Memiliki wilayah kepulauan memberi keuntungan bagi Maluku Utara untuk sedikit terhindar dari masifnya penularan virus korona. Namun, wilayah pulau juga memberi tantangan dalam melakukan vaksinasi Covid-19.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·4 menit baca
Penanganan pandemi Covid-19 di Provinsi Maluku Utara (Malut) masih terkendala capaian vaksinasi yang rendah. Tantangan yang dihadapi provinsi yang berpusat di Kota Sofifi ini adalah wilayah geografis kepulauan serta peralatan pendukung yang belum optimal.
Pengendalian wabah korona di Malut terus menunjukkan perbaikan. Skor Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia-Kompas pada pekan ke-18 per 15 November 2021 berada di angka 82. Capaian skor tersebut berada di atas rerata skor di wilayah Maluku-Papua dan skor nasional yang sama-sama pada angka 79.
IPC-19 Indonesia-Kompas merupakan indeks yang disusun dari data harian epidemologi terkait pandemi covid-19. Penghimpunan data dan analisis dimulai sejak diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 12 Juli 2021. Skor indeks yang disajikan dengan rentang angka nol hingga seratus dapat menjadi indikator performa pemerintah provinsi dalam menangani pandemi.
Terdapat dua komponen yang diukur melalui IPC-19 Indonesia-Kompas yaitu manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Manajemen infeksi mengindikasikan capaian dari tiga indikator, yaitu rerata kasus positif Covid-19 selama 7 hari terakhir terhadap kasus maksimum yang dialami provinsi, angka rasio positif (positivity rate) tujuh hari terakhir, serta persentase cakupan vaksinasi lengkap atau dosis kedua terhadap total penduduk provinsi.
Adapun manajemen pengobatan mencakup jumlah angka kesembuhan terhadap jumlah kasus positif Covid-19, rerata kematian akibat Covid-19 selama 7 hari terakhir, serta rerata keterpakaian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) rumah sakit selama 7 hari terakhir di suatu provinsi.
Melihat dua indikator tersebut, aspek manajemen pengobatan menjadi faktor dominan perbaikan skor indeks di periode 9-15 November 2021. Sepanjang pekan tersebut tidak ada kasus kematian akibat virus korona. Sedangkan tingkat kesembuhan pasien Covid-19 terus bertambah yaitu sebanyak 24 pasien.
Kondusifnya penanganan pandemi ditambah minimnya kasus baru. Hingga 15 November 2021 terdapat 43 kasus aktif di Malut. Penambahan kasus baru yang berhasil ditekan membuat rasio keterisian tempat tidur Covid-19 berada di zona aman ambang batas WHO (60 persen). BOR tempat tidur Covid-19 di Malut per 15 November 2021 sebesar 6 persen, sedangkan tempat tidur isolasi sebesar 5 persen.
Terkendalinya penanganan pandemi dari sisi tingkat kesembuhan pasien dan tingkat kematian juga terlihat secara akumulatif. Secara total terdapat 11.748 kasus sembuh atau 97 persen dari jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Malut. Sedangkan jumlah kematian total sebanyak 303 orang. Jumlah kematian yang relatif sedikit tersebut membuat Malut merupakan wilayah dengan tingkat kematian terendah kedua di Indonesia.
Dukungan peralatan
Namun, pengendalian Covid-19 di Malut masih menyisakan pekerjaan rumah dari aspek manajemen infeksi terutama dari capaian vaksinasi Covid-19. Sejak mulai dilaksanakan vaksinasi pada 14 Januari 2021 di Malut, hingga 18 November 2021 terhitung sudah 310 hari program ini bergulir.
Data perkembangan vaksinasi dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan sebanyak 386.000 warga Malut telah menerima suntikan dosis pertama. Artinya jika dirata-rata kecepatan vaksinasi di provinsi ini sekitar 1.200 orang tiap harinya.
Angka ini terbilang rendah apabila dibandingkan dengan provinsi tetangga di wilayah Maluku dan Papua. Provinsi Papua membukukan rerata laju vaksinasi dosis pertama sebanyak 2.100 orang tiap harinya. Disusul oleh Provinsi Maluku dengan angka 1.700 dosis per hari. Pada urutan ketiga terdapat Malut dan yang terakhir Papua Barat dengan 1.000 suntikan dosis pertama per hari.
