Senyapnya Gerak Prabowo Subianto dan Gerindra di Media Sosial
Litbang ”Kompas” melakukan pemantauan media sosial dan media massa digital terkait tokoh-tokoh politik yang dikaitkan erat dengan Pemilihan Presiden 2024.
Prabowo Subianto mengumumkan kesediaannya menjadi calon presiden pada Pilpres 2024. Di media sosial, deklarasi Ketua Umum Partai Gerindra tersebut kurang mendapat sorotan warganet. Jika serius untuk kembali bertarung pada Pilpres 2024, tim sukses Prabowo harus meracik strategi yang ampuh di zaman kampanye digital saat ini.
Tagar #KamiSelaluAdadiSini menjadi jargon dari akun-akun medsos pendukung Prabowo Subianto, terutama dalam pencalonannya kembali menjadi kandidat presiden. Kalimat dalam tagar tersebut menyatakan kuatnya loyalitas pendukung Prabowo di panggung politik. Keputusan Prabowo untuk kembali maju menjadi capres disampaikan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra 2022 di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, 13 Agustus 2022.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Litbang Kompas melakukan pemantauan terhadap sosok Prabowo Subianto di medsos dan pemberitaan media digital melalui aplikasi Talkwalker selama sepekan (8-14 Agustus 2022). Hasilnya, percakapan warganet dan pemberitaan media massa terkait Prabowo Subianto mencapai 11.400 perbincangan dengan jumlah interaksi lebih dari 60.400 pengguna medsos. Jumlah tersebut terbilang relatif sedikit bagi tokoh politik yang sudah dikenal luas masyarakat.
Dilihat dari linimasa medsos, volume percakapan terkait Prabowo Subianto sebenarnya cenderung konsisten. Hanya saja, pada Sabtu, 13 Agustus 2022 pukul 17.00-18.00 WIB, tingkat percakapan naik secara eksponensial karena didorong pemberitaan seputar pencalonan kembali Prabowo dalam Pilpres 2024. Namun, pada Sabtu pukul 19.00-20.00, jumlah percakapan turun drastis.
Jika diperhatikan lebih detail, dalam rentang 1 jam, kenaikan percakapan dan pemberitaan terkait Prabowo Subianto di Sabtu sore tidak hanya seputar pencalonan dirinya. Ada dua hal lain yang juga menjadi topik percakapan. Pertama, perjanjian kerja sama antara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Rapimnas Partai Gerindra. Kedua, pemberitaan terkait Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang digadang-gadang menjadi pendamping Prabowo dalam Pilpres 2024.
Secara keseluruhan dalam sepekan, narasi positif terkait Prabowo di medsos cenderung lebih banyak dibandingkan dengan narasi negatif. Deklarasi kerja sama Partai Gerindra dan PKB serta pernyataan pencalonan Prabowo menjadi titik terang para pendukung setia Prabowo di medsos. Teka-teki pencalonan diri Prabowo menjadi capres sudah purna terpecahkan, sekaligus menjawab keraguan publik mengingat kegagalan di dua pilpres sebelumnya.
Bicara soal keraguan, inilah narasi negatif yang cenderung diangkat oleh akun-akun medsos yang antipati terhadap Prabowo ataupun Partai Gerindra. Komentar tokoh-tokoh yang tidak mendukung Prabowo dan kemudian diangkat oleh pemberitaan media daring pun turut menyumbangkan nada sumbang. Apalagi, kekecewaan pendukung Prabowo sebenarnya sudah muncul sejak bergabungnya Prabowo ke dalam jajaran kabinet Presiden Joko Widodo pada 2019.
Dari pantauan medsos, sepak terjang Prabowo sebagai Menteri Pertahanan RI lebih banyak terangkat daripada gerakan Prabowo di tubuh Partai Gerindra. Tentu saja, selain akun medsos Partai Gerindra, akun Kementerian Pertahanan RI (@Kemhan_RI) memiliki peran besar dalam mengangkat sepak terjang Prabowo selaku Menhan RI dan memengaruhi citranya di medsos. Tiap kunjungan, pertemuan penting, kehadiran di suatu acara internasional, dan pernyataan Prabowo menjadi materi konten yang rutin dibagikan Kemhan RI di berbagai akun medsosnya.
