Bagaimana elektabilitas bakal calon presiden jika hanya ada empat calon dan bagaimana jika hanya ada tiga calon? Dari simulasi yang ”Kompas” lakukan, dengan empat atau tiga calon, tak ada kandidat yang dominan.
Oleh
Reza Felix Citra
·5 menit baca
Simulasi elektabilitas dengan empat calon menunjukkan Anies mendapat 25,6 persen, Ganjar 33,6 persen, Prabowo 27,3 persen, dan Ridwan 13,5 persen.
Simulasi elektabilitas dengan tiga calon menunjukkan Anies mendapat 29 persen, Ganjar 38,9 persen, dan Prabowo 32,1 persen.
Belum ada calon yang memiliki elektabilitas dominan.
Perpindahan dukungan pemilih dari satu bakal calon presiden ke calon lainnya bisa terjadi apabila bakal calon yang dijagokan akhirnya tidak mendapat tiket pencalonan untuk menjadi calon presiden. Secara alami, pendukungnya akan mengalihkan dukungan ke calon yang lain, atau bisa juga memutuskan tidak memilih siapa pun.
Strategi merebut suara limpahan ini bisa menentukan kemenangan salah satu capres. Dalam konteks ini, bisa saja ia berhasil merebut total suara limpahan terbesar, atau berhasil merangkul kandidat-kandidat kuat lainnya.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode Oktober 2022, kandidat yang berhasil meraih dukungan terbesar adalah Ganjar Pranowo (23,2 persen), disusul Prabowo Subianto (17,6 persen) dan Anies Baswedan (16,5 persen). Dibandingkan dengan survei sebelumnya (Juni 2022), telah terjadi peningkatan cukup signifikan pada Anies (naik 3,9 persen) dan penurunan pada Prabowo (turun 7,7 persen), sedangkan untuk Ganjar hanya terjadi peningkatan tipis (naik 1,2 persen).
Selain ketiga calon tersebut, sebenarnya masih dimungkinkan ada calon lain untuk masuk ke bursa pencalonan. Merujuk ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, terkait dengan ambang batas pencalonan presiden, yakni 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional, di atas kertas masih memungkinkan yang akan bertarung di Pilpres 2024 adalah empat pasangan calon.
Lalu, siapa calon keempat di luar Ganjar, Prabowo, dan Anies? Jika melihat urutan elektabilitas, calon keempat yang paling berpeluang adalah Ridwan Kamil (8,5 persen). Walaupun saat ini masih agak jauh tertinggal, peluangnya masih cukup besar karena elektabilitasnya melonjak cukup tinggi, yakni 5,1 persen selama tiga bulan terakhir. Selain itu, masih ada waktu lebih dari satu tahun sampai pendaftaran pasangan capres pada Oktober 2023 sehingga masih cukup waktu untuknya mengatasi ketertinggalan dari kandidat lain.
Di luar empat nama di atas, sebenarnya masih ada peluang juga bagi kandidat lain, tetapi mereka perlu segera bergerak agar bisa segera mengatasi ketertinggalannya. Jika tidak, kemungkinan untuk mengatasi ketertinggalan akan semakin tipis seiring dengan semakin dekatnya waktu pemilihan.
Apabila empat capres yang maju sesuai kehendak publik, dari hasil survei Litbang Kompas, maka muncul nama Ganjar, Prabowo, Anies, dan Ridwan. Selain mereka berempat, masih ada lebih kurang 25 calon lain yang totalnya 15,9 persen. Di luar itu, terdapat 18,3 persen responden yang belum menyebutkan calon pilihannya.
Simulasi yang dilakukan coba menghitung calon mana yang akan mendapatkan limpahan suara dari calon lainnya. Simulasi pertama adalah menghitung proporsi perpindahan suara dari calon lain (di luar keempat calon di atas) ke mereka berempat. Limpahan suara terbesar berhasil direbut Anies, yakni 2,9 persen, diikuti Prabowo (2,6 persen), Ganjar (2,1 persen), dan Ridwan Kamil (1,6 persen ). Hasil simulasi itu juga menunjukkan 3,5 persen suara masih berpindah ke calon lain di luar mereka berempat dan 3,2 persen menjawab tidak tahu/tidak akan memilih.