Lambatnya laju vaksinasi terekam dalam IPC-19 Indonesia-Kompas yaitu di capaian aspek manajemen infeksi yang memperoleh skor indeks 37. Angka ini sedikit di bawah rerata nasional yang ada di angka 38. Secara keseluruhan indeks manajemen infeksi berada di bawah manajemen pengobatan karena kendala yang serupa dan terjadi pada skala nasional, yaitu laju vaksinasi yang masih lambat.
Menurut Ombudsman RI, kendala yang menjadi sandungan laju vaksinasi di Malut adalah kekurangan unit pendingin vaksin atau refrigerator yang digunakan untuk mendistribusikan vaksin. Refrigerator yang tersedia juga banyak yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat lagi digunakan dengan semestinya.
Tersedianya refrigerator menjadi salah satu komponen vital untuk menggenjot laju vaksinasi. Mengingat kondisi wilayah Maluku Utara yang terdiri dari ratusan pulau dengan 64 pulau yang berpenduduk menimbulkan tantangan tersendiri terkait distribusi vaksin ke wilayah terpencil.
Selain kendala geografis dan peralatan, warga juga masih enggan mendatangi titik-titik vaksinasi massal. Tidak kekurangan akal, berbagai elemen di Malut berupaya meningkatkan laju vaksinasi dengan metoda jemput bola.
Salah satunya dilakukan oleh Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) yang mengadakan vaksinasi ke permukiman warga di Kota Ternate (26/10/2021). Tidak hanya itu, warga yang mau divaksin diberi paket sembako sebagai tanda apresiasi berpartisipasi dalam program vaksinasi.
Protokol kesehatan
Celah yang masih harus ditutup oleh pemerintah Malut dalam penanganan Covid-19 adalah kepatuhan warganya dalam melaksanakan protokol kesehatan. Data dari Satgas Covid-19 RI dalam laporan Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan Tingkat Nasional edisi 17 Oktober 2021 menunjukkan posisi Malut berada di peringkat kedua terendah setelah Provinsi Maluku.
Hal tersebut menjadi indikator bahaya jika sewaktu-waktu muncul gelombang ketiga penularan virus Covid-19. Malut menjadi rentan karena vaksinasi belum optimal ditambah dengan lemahnya kepatuhan prokes. Padahal vaksinasi dan prokes merupakan kombinasi yang dapat melindungi orang dari penularan Covid-19.
Orang yang sudah divaksin tidak serta merta aman dari penularan tanpa melaksanakan prokes yang sudah ditentukan. Dari hasil pantauan Satgas Covid-19 RI, prokes yang tidak tertib dilaksanakan warga Malut yaitu mengenakan masker dan menghindari kerumunan. Acara-acara yang menimbulkan kerumunan tetap dilaksanakan, terlebih dengan kelalaian mengenakan masker oleh para hadirin.
Capaian IPC-19 Malut yang sudah baik hingga minggu kedelapan belas rentan runtuh sewaktu-waktu akibat kelalaian pelaksanaan prokes. Di sisi lain vaksinasi juga masih harus dikebut pelaksanaannya baik pada dosis pertama maupun kedua.
Apabila ditilik dari capaian vaksinasinya, Kabupaten Halmahera Barat dengan laju vaksinasi dosis pertama baru pada angka 28 persen perlu diberi perhatian lebih. Sebab kondisinya cukup jauh tertinggal dengan Kabupaten Halmahera Utara (31 persen) apalagi dengan Kabupaten Halmahera Tengah yang sudah mencapai 98 persen.
Penguatan pelaksanaan prokes dan percepatan vaksinasi di wilayah yang tertinggal diharapkan dapat melindungi warga Malut apabila sewaktu-waktu timbul gelombang ketiga. Baik jika mengantisipasi potensi ancaman penularan dari pada sudah terlanjur dan tergopoh-gopoh menanganinya. Semoga pandemi segera berlalu di Malut dan seluruh wilayah Indonesia. (LITBANG KOMPAS)