Senyap simpatisan
Pemetaan sumber percakapan terkait Prabowo Subianto terbilang menarik. Jika dilihat dari share of media types oleh Talkwalker, sebanyak 58,9 persen berasal dari Twitter. Persentase terbesar kedua sebesar 26,1 persen berasal dari situs atau laman berita media massa daring. Sekitar 15 persen sisanya berasal dari situs berita nonresmi, Youtube, dan platform digital lainnya.
Hal tersebut berbeda dari kalangan tokoh politik lainnya karena Twitter biasanya kurang mendominasi sumber percakapan terkait tokoh-tokoh politik. Artinya, media sosial masih belum menjadi locus dukungan dan kampanye para pendukung Prabowo.
Seperti yang sudah disebutkan, dua akun Twitter yang memberikan sumbangan besar untuk mengangkat citra Prabowo ialah @Kemhan_RI dan @Gerindra. Di belakang akun Partai Gerindra, juga terdapat belasan deretan akun Dewan Perwakilan Cabang Partai (DPC) Gerindra yang aktif dan rutin mengunggah konten dengan menampilkan sosok Prabowo. Akun-akun DPC Gerindra terlihat mendukung Prabowo dalam pencapresan 2024 nanti dengan mengunggah deklarasi dukungan sejak jauh-jauh hari, terutama di tahun ini.
Meskipun untuk sementara Twitter menjadi kontributor citra terbesar bagi Probowo, sayangnya tidak ada akun medsos pada platform ini yang secara kuat mampu menghimpun dukungan simpati bagi Prabowo. Sejauh ini belum ada akun-akun relawan, simpatisan, atau tim sukses (di luar akun bot) yang secara rutin dan aktif memberikan dukungannya kepada Prabowo. Ironisnya, akun-akun relawan yang dulu ada seakan hilang dari peredaran sejak kalahnya pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.
Pertanyaannya, mengapa gerak dukungan kepada Prabowo di medsos cenderung senyap? Salah satu faktor utamanya ialah kepasifan dan vakumnya komunikasi massa yang dilakukan oleh Prabowo di media sosial Twitter. Akun medsos Twitter milik Prabowo (@prabowo), terakhir kali mengunggah konten pada 25 April 2021 terkait ucapan belasungkawa atas tragedi KRI Nanggala 402.
Padahal, di akun medsos lainnya, seperti Facebook dan Instagram, akun resmi milik Prabowo terlihat lebih ”terpelihara”. Kedua akun di dua platform medsos itu terakhir kali mengunggah konten terkait Rapimnas Gerindra 2022 dan mendapat reaksi (like, comment, share) yang melimpah dari para pendukungnya. Tentu di kedua akun tersebut sepak terjang Prabowo, baik sebagai Menhan maupun Ketum Gerindra, lebih banyak diunggah dibandingkan dengan di Twitter atau platform medsos lainnya.
Citra yang gagah, bersahaja, dan menjalankan pengabdian sebagai menteri pertahanan menjadi kesan kuat yang diangkat oleh konten-konten tersebut. Di akun Facebook Prabowo, konten yang diunggah lebih banyak menampilkan sisi Prabowo yang aktif terlibat dalam gerak Partai Gerindra. Pada akun Instagram, sisi kehidupan personal dan kinerja sebagai Menhan yang lebih banyak diunggah.
Strategi
Dalam sejumlah survei elektabilitas tokoh capres 2024, nama Prabowo memiliki potensi keterpilihan yang tinggi dari para pendukung loyalnya. Meskipun begitu, gerak di lapangan untuk konteks politik saat ini tidaklah cukup. Kampanye di medsos perlu benar-benar diupayakan karena dari sanalah narasi terkait sosok suatu tokoh dapat terbentuk.
