Survei Litbang ”Kompas” pada Oktober 2022 mengindikasikan sejumlah sosok yang memiliki tingkat elektabilitas di papan tengah sebagai bakal calon presiden cukup dilirik responden untuk menjadi bakal calon wakil presiden.
Oleh
EREN MARSYUKRILLA, Litbang Kompas
·5 menit baca
Hasil Survei Nasional Kompas untuk periode Oktober 2022 masih menempatkan tiga sosok potensial capres dengan elektabilitas tertinggi, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Ridwan Kamil berada di urutan keempat dengan elektabilitas mencapai 8,2 persen.
Agus Harimurti Yudhoyono dan Sandiaga Uno menyusul dengan elektabilitas masing-masing 2,4 persen.
Kendati mengerucut pada tiga tokoh teratas, tingkat keterpilihan tokoh-tokoh potensial bakal calon presiden lainnya masih cukup dinamis dan patut diperhitungkan. Perluasan dukungan kepada tokoh papan tengah ini dapat menjadi alternatif pilihan, termasuk menjadi sosok kuat bakal calon wakil presiden.
Preferensi publik terhadap sosok capres kian kompetitif. Hasil Survei Nasional Kompas untuk periode Oktober 2022 masih menempatkan tiga sosok potensial capres dengan elektabilitas tertinggi, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Meski elektabilitas ketiganya jika diakumulasi menguasai separuh lebih bagian pilihan publik, elektabilitas tokoh-tokoh lainnya masih menunjukkan dinamika pergerakan yang patut diperhitungkan.
Sejauh ini, dalam tiga periode berturut-turut survei Kompas, sosok Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno secara konsisten mengisi elektabilitas capres papan tengah. Capaian elektabilitas ketiganya terus melampaui 2 persen.
Hasil survei terbaru periode Oktober 2022 menempatkan Ridwan Kamil pada urutan keempat elektabilitas capres dengan tingkat keterpilihan mencapai 8,2 persen. Angka ini menjadi capaian tertinggi Gubernur Jawa Barat itu dengan nilai kenaikan hampir 5 persen dari survei sebelumnya.
Sementara itu, nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyusul di bawahnya dengan capaian elektabilitas masing-masing sama, yakni 2,4 persen. Di luar itu, ada dua tokoh lain yang juga cukup berhasil bertahan membayangi peringkat elektabilitas capres di papan menengah ini. Sebut saja, dengan tingkat keterpilihan di atas 1 persen, yaitu Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Pilihan publik tentu masih sangat mungkin bergerak di luar dominasi tiga sosok teratas seiring perubahan konstelasi politik menuju Pemilu 2024, baik koalisi partai maupun deklarasi dukungan bakal capres. Potensi perluasan dukungan yang masih terbuka lebar itu menjadikan debut para tokoh bakal capres papan tengah sebagai alternatif pilihan masih patut diperhitungkan.
Hal itu tergambar dari hasil survei Litbang Kompas pada Oktober 2022 ini yang memetakan peralihan dukungan capres yang cukup deras mengalir kepada tokoh dengan elektabilitas menengah. Secara spesifik, analisis dilakukan dengan melihat peralihan dukungan jika sosok capres pilihan utamanya tak maju dalam gelanggang pemilihan presiden. Peralihan dukungan ini secara langsung juga mencerminkan irisan ceruk antarpemilih tokoh satu dan tokoh lainnya.
Sebesar 20,9 persen responden pemilih Anies akan mengalihkan dukungannya kepada Prabowo jika tokoh pilihannya itu tak maju dalam gelanggang pilpres mendatang. Adapun 13,9 persen lainnya menyatakan akan menggeser dukungannya kepada Ganjar. Selain itu, barisan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga terbaca secara merata akan memindahkan pilihan kepada tokoh capres yang ada di peringkat papan tengah, mulai dari Ridwan Kamil (12,9 persen), AHY (10,4 persen), dan Sandiaga Uno (9 persen).
