Mewaspadai Stagnasi Berulang dalam Pengendalian Covid-19 di Sulut
Lambatnya tingkat kesembuhan pasien Covid-19 dan belum meratanya vaksinasi terutama bagi masyarakat umum menjadi catatan stagnasi pengendalian Covid-19 di Sulawesi Utara.
Sinyal perbaikan pengendalian Covid-19 di Provinsi Sulawesi Utara harus dibarengi dengan konsistensi penanganan pandemi. Sebelum kembali naik, Indeks Pengendalian Covid-19 di gerbang utara Indonesia itu sempat stagnan selama empat pekan.
Dalam dua pekan terakhir, indikator Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) di Sulut menunjukkan adanya tren perbaikan. Data terbaru menunjukkan, skor IPC-19 Sulut pada minggu ke-16 atau periode 26 Oktober-1 November 2021 sebesar 78 poin. Skor tersebut naik dua poin jika dibandingkan minggu sebelumnya dan menunjukkan kembalinya tren perbaikan dalam dua pekan terakhir.
Dengan skor tersebut, Sulut menempati posisi tertinggi ketiga dari enam provinsi yang ada di Sulawesi. Posisi pertama ditempati oleh Provinsi Gorontalo dengan 82 poin, diikuti oleh Sulawesi Tenggara dengan 79 poin. Pada periode yang sama, rata-rata IPC-19 di Pulau Sulawesi sebesar 77 poin. Artinya, skor Sulut lebih baik dibanding rata-rata indeks di seluruh wilayah Sulawesi.
Tak hanya itu, apresiasi patut diberikan kepada Sulut lantaran mampu menggeser posisi dua provinsi yang sebelumnya bertengger di atas skor Sulut. Pertama adalah Sulawesi Selatan. Pada minggu sebelumnya, Sulsel berada pada posisi teratas dengan 82 poin, bahkan melebihi Gorontalo yang saat itu skornya masih 80 poin. Namun, kini skor Sulsel turun drastis menjadi 77 poin, lebih rendah dari Sulut.
Kedua, Provinsi Sulawesi Barat. Merujuk data terbaru, skor IPC-19 Sulbar sebesar 75 poin. Padahal, di minggu sebelumnya skor Sulbar mencapai 78 poin dan menempati posisi tertinggi keempat, satu tingkat di atas Sulut. Namun, kini Sulbar berada pada urutan kelima dari enam provinsi di Sulawesi, dua tingkat di bawah Sulut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulut membuahkan hasil yang baik. Pemantuan IPC-19 dimulai sejak 19 Juli 2021 bertepatan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang mulai menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat secara nasional. Hingga 1 November 2021, penghitungan IPC-19 telah dilakukan sebanyak 16 kali atau 16 minggu.
Indeks yang dirilis tiap pekan tersebut terdiri atas dua aspek utama, yakni Manajemen Infeksi dan Manajemen Pengobatan. Manajemen Infeksi mengukur upaya-upaya penanganan yang dilakukan hingga terjadinya infeksi Covid-19. Indikator pembentuknya adalah rata-rata kasus terkonfirmasi positif tujuh hari terakhir, rasio positif (positivity rate) tujuh hari terakhir, dan cakupan vaksinasi lengkap terhadap total populasi wilayah terkait.
Sementara, tiga indikator untuk mengukur aspek Manajemen Pengobatan adalah angka kesembuhan terhadap total kasus positif Covid-19 , angka kematian tujuh hari terakhir, serta rata-rata keterisian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) tujuh hari terakhir.
Penghitungan dua aspek tersebut menghasilkan skor dengan skala nol hingga 100. Skor tersebut menunjukkan sejauh mana kebijakan pemerintah wilayah terkait dan pengendalian telah dilakukan.
Membaik
Dari kedua aspek yang dipantau, perbaikan indikator pengendalian pandemi di Sulut terjadi pada dua aspek pembentuk indeks tersebut. Aspek Manajemen Pengobatan yang sebelumnya memiliki skor 38 poin kini bertambah menjadi 40 poin. Perbaikan ditunjukkan oleh setidaknya dua indikator penyusunnya, yakni tingkat kesembuhan dan kematian akibat Covid-19 di Sulut.