Selanjutnya dilakukan simulasi kedua dengan memindahkan semua sisa suara calon lainnya, dengan menggunakan proporsi perpindahan suara semua calon lainnya hanya ke empat calon di atas. Hasilnya, Prabowo mendapat limpahan suara terbanyak (1 persen), diikuti Ganjar (0,7 persen), Anies (0,6 persen), dan Kamil (0,4 persen), dan sisanya 0,8 persen menyatakan tidak tahu/tidak akan memilih.
Hasil akhir dari simulasi diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi hanya terhadap keempat calon. Ekstrapolasi adalah upaya memindahkan semua suara yang belum menentukan pilihan/rahasia/tidak memilih secara proporsional kepada hanya calon yang berkompetisi. Hasil ekstrapolasi menempatkan Ganjar Pranowo sebagai peraih suara terbanyak (33,6 persen), berikutnya Prabowo (27,3 persen), Anies (25,6 persen), dan Kamil (13,5 persen).
Melihat hasil ini, jika keempat calon di atas yang maju, kemungkinan besar pemilu presiden akan berlangsung dua putaran. Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945 menyebutkan, pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapat suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi presiden dan wakil presiden.
Sementara itu, UU No 7/2017 menjelaskan, apabila hal itu tidak terpenuhi, pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dipilih kembali secara langsung dalam pemilihan presiden dan wakil presiden.
Bagaimana jika hanya ada tiga calon yang maju dalam pemilihan presiden kelak? Cara yang sama bisa dilakukan untuk menghitung elektabilitas dari ketiga calon yang akan maju. Merujuk hasil survei Litbang Kompas, potensi terbesar ada pada Ganjar, Prabowo, dan Anies. Namun, masih ada 24,4 persen suara yang dimiliki calon lain di luar ketiga calon tersebut dan juga 18,3 persen suara yang belum menentukan pilihan (undecided voters).
Untuk itu, kembali dilakukan tahapan-tahapan simulasi seperti sebelumnya. Simulasi pertama dilakukan untuk mengalihkan suara calon lain kepada mereka bertiga, lalu sisa suara calon lain tersebut didistribusikan secara proporsional ke tiga calon di atas. Hasilnya adalah elektabilitas Ganjar meningkat dari awalnya 23,2 persen menjadi 29,1 persen. Prabowo dari 17,6 persen meningkat menjadi 23,9 persen. Adapun Anies dari 16,5 persen meningkat menjadi 21,7 persen. Sampai tahap ini jumlah undecided voters juga meningkat menjadi 25,3 persen.
Untuk melihat hasil akhir, kembali dilakukan ekstrapolasi sehingga didapat hasil simulasi tiga calon, yaitu Ganjar 38,9 persen, disusul Prabowo 32,1 persen, dan Anies 29 persen. Dari sini bisa disimpulkan belum ada calon yang bisa memenangi pilpres dalam satu putaran. Lebih jauh lagi, selisih elektabilitas antarcalon masih dalam batas kesalahan penelitian yang berarti keunggulan antarcalon belum mutlak dan dimungkinkan terjadi perubahan posisi antarcalon.
Untuk itu, rasanya setiap calon harus segera bergerak menyusun langkah-langkah strategis sehingga bisa memastikan keunggulannya dibandingkan dengan calon yang lain. Kelebihan individu calon bisa menjadi awal daya tarik tokoh mendapatkan simpati dari pemilih. Namun, kemampuan menggalang dukungan dari tokoh lain bisa menjadi opsi tercepat untuk meningkatkan elektabilitas. Tentu hal ini perlu juga didukung oleh partai sebagai penggerak yang terstruktur dan berjenjang sehingga pengenalan tokoh bisa lebih masif dan merata ke seluruh daerah di Indonesia.