Mendayung di Antara Dua Karang Pengendalian Covid-19 di Jambi
Konsistensi Pemerintah Jambi melakukan langkah pengendalian Covid-19 dan kepatuhan masyarakat menerapkan disiplin protokol kesehatan adalah dua karang yang menjadi tantangan Jambi untuk terus mengendalikan wabah korona.
Jambi mampu mengarungi dua karang pengendalian Covid-19, baik dari aspek manajemen infeksi maupun manajemen pengobatan. Namun ada dua karang lain yang menjadi tantangan sesungguhnya penanganan pandemi korona, yaitu konsistensi Pemerintah Provinsi Jambi menangani pandemi serta ketaatan masyarakat menerapkan protokol kesehatan di level PPKM yang kian diperlonggar.
Kemampuan Jambi mengendalikan penularan virus korona terlihat dari keluarnya seluruh kabupaten/kota dari zona merah atau risiko tinggi penularan Covid-19. Sejak 21 September 2021, wilayah Jambi bebas dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4.
Sebanyak 10 kabupaten/kota di Provinsi Jambi telah berada di kategori level 2 dan menyisakan satu daerah, yaitu Kota Jambi yang masih berada di level 3. Kondisi ini lebih baik dari dua pekan sebelumnya, di mana Kota Jambi masih berada di level 4 dan delapan kabupaten/kota lainnya berada di level 3.
Penurunan level pengetatan PPKM ini didorong oleh makin terkendalinya pandemi Covid-19 di wilayah Jambi. Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia-Kompas (IPC-19) memperlihatkan capaian skor di Jambi terbilang tinggi (77). Skor indeks tersebut bahkan berada di atas rata-rata Pulau Sumatera dan Nasional.
Pengamatan data pengendalian pandemi Covid-19 melalui IPC-19 Indonesia-Kompas ini dipantau mulai saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sejak 12 Juli 2021.
Hingga 27 September 2021 telah dilakukan pemantauan dalam periode 11 pekan. Melalui skor indeks pada rentang angka nol hingga seratus, diperoleh gambaran kinerja pemerintah provinsi dalam mengatasi pandemi. Semakin mendekati angka 100 berarti pengendalian Covid-19 semakin baik.
Ada dua komponen yang diukur dalam IPC-19 Indonesia-Kompas, yaitu manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Pertama, aspek manajemen infeksi yang mengindikasikan output dari tiga indikator, yaitu rata-rata kasus positif Covid-19 selama tujuh hari terakhir terhadap kasus maksimum yang dialami provinsi, angka rasio positif (positivity rate) tujuh hari terakhir, serta persentase cakupan vaksinasi lengkap terhadap total penduduk provinsi.
Aspek kedua adalah manajemen pengobatan yang meliputi total angka kesembuhan terhadap total kasus positif Covid-19, rata-rata kematian akibat Covid-19 selama tujuh hari terakhir, serta rata-rata keterpakaian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) rumah sakit selama tujuh hari terakhir.
Melalui indikator-indikator tersebut, dapat ditarik skor indeks yang digunakan sebagai petunjuk arah bagi pemerintah provinsi untuk membenahi aspek yang masih menjadi sisi lemah dalam penanganan Covid-19.
Membaik
Dalam empat pekan terakhir, Jambi berupaya keras mengendalikan penularan Covid-19. Skor Indeks Pengendalian Covid-19 merekam bagaimana pengendalian Covid-19 baik dari aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan yang mulai membuahkan perbaikan sejak 6 September 2021.
Dari sisi manajemen infeksi, misalnya, terjadi penurunan kasus positif Covid-19 dari 400 kasus pada periode 6-12 September 2021 turun menjadi 152 kasus pada periode 20-26 September 2021. Demikian pula dari aspek manajemen pengobatan.
Dari sisi kesembuhan, jumlah pasien yang berhasil sembuh mengalami kenaikan dari 27.218 orang menjadi 28.246 pasien. Di sisi lain, jumlah kematian berhasil ditekan. Jika pada periode 6-12 September 2021 terdapat 24 pasien Covid-19 yang meninggal, jumlahnya turun menjadi 10 kematian pada periode 20-26 September 2021.
Menilik ke belakang, upaya mengendalikan penularan Covid-19 di Jambi sebenarnya mulai menunjukkan hasil perbaikan dalam tujuh pekan terakhir. Sejak 16 Agustus 2021, skor Indeks Pengendalian Covid-19 terus menunjukkan perbaikan dari 45 poin ke 77 poin pada 27 September 2021.
Namun, capaian ini tidak serta-merta datang begitu saja. Jambi pernah mengalami periode sulit penanganan pandemi pada periode Juli 2021. Saat itu angka penularan dan jumlah kematian akibat Covid-19 melonjak tajam di Jambi.
Sebagaimana yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, munculnya varian Delta yang merebak setelah masa libur panjang hari raya Idul Fitri membuat Jambi turut memanen rekor-rekor baru penambahan kasus Covid-19. Pada 23 Juli 2021, Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi melaporkan 465 warganya yang positif Covid-19. Penambahan ini menjadi salah satu rekor baru kasus harian di Jambi.
Dalam pekan yang sama (19-25 Juli 2021) dilaporkan ada 44 kasus kematian mingguan. Jumlah kematian ini merupakan rekor baru kasus meninggal. Jumlah kematian terbanyak ada di Kota Jambi, yaitu 22 orang.
Melonjaknya wabah korona membuat kasus aktif di Provinsi Jambi di pekan tersebut bertambah 1.300 kasus, dari 3.632 kasus menjadi 4.932 kasus. Akibatnya, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) rumah sakit di beberapa wilayah melebihi kapasitas.