Sepanjang dua minggu terakhir, tercatat tidak ada kematian akibat Covid-19 di Sulut. Terakhir, kematian akibat Covid-19 di Sulut terjadi pada 19 Oktober 2021 dengan jumlah korban satu orang. Tingkat kematian akibat Covid-19 di Sulut pada 1 November menjadi 3,0 persen, lebih rendah dari tingkat kematian Nasional yang masih berada di angka 3,38 persen.
Perbaikan juga terjadi pada tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Sulut yang mengalami tren peningkatan. Data pada 1 November 2021 menunjukkan, tingkat kesembuhan di Sulut sebesar 95,74 persen, terus meningkat sejak minggu kedua Agustus 2021.
Sementara, aspek Manajemen Infeksi menyumbang 38 poin pada IPC-19 Sulut di minggu ke-16. Kasus baru Covid-19 di Sulut kian berkurang dari hari ke hari. Rata-rata kasus baru dalam tujuh hari terakhir pada minggu ke-16 berada pada kisaran angka 5 persen. Bahkan, pada 1 November 2021, hanya bertambah empat kasus baru.
Meski demikian, pemerintah masih harus melakukan pengawasan ketat terhadap tingkat kepatuhan masyarakat. Merujuk data Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan 24 Oktober 2021, Sulut menjadi provinsi dengan tingkat kepatuhan memakai masker terendah kedua secara nasional (61,1 persen) setelah Maluku. Artinya, jika masyarakat lalai, potensi penularan virus dapat kembali terjadi yang dapat berdampak pada skor Manajemen Infeksi.
Rata-rata positivity rate juga hampir mendekati target nol persen. Merujuk data yang dipublikasikan Dinas Kesehatan Provinsi Sulut per 1 November 2021, dari 1.723 orang yang dites swab antigen, terdapat 5 orang yang positif. Artinya, positivity rate berada pada kisaran 0,3 persen.
Vaksinasi di Sulut pun cukup tinggi. Hingga 31 Oktober 2021, vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 33,69 persen dan dosis pertama 58,25 persen. Dengan capaian tersebut, Sulut menduduki posisi teratas dibandingkan lima provinsi lainnya di Pulau Sulawesi.
Cegah stagnasi
Ritme penanganan pada seluruh indikator tersebut harus dijaga dan ditingkatkan agar penurunan, stagnasi, dan ketertinggalan skor IPC-19 di gerbang utara Indonesia itu tak kembali terjadi.
Pada minggu pertama pemantauan, skor IPC-19 Sulut baru mencapai 46 poin. Saat itu, nilai indeks Sulut berada di atas skor nasional (44), tetapi masih lebih rendah dari rerata provinsi di Sulawesi (51). Bukannya mengalami peningkatan, IPC-19 Sulut justru turun menjadi 45 poin pada minggu kedua. Skor baru bertambah di minggu ketiga menjadi 46 poin, sama seperti pada minggu pertama.
Pada minggu keempat, penurunan kembali terjadi dan menjadi titik terendah di Sulut sepanjang periode pemantauan, yakni 43 poin. Sementara, IPC-19 nasional justru kian meningkat dan mencapai 48 poin pada periode yang sama.
Baru pada minggu kelima (16 Agustus 2021) nilai indeks Sulut meroket tajam hingga menembus angka 50 poin. Tak tanggung-tanggung, skor bertambah tujuh poin dan kembali terjadi pada minggu berikutnya.
Sejak saat itu, tak lagi tercatat adanya penurunan skor di Sulut. Penambahan tujuh poin bahkan kembali terjadi pada minggu kedelapan (6 September 2021) menjadi 67 poin. Hingga pada minggu ke-11, skor IPC-19 Sulut mencapai 75 poin, di atas skor nasional dan rerata indeks di Pulau Sulawesi.