Terkait kampanye di medsos, Partai Gerindra perlu serius menggarap gerakan di Twitter. Bisa jadi, pihak Partai Gerindra selama ini memang fokus mengangkat citra Prabowo di medsos hanya melalui kanal Facebook dan Instagram yang kemungkinan besar menjadi basis medsos para pendukungnya. Namun, strategi ini perlu dievaluasi mengingat Twitter juga memiliki dampak besar bagi suatu isu dan memiliki potensi untuk menciptakan gerakan sosial di era ini.
Loyalitas pendukung Gerindra dan Prabowo Subianto memang menjadi modal utama, tetapi tim pemenangan juga perlu memikirkan para pemilih baru ataupun swing voters. Di atas kertas, kedua kelompok pemilih ini banyak terkumpul di generasi muda yang saat ini melek teknologi. Lihat saja, Citayam Fashion Week tidak akan sepopuler itu jika tidak didukung intensitas percakapan yang tinggi di Twitter dan Tiktok.
Bicara soal peluang kemenangan pada Pilpres 2024, tentu masih terbuka lebar bagi ketokohan Prabowo yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Ketangguhan Prabowo Subianto benar-benar terlihat jika dirinya nanti secara resmi mendaftar untuk keempat kalinya maju dalam kontestasi Pilpres. Pada 2009 sebagai cawapres bersama Megawati Soekarnoputri serta 2014 dan 2019 sebagai calon presiden berhadapan dengan Joko Widodo.
Faktor dukungan dari PKB saat ini dapat dimanfaatkan lebih optimal dalam menggalang kekuatan politik. Sosok Muhaimin Iskandar yang digadang-gadang akan menjadi cawapres cukup dikenal di medsos, baik melalui akun milik pribadinya maupun akun PKB. Namun, di lapangan, Cak Imin perlu meningkatkan tingkat keterpilihannya jika melihat hasil-hasil lembaga survei belakangan ini. Jadi, kolaborasi Gerindra-PKB dapat saling memperkuat basis dukungan, baik di tataran akar rumput ataupun ranah digital masing-masing partai.
Apalagi, hingga kini sesekali muncul isu bernada miring di medsos tentang kaderisasi dan regenerasi di tubuh partai. Hal ini perlu perlu ditepis dengan narasi-narasi yang membangun dan menyatukan lini kekuatan para pendukung. Medsos menjadi salah satu alternatif untuk menjalin komunikasi dan penguatan dalam menghadapi berita atau isu-isu negatif itu.
Fenomena itu menjadi tantangan tersendiri, setidaknya bagi Gerindra. Pasalnya, pada Pilpres 2024 nanti usia Prabowo sudah menginjak 74 tahun. Bukan tidak mungkin isu terkait regenerasi ketokohan akan kembali mengemuka. Tentu saja hal ini juga menjadi persoalan yang juga terjadi pada partai besar lainnya yang cenderung berpusat pada satu tokoh.
Terlepas dari berbagai tantangan itu, pernyataan mantap Prabowo untuk maju ke Pilpres 2024 sudah tersiar ke penjuru Indonesia. Pantauan dari pemonitoran media yang dilakukan lembaga Binokular sepanjang 13-14 Agustus 2022 juga menunjukkan pencalonan Prabowo membuat denyut pemberitaannya lebih banyak dibandingkan dengan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Dalam dua hari tersebut, ada 1.177 berita terkait Prabowo di portal berita, 55 berita di media cetak, dan 45 berita di media elektronik. Jumlah itu mengalahkan pemberitaan Ganjar (246 berita) dan Anies (115 berita) di portal berita, media cetak, dan media elektronik.
Tersiarnya berita pencalonan Prabowo ini harus segera ditangkap Partai Gerindra dan PKB dengan menyusun strategi tangkas untuk menguatkan basis pendukung militan dan meracik ulang formula kampanye di medsos bagi para pemilih muda. Pengalaman, rekam jejak, dan popularitas Prabowo masih perlu diramu dengan strategi tepat agar mangkus dan sangkil meningkatkan peluang keterpilihannya di Pilpres 2024. (LITBANG KOMPAS)