Dalam kondisi serupa, jika tokoh yang didukung tak jadi melenggang dalam pemilihan presiden, pemilih Ganjar juga akan mengubah pilihannya ke sejumlah tokoh alternatif. Sebagian besar atau 16,6 persen pemilih Ganjar akan mengalihkan dukungannya kepada Ridwan Kamil yang notabene memiliki capaian elektabilitas masih terpaut jauh dari tiga besar posisi teratas. Sebagian lainnya, sebanyak 15,5 persen pendukung Ganjar akan mengubah dukungan kepada Prabowo. Sebesar 12 persen akan beralih mendukung Anies.
Sementara pergeseran dukungan dari barisan pemilih Prabowo lebih terkonsentrasi pada dua sosok yang sama-sama berada di papan atas. Sekitar seperlima bagian pendukung Prabowo menyatakan akan beralih mendukung Anies. Sementara itu, 16,3 persen lainnya mengaku akan mengalirkan dukungan untuk Ganjar. Selebihnya, dalam proporsi yang jauh lebih kecil, masing-masing sekitar 7 persen, dukungan dari pemilih Prabowo akan menyebar kepada AHY, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno.
Sosok cawapres
Segenap potensi peralihan alternatif dukungan tersebut semakin menegaskan posisi tawar sosok yang berada di papan tengah elektabilitas. Modal keterpilihan itu, diiringi dengan popularitas yang mumpuni, menjadikan sosok-sosok yang ada pada posisi tersebut kian diperhitungkan, termasuk sebagai kandidat kuat untuk menjadi cawapres.
Kehadiran sosok cawapres akan melengkapi kekuatan capres. Salah satu indikator penting yang dipertimbangkan ialah besaran dukungan potensial yang dimiliki sosok-sosok cawapres. Dalam konteks ini, besar kecilnya preferensi pemilih menjadi pertimbangan memilih cawapres. Semakin besar preferensi pendukungnya, semakin besar pula potensi tambahan yang akan didapat capres dari kehadiran sosok cawapres. Berdasarkan indikator ini, terdapat beberapa tokoh yang signifikan proporsi tingkat keterpilihannya, yaitu Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan AHY.
Sosok Ridwan Kamil, di luar tingkat keterpilihannya yang cukup potensial sebagai capres, kepala daerah berlatar belakang arsitek ini ternyata juga besar diharapkan dapat menjadi cawapres. Hasil survei terbaru menempatkan Ridwan Kamil di urutan pertama dengan tingkat keterpilihan 11,5 persen sebagai tokoh yang dinilai paling layak menjadi cawapres. Selain Ridwan Kamil, tokoh lain yang juga ramai digaungkan layak menjadi cawapres adalah Sandiaga Uno. Hanya terpaut sedikit, Sandiaga mendapat elektabilitas sebagai cawapres sebesar 10,6 persen.
Sementara itu, dua tokoh teratas dalam bursa capres, yakni Ganjar dan Anies, ternyata juga dinilai layak menjadi cawapres. Keterpilihan Anies sebagai cawapres berada di angka 9,3 persen dan Ganjar 7,3 persen. Dalam deretan lima besar tokoh potensial cawapres lainnya, muncul pula nama AHY dengan elektabilitas 6,6 persen. Dalam peta tingkat keterpilihan cawapres ini, sosok Prabowo justru hanya memperoleh elektabilitas 4,4 persen.
Menguatnya keterpilihan sosok Ridwan Kamil ataupun Sandiaga Uno untuk menjadi cawapres tidak terlepas dari apa yang dipersepsikan publik kepada tokoh terkait. Dalam konteks ini, tokoh papan menengah dari elektabilitas capres dianggap mampu menjadi sosok cawapres ideal yang berpeluang memberikan dampak kenaikan keterpilihan sebagai pasangan calon dalam pemilihan presiden.
Pada akhirnya, konfigurasi pilihan publik ke depan akan semakin matang bermuara, baik pada sosok capres maupun cawapres, sebagai kesatuan entitas pasangan calon dalam gelanggang pemilihan. Dengan demikian, dominasi keterpilihan yang menguat pada tiga tokoh capres teratas pada akhirnya membutuhkan sokongan elektoral dari figur cawapres. Figur-figur yang berada di papan tengah keterpilihan calon presiden ini bisa menjadi penentu arah kemenangan di Pemilu 2024.