Berbagai Reaksi Dunia Hadapi Omicron
Negara-negara mulai bersiap mencegah transmisi masif Omicron, varian baru virus korona. Litbang ”Kompas” merangkum pemberitaan media internasional dalam menyorot penanganan dunia terhadap penyebaran Omicron.
Layaknya varian virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang direaksi cepat oleh negara-negara Eropa pada akhir 2020 lalu, varian baru bernama Omicron juga ditanggapi serupa. Sejumlah maskapai di Eropa mulai menutup perjalanan dari dan ke negara-negara sekitar Afrika Selatan. Akankah Omicron berhasil mengacak-acak dunia seperti Covid-19 sebelumnya?
Dari seluruh pemberitaan media internasional, The New York Times yang pertama kali mendudukan perkara terkait varian baru virus Covid-19 bernama Omicron ini. Melalui pemberitaan pada 26 November 2021 dan menyadur rilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), The New York Times menjelaskan bahwa Omicron adalah mutasi yang mungkin lebih menular, lebih ganas dari varian Delta, dan dapat membuat vaksin atau tindakan pencegahan lainnya menjadi kurang efektif.
Omicron yang muncul di Afrika Selatan tersebut dinamai berdasarkan huruf ke-15 dari alfabet Yunani. Sistem penamaan, yang diumumkan oleh WHO pada Mei 2021 bertujuan untuk membuat komunikasi publik tentang varian lebih mudah dan tidak membingungkan. Misalnya, varian yang muncul di India tidak populer dengan nama B.1.617.2 kemudian dikenal sebagai Delta, huruf keempat dari alfabet Yunani.
Dalam arsip WHO, kini terdapat tujuh varian yang memiliki penamaan dari alfabet Yunani. Namun, WHO tidak menggunakan alfabet Nu (dua alfabet sebelum Omicron) karena dalam pelafalan bahasa Inggris dapat disalahartikan sebagai baru (dari new). Sementara alfabet Xi (satu alfabet sebelum Omicron) tidak dipakai demi menghormati Presiden China, Xi Jinping. Diharapkan, penamaan berdasarkan alfabet Yunani ini tidak memicu sentimen SARA terhadap pihak mana pun.
Peringatan terkait Omicron juga disuarakan oleh Reuters (29/11/2021). Mengutip rilis dari WHO, Reuters menuliskan bahwa risiko global secara keseluruhan terkait varian baru ini dinilai sangat tinggi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai potensi Omicron yang dapat lolos dari perlindungan terhadap kekebalan yang disebabkan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya, meskipun hingga saat ini belum ada kematian terkait dengan Omicron yang dilaporkan.
Terkesan memuat iklan terselubung, Reuters memberitakan tes Covid-19 keluaran Thermo Fisher, perusahaan medis asal AS, dapat mengidentifikasi virus secara efektif. Disebutkan, hasil tes keluaran Thermo Fisher dapat mendeteksi virus Covid-19 dari berbagai varian, termasuk varian Omicron. Mark Stevenson, Eksekutif Senior Thermo Fisher, mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya tes diagnostik yang mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk mendeteksi Omicron di negara tersebut.
Pemberitaan yang cukup berbeda dapat dilihat di Bloomberg. Media internasional berbasis bisnis dan finansial tersebut justru tidak terlalu menyorot persoalan bahaya Omicron yang mulai menyebar di Eropa.
Demi kepentingan kestabilan bisnis internasional, Bloomberg mencoba menenangkan publik dengan memberitakan antisipasi bisnis tekait isu Omicron yang mulai membuat lesu pasar saham.
Misalnya, dalam wawancara bersama epidemiolog Nancy Baxter, Bloomberg menyelipkan pesan agar publik tidak perlu panik terlalu dini terkait Omicron. Bloomberg menunjukkan bahwa akibat kepanikan publik saat ini, pasar saham mengalami kelesuan terutama di wilayah Asia Pasifik. Disarankan, kepanikan publik tidak perlu berlebihan karena sentimen pasar saham akan sensitif terhadap iklim investasi, khususnya di negara-negara berkembang.
Antisipasi global
Isu Omicron yang cepat tersebar melalui media massa dan media sosial membuat banyak negara segera mengambil langkah antisipasi. Seakan tidak mau kecolongan lagi, larangan keluar masuk di bandara menjadi jalan pertama yang ditempuh. Di sisi lain, para pemimpin Eropa yang sudah berjuang dengan lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini mencoba menyeimbangkan antara meningkatkan kehati-hatian dan menghindari kepanikan publik.
The New York Times (27/11/2021) mencatat ditemukan 61 dari 500-an penumpang dalam dua penerbangan dari Afrika Selatan ke Belanda dinyatakan positif virus korona dan dikarantina di Amsterdam, Belanda. Selanjutnya, Menteri Kesehatan Kanada menyebutkan dua kasus pertama Omicron di negara itu telah ditemukan di Ontario (29/11/2021) setelah dua orang yang baru-baru ini bepergian dari Nigeria dinyatakan positif.
Selain itu, The Guardian melaporkan adanya enam kasus positif varian Omicron di Skotlandia (29/11/2021) dan dalam pantauan pemerintah setempat, Omicron tidak menyebabkan sakit serius pada keenam suspek tersebut. Begitu juga di Selandia Baru, ditemukan dua kasus positif varian Omicron penumpang penerbangan dari wilayah Afrika Selatan pada 29 November 2021.
