Cycling de Jabar, Apresiasi dan Harapan Mekarnya Pesisir Selatan Jawa Barat
Ajang ”sport tourism” di Indonesia menambah daya dorong ekonomi regional. Bukan mustahil, konsistensi pelaksanaan Cycling de Jabar mampu meningkatkan geliat ekonomi Jabar selatan.
Panorama pantai menjadi suguhan utama pemandangan yang dinikmati peserta balap sepeda Cycling de Jabar 2022, seperti saat melintas di salah satu pantai di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022). Cycling de Jabar digelar salah satunya untuk mempromosikan potensi pariwisata, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan di wilayah pesisir Jawa Barat selatan.
Pesisir Selatan Jawa Barat menyimpan segudang potensi untuk menjadi tuan rumah ajang kegiatan olahraga bergengsi. Salah satunya berupa ajang balap sepeda berskala nasional ataupun internasional. Sejumlah perbaikan akses dan infrastruktur menjadi kunci penting agar Jabar selatan kian diminati untuk menyelenggarakan event bergengsi itu.
Jalan mulus dan rute menantang menghadirkan apresiasi dari peserta Cycling de Jabar 2022 pada Agustus lalu. Pemandangan laut dan alam yang membentang pun turut memanjakan mata peserta sembari mengayuh sepeda menuju garis akhir.
”Potensi jalur Jabar bagus. Pemandangan pantai dan lautnya indah. Jalanannya juga mulus,” ujar Putri Sefia Ardianti (18), peserta asal Bogor, Jabar (Kompas, 29 Agustus 2022).
Senada dengan Putri, mayoritas responden (91 persen) survei yang diadakan Litbang Kompas mengungkapkan keyakinannya bahwa Pesisir Selatan Jabar itu layak untuk menjadi tuan rumah ajang bergengsi skala nasional, bahkan internasional. Survei ini dilakukan kepada peserta lomba Cycling de Jabar 2022.
”Ke depan, semoga lokasi ini bisa lebih rutin menjadi tuan rumah kejuaraan sepeda nasional dan internasional,” ujar Putri. Apabila harapan itu terwujud, akan menambah daftar serta menguatkan sport tourism atau wisata olahraga di Jabar. Beberapa waktu belakangan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar sedang mengembangkan potensi sport tourism di wilayahnya.
Akhir Juli lalu, Pemprov Jabar menyelenggarakan lomba lari di Bandung, menggandeng salah satu produsen minuman kemasan ternama. Sebulan berikutnya, pada akhir Agustus 2022, di kawasan pesisir selatan, Pemprov Jabar mengadakan Cycling de Jabar.
Cycling de Jabar merupakan ajang balap sepeda debutan yang diadakan oleh Pemprov Jabar untuk mengembangkan sport tourism. Jika rute lomba lari biasanya hanya dalam satu kawasan wilayah, Cycling de Jabar hadir dengan rute sepanjang 319 kilometer yang melewati lebih banyak daerah. Sukabumi menjadi titik awal keberangkatan para peserta. Rute berlanjut melalui Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan berakhir di Pangandaran.
Dengan melibatkan lebih banyak wilayah, potensi dampak ekonominya pun diharapkan akan lebih besar. Sport tourism menjadi salah satu cara yang dipilih Pemprov Jabar untuk mengembalikan geliat ekonomi pascapandemi, khususnya di kawasan Jabar bagian Selatan.
Baca Juga: Cycling de Jabar 2022, Mengayuh Potensi Wisata Pesisir Selatan
Aktivitas wisata
Meski berbasis olahraga, balap sepeda dan sport tourism memiliki daya ungkit yang cukup kuat pada perekonomian. Sebagai contoh, Cycling de Jabar yang dilaksanakan selama tiga hari, termasuk persiapan peserta, turut melibatkan jasa penginapan. Dengan demikian, jasa pendukung, yakni penyedia makanan dan minuman pun turut terlibat. Lebih jauh, sektor pertanian sebagai penyedia asupan nutrisi dan transportasi pun turut bergerak.
Begitu pula dengan wisata. Mengacu pada konsepnya, sport tourism memang diadakan guna menggerakkan dua bidang sekaligus, yakni olahraga dan pariwisata. Hal tersebut diperkuat dengan keinginan lebih dari sepertiga responden yang mengaku memiliki agenda lain selain mengikuti balap sepeda, yakni jalan-jalan ke tempat wisata sekitar.
Mereka bahkan menyiapkan anggaran khusus untuk berwisata. Empat dari 10 responden menganggarkan dana sebesar Rp 1 juta-Rp 3 juta, sementara 33 persen lainnya menyiapkan dana kurang Rp 1 juta. Wajar saja jika berwisata menjadi agenda ”sampingan” para peserta balap sepeda itu. Pasalnya, wilayah pesisir selatan Jabar memang menyimpan segudang potensi wisata yang menarik.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Jabar tahun 2018, enam wilayah di Jabar selatan yang menjadi rute Cycling de Jabar memiliki sekitar seribu destinasi wisata. Wisata tersebut terdiri dari obyek wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
Geopark Ciletuh, Pelabuhanratu, dan Pantai Pangandaran menjadi contoh wisata yang cukup terkenal di Jabar selatan dengan panorama alam yang tak kalah menakjubkan dari puluhan destinasi prioritas di Indonesia. Mayoritas responden pun mengakui bahwa obyek wisata di Jabar bagian selatan sudah sesuai dengan ekspektasi mereka.
Selain berwisata, agenda lain yang dicari para peserta adalah makanan khas dan cendera mata. Sekitar seperlima responden mengagendakan ”kulineran” dan belanja suvenir sebagai kenang-kenangan. Sebagian besar responden pun menyisihkan dana ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk memborong cendera mata. Ragam aktivitas wisata ini berpotensi kembali meningkatkan gairah ekonomi Jabar selatan. Dengan kata lain, Cycling de Jabar dapat sebagai sarana promosi wisata khususnya di wilayah pesisir selatan.