Meski demikian, satu bulan berikutnya terjadi stagnasi. Hingga minggu ke-14, skor IPC-19 di Sulut tak beranjak dari angka 75 poin. Padahal, skor nasional sudah mencapai 77 poin dan rerata IPC di Sulawesi sebesar 78 poin yang menunjukkan adanya pergerakan positif.
Stagnasi tak hanya terjadi pada nilai IPC secara keseluruhan, tetapi juga terjadi pada dua aspek pembentuknya. Pada minggu pertama pemantauan, skor Manajemen Pengobatan dimulai pada angka yang cukup tinggi, yakni 28 poin. Namun, hingga minggu ke-3 skornya tak bertambah, justru terjadi penurunan. Pada minggu ke-4 skornya menjadi 25 poin.
Setelah mengalami penurunan tersebut, skor Manajemen Pengobatan Sulut kembali merangkak naik hingga mencapai 38 poin pada minggu ke-9 (13 September 2021). Namun, angka tersebut stagnan hingga tujuh minggu berikutnya.
Salah satu penyebab stagnasi ini adalah lambatnya pertumbuhan tingkat kesembuhan di Sulut. Pertumbuhan tingkat kesembuhan dalam satu bulan terakhir kurang dari 1 persen, padahal pada beberapa minggu sebelumnya selalu di atas 1 persen. Bahkan, pada minggu keenam (23 Agustus 2021) sempat mencapai 6,19 persen.
Mandeknya pergerakan juga sempat terjadi dari sisi Manajemen Infeksi. Setelah konsisten mengalami peningkatan sejak minggu keempat, stagnasi terjadi pada aspek Manajemen Infeksi di Sulut. Pada minggu ke-11, skor Manajemen Infeksi sebesar 37 poin.
Skor tersebut naik dua poin dibandingkan minggu sebelumnya, mengikuti tren peningkatan yang konsisten terjadi di minggu sebelum-sebelumnya. Sayangnya, hingga minggu ke-14, skor Manajemen Infeksi tak bergerak, tetap di angka 37 poin.
Stagnasi ini terjadi salah satunya terkait dengan vaksinasi. Meski menduduki posisi pertama pada capaian vaksinasi di Pulau Sulawesi, tetapi sasaran vaksinasi di Sulut belum merata.
Tingginya angka vaksinasi di Sulut didorong oleh keberhasilan vaksinasi pada tenaga kesehatan. Hingga 3 November 2021, tenaga kesehatan yang sudah divaksin mencapai 127,19 persen pada dosis pertama dan 114,86 persen pada dosis kedua.
Hal sama juga terjadi pada vaksinasi untuk petugas publik, yakni 137,81 persen pada dosis pertama dan 106,84 persen dosis kedua. Sementara, vaksinasi dosis pertama pada masyarakat umum baru mencapai 58,37 persen dan 42,96 persen pada warga lansia.
Baca juga: Di Balik Angka Indeks Pengendalian Covid-19
Indikator kasus aktif pun turut mempengaruhi stagnasi tersebut. Data Statistik Covid-19 menunjukkan, pernah terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis di Sulut. Tanggal 8 Oktober 2021, kasus baru Covid-19 Sulut bertambah 88 kasus. Padahal, rata-rata penambahan kasus baru selama satu minggu sebelumnya hanya 20 kasus.
Dengan penambahan yang tinggi itu, Sulut masuk kelompok lima provinsi dengan penambahan Covid-19 terbanyak pada tanggal tersebut. Karena itu, upaya pengendalian terhadap dua faktor tersebut harus menjadi perhatian Pemprov Sulut.
Ritme penanganan pada seluruh indikator pengendalian Covid-19 di Sulut juga harus dijaga bahkan ditingkatkan guna mencegah penurunan dan stagnasi kembali terjadi. Hal ini mengingat bahaya Covid-19 masih terus mengancam dan sulit diprediksi. Sinergi antara pemerintah setempat dan masyarakat pun menjadi penting lantaran keberhasilan penanganan pandemi bukan hanya menjadi tanggung jawab salah satu pihak. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Bagaimana ”Kompas” Mengukur Indeks Pengendalian Covid-19?