Kini, Uni Eropa membatasi perjalanan ke dan dari tujuh negara di Afrika Selatan, yakni Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Sementara itu, Amerika Serikat dan Korea Selatan menambah Malawi dalam daftar larangannya.
Inggris telah membatasi perjalanan ke dan dari delapan negara itu ditambah Angola, Mozambik, dan Zambia. Kanada, Australia, Rusia, Thailand, Sri Lanka, Singapura, Arab Saudi, Oman, dan Maroko juga mengumumkan pembatasan serupa.
Paling ketat ialah Israel yang mengatakan akan menutup perbatasannya bagi warga negara asing selama dua minggu mulai Sabtu (27/11/2021). Kebijakan ketat itu kemudian diikuti oleh Jepang yang juga secara efektif per Senin (29/11/2021) menutup perbatasannya untuk semua pengunjung asing sebelum akhir bulan untuk mencegah penyebaran Omicron.
Meski Presiden AS Joe Biden telah merilis larangan para pelancong dari dan ke Afrika Selatan, kebijakan tersebut belum mendapat respons yang sama dari pihak maskapai AS. Sebab, sebelumnya Presiden AS Joe Biden pernah melonggarkan pembatasan untuk pemulihan industri penerbangan di akhir tahun ini.
Di AS, hanya ada dua maskapai yang melayani penerbangan keluar masuk Afrika Selatan, yaitu Delta Airlines dan United Airlines. Hingga 28 November 2021, keduanya mengatakan bahwa mereka belum berencana untuk menyesuaikan jadwal mereka dalam menanggapi larangan pemerintah, yang mulai berlaku pada hari Senin, khususnya untuk pelancong dari Afrika Selatan.
Delta Airlines mengoperasikan tiga penerbangan mingguan antara Atlanta dan Johannesburg. Sementara United Airlines mengoperasikan lima penerbangan dalam seminggu antara New Jersey dan Johannesburg, serta tidak mengubah rencananya untuk memulai kembali penerbangan antara Newark dan Cape Town pada hari Rabu. Tidak ada maskapai besar Amerika yang mengumumkan perubahan substantif pada prosedur karena isu varian Omicron.
Bloomberg mencoba menenangkan publik dengan memberitakan antisipasi bisnis tekait isu Omicron yang mulai membuat lesu pasar saham.
Sebagai antisipasi lain, Pemerintah AS menggencarkan tingkat vaksinasi di negaranya. Menyadur The Washington Post (28/11/2021), Pemerintah AS akan memberikan booster vaksin untuk orang dewasa dan anak-anak yang memenuhi syarat kesehatan. Namun, The Washington Post secara tersirat menyelipkan kritikan untuk booster vaksin di AS sebagai hal yang memboroskan stok vaksin dibandingkan dengan varian Omicron yang belum selesai diselidiki oleh WHO.
Langkah percepatan vaksinasi juga digenjot oleh Pemerintah Filipina guna mencegah penularan varian Omicron. Laporan Reuters (27/11/2021), Filipina telah meluncurkan upaya ambisius untuk memvaksinasi 9 juta orang terhadap Covid-19 selama tiga hari. Untuk mencapai target, pemerintah akan mengerahkan pasukan keamanan dan puluhan ribu sukarelawan.
Imbas sentimen
Dalam menghadapi ingar-bingar Omicron yang mendunia saat ini, pesan yang disampaikan The New York Times kiranya begitu tajam. Belajar dari Covid-19 lalu, penutupan perjalanan yang dilakukan banyak negara memang menjadi jalan antisipasi pertama yang diambil, meski kemungkinan sudah terlambat karena virus sudah menyebar di masyarakat.
Di Afrika Selatan, para pejabat dan pemilik bisnis bereaksi pahit terhadap tanggapan internasional atas isu Omicron. Pasalnya, Afrika Selatan sebenarnya menggunakan sistem pengawasan dan penelitian penyakitnya yang canggih, lalu dengan cepat membagikan hasilnya kepada dunia atas penemuan varian baru ini. Sayangnya, upaya transparansi terkait varian baru ini justru dibalas dengan larangan perjalanan dari dan ke Afrika Selatan.
Baca juga : Mengintip Varian Baru Omicron Covid-19
Menanggapi reaksi global dan kasus di Afrika Selatan, WHO juga angkat bicara. Menurut manajer insiden WHO Thierno Balde, isu yang cepat menyebar ini jika ditanggapi dengan kepanikan seperti saat ini, dapat membuat negara lain akan menutup-nutupi temuan varian baru di masa yang datang. Ia menambahkan, kepanikan atas isu Omicron ini tidak tepat di tengah situasi Eropa yang masih riuh dengan kebijakan pembatasan sosial dan perebutan stok vaksin antarnegara.
Senada dengan itu, Philip A Chan, dokter penyakit menular di Brown University, AS, menyatakan bahwa diperlukan kehati-hatian dan kecermatan untuk kebijakan terkait pembatasan perjalanan. Sebab, hingga saat ini para ahli masih melakukan penelitian lebih lanjut terhadap varian Omicron. Ia mengingatkan bahwa tanpa diimbangi vaksinasi global, negara-negara hanya setengah hati menghadapi pandemi dan membiarkan dunia terbuka untuk varian baru lainnya yang lebih menular. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Omicron, Varian yang Harus Diwaspadai