Jika konsisten diselenggarakan, dampak dari sport tourism Cycling de Jabar dapat semakin meluas. Apalagi jika mampu menghadirkan peserta dan berbagai belahan dunia. Salah satu contoh nyata kesuksesan sport tourism dapat terlihat di Magelang. Ajang lomba lari Borobudur Marathon hasil kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bank Jateng, dan Kompas mampu menarik animo dari masyarakat luas, bahkan mengundang minat sejumlah peserta dari luar negeri.
Pada Borobudur Marathon 2019, tercatat lebih dari 10.000 peserta yang berasal dari 35 negara. Dampaknya pada perekonomian pun terbilang cukup mengagumkan. Merujuk catatan Kompas, jumlah wisatawan di Kabupaten Magelang meningkat 65 persen pada 2018 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Wisatawan domestik bertambah 63 persen, sementara wisatawan mancanegara meningkat dua kali lipat dari sebelumnya yang berjumlah 247.000 orang.
Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki sport tourism lain yang terbilang relatif bagus dan menarik minat banyak peserta. Agenda kegiatannya berupa olahraga balap sepeda yang berjuluk Tour de Singkarak di Sumatera Barat. Dimulai sejak tahun 2009, ajang balap sepeda tahunan itu telah diakui secara resmi oleh Persatuan Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste International) dan diikuti ribuan peserta dari puluhan negara. Bukan tidak mungkin, Cycling de Jabar pun mampu bertransformasi menjadi perhelatan sepeda kelas dunia dengan ribuan peserta dari berbagai belahan dunia seperti halnya Tour de Singkarak. Dampak ekonomi wisatanya tentu akan semakin berkembang lebih besar
Perbaikan
Kendati demikian, sejumlah perbaikan masih perlu dilakukan guna meningkatkan daya tarik wisatawan di Jabar selatan. Hampir separuh responden menyatakan bahwa infrastruktur dan sejumlah fasilitas publik lain, seperti tempat parkir, tempat ibadah, dan penunjuk arah, masih perlu dilengkapi dengan kualitas yang memadai.
Seperempat responden lainnya menyarankan agar perawatan obyek wisata lebih ditingkatkan. Salah satunya dengan menyediakan tempat sampah yang cukup agar kebersihan lokasi wisata lebih terjaga. Penyediaan tisu di dalam toilet juga disarankan oleh sejumlah responden.
Kurang terawatnya sejumlah lokasi wisata bisa jadi karena dampak pandemi. Lama vakum akibat pembatasan aktivitas membuat sejumlah sarana dan prasarana di tempat wisata terbengkalai. Merujuk data BPS Jabar, terjadi penurunan jumlah wisatawan hingga 40 persen di seluruh Jawa Barat sejak Covid-19 merajalela. Tak terkecuali di wilayah Jabar selatan. Oleh sebab itu, obyek wisata harus segera dibenahi dan dirawat lagi mengingat pandemi mulai mereda dan dunia wisata tampaknya akan kembali pulih.
Baca Juga: Momentum Menggaungkan Kembali ”Sport Tourism” Indonesia
Hal lain yang juga diungkapkan responden terkait wisata adalah sarana pendukung di sejumlah destinasi. Tiga dari 10 responden mengatakan perlunya penyesuaian harga tiket masuk serta kepantasan harga jajanan kuliner dan cendera mata yang lebih sesuai.
Sejumlah harapan itu perlu untuk segera diwujudkan. Pasalnya, hal-hal tersebut cukup dipertimbangkan oleh responden ketika mengunjungi suatu daerah. Separuh responden akan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur hingga sarana prasarana di tempat yang akan dikunjungi. Tak hanya jalan, tetapi juga ketersediaan transportasi, ATM, hingga minimarket pun menjadi faktor yang turut menjadi pertimbangan.
Infrastruktur pendukung lainnya yang menjadi pertimbangan para responden adalah jaringan internet. Saat ini, internet bukan lagi menjadi barang mewah, tetapi menjadi kebutuhan pokok bagi siapa saja. Di tempat wisata, pengunjung membutuhkan koneksi internet guna mengunggah aktivitas mereka selama berwisata. Dari unggahan tersebut penyedia wisata mendapatkan manfaat berupa promosi yang masif tanpa harus berbayar.
Selain mendukung promosi destinasi wisata, keberadaan jaringan internet sangat diperlukan untuk keperluan pekerjaan. Apalagi, kini kerja jarak jauh menjadi tren yang kian umum dilakukan banyak orang. Bukan tidak mungkin Jabar selatan mampu memikat pengunjung dengan mengombinasikan wisata dan pekerjaan, seperti work from Bali yang digaungkan oleh sejumlah menteri beberapa saat lalu. Oleh karena itu, fasilitas internet pun menjadi sangat penting untuk segera disediakan.
Terakhir, adalah event nasional. Keberadaan ajang bergengsi, terutama skala nasional, bahkan internasional, menjadi daya pikat tersendiri bagi seseorang untuk berkunjung ke luar daerah. Kini, Jabar selatan memiliki tambahan kegiatan untuk ditawarkan kepada calon pengunjung melalui ajang Cycling de Jabar. Kegiatan ini perlu dijaga dan dipelihara secara berkesinambungan dengan disertai pembenahan sejumlah infrastruktur dan penyediaan fasilitas yang memadai. Bukan tidak mungkin pesona wisata Jabar selatan akan kian dikenal dan menjadi destinasi favorit di masa-masa mendatang. (LITBANG KOMPAS)