Tingkat BOR di Kota Jambi, Kabupaten Bungo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Kerinci melebihi standar yang ditetapkan WHO, yaitu 60 persen.
Kewalahan pengendalian Covid-19 saat itu juga terekam dari Indeks Pengendalian Covid-19. Pada 19 Juli 2021, skor indeks hanya mencapai 40, di bawah rata-rata pengendalian di seluruh provinsi di Sumatera.
Salah satu penyebab lemahnya penanganan Covid-19 pada periode tersebut karena Pemerintah Jambi bersama seluruh pemkab/pemkot belum berhasil menekan laju penularan (aspek manajemen infeksi). Untuk menekan laju penularan, pemerintah daerah segera memberlakukan PPKM darurat sesuai instruksi pemerintah pusat.
Pembatasan aktivitas publik di luar sektor esensial serta penyekatan jalur perbatasan membuat mobilitas masyarakat berhasil ditekan. Ditambah dengan langkah vaksinasi massal, pengendalian infeksi ini mampu meredakan infeksi virus korona.
Di setiap titik penyekatan, terutama jalur masuk ibu kota Jambi, otoritas setempat memeriksa kartu vaksin dan surat bebas Covid-19. Bahkan, di titik penyekatan disediakan posko layanan vaksinasi agar masyarakat dapat mengakses vaksin Covid-19. Kondisi ini memberi gambaran upaya Pemerintah Jambi menjamin pendatang yang masuk wilayah Jambi tidak membawa potensi virus yang dapat menular.
Selama tujuh pekan, upaya pengendalian penularan virus korona melalui PPKM mulai menunjukkan hasilnya, yaitu penurunan kasus positif Covid-19 yang diikuti penurunan kasus aktif, kasus kematian, serta tingkat BOR rumah sakit.
Tantangan
Melihat capaian skor indeksnya, Jambi telah mampu melewati fase kritis pengendalian infeksi virus korona. Capaian ini sekaligus dapat mengejar pengendalian yang diraih oleh sejumlah provinsi lain di Pulau Sumatera, seperti Bengkulu, Kepri, Sumbar, dan Riau.
Hingga 3 Oktober 2021, kasus Covid-19 terus menunjukkan tren penurunan. Kasus aktif yang ada saat ini 392 kasus. Jika dibandingkan dengan ketersediaan 1.854 tempat tidur perawatan pasien Covid-19, jumlah pasien yang dirawat atau menjalani isolasi mandiri tersebut masih dapat tertangani.
Kasus aktif Covid-19 di Jambi merupakan salah satu yang terendah di Indonesia. Capaian pengendalian dari sisi manajemen infeksi ini diimbangi pula dengan langkah vaksinasi Covid-19. Dari 2,68 juta sasaran vaksinasi sudah 1,26 juta orang atau 46,2 persen warga yang telah disuntik vaksin dosis pertama.
Vaksinasi dosis kedua di Jambi sudah menyasar 690.118 orang atau 25,15 persen warga sasaran. Hasil ini menjadikan Jambi sebagai daerah ketiga terbanyak di luar Pulau Jawa yang melakukan vaksinasi Covid-19. Baik dari vaksin dosis pertama maupun dosis kedua, Jambi menunjukkan capaian di atas rata-rata nasional.
Namun, pemerataan vaksinasi Covid-19 masih menjadi tantangan yang dihadapi Jambi. Laju vaksinasi paling banyak masih berada di seputar wilayah Kota Jambi. Wilayah lain, seperti Kerinci, Bungo, dan Merangin, masih cukup tertinggal.
Data Kementerian Kesehatan juga menunjukkan ketimpangan vaksin bagi masyarakat kelompok masyarakat rentan dengan capaian 37 persen. Kelompok masyarakat rentan yang dimaksud adalah penyandang disabilitas, masyarakat adat, penghuni lembaga pemasyarakatan, serta warga yang belum memiliki NIK.
Salah satu contohnya adalah vaksinasi bagi warga yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas. Hingga 5 Agustus 2021 dari 2.960, Orang Rimba, baru 26 orang yang disuntik vaksin dosis pertama.
Konsistensi
Tantangan lain yang dihadapi Jambi dalam upaya mengendalikan Covid-19 adalah konsistensi pemerintah melakukan pengetesan, pelacakan, dan perawatan (3T). Hal ini mengingat masih tingginya angka kematian dan rasio positif di sejumlah daerah.
Publikasi Pemetaan Risiko Covid-19 oleh Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi periode 13-19 September 2021 menunjukkan angka kematian Covid-19 di Jambi sebesar 0,34 per 100.000 populasi. Di sejumlah wilayah seperti Kota Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Timur, dan Kerinci angka kematian tersebut di atas rata-rata Provinsi Jambi.
Demikian pula dengan rasio postif. Secara kumulatif, hingga 19 September 2021 terdapat 122.482 pengetesan. Dari total pengetesan tersebut, 41.677 di antaranya (34 persen) terkonfirmasi positif. Ini artinya secara umum rasio positif di Jambi masih menjadi tantangan laten yang patut dicermati.
Skor Indeks Pengendalian Covid-19 di Provinsi Jambi berada di atas rata-rata Pulau Sumatera dan Nasional.
Sebagaimana angka kematian, fenomena rasio positif ini juga tersembuyi di sejumlah wilayah, terutama di Tanjung Jabung Barat, Batanghari, Muaro Jambi, Bungo, dan Tanjung Jabung Timur.
Baik angka kematian maupun rasio positif, keduanya bermuara pada pengendalian Covid-19 dari aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Ini artinya, walau menunjukkan tren membaik, masih ada dua hal yang harus terus dibenahi di luar penurunan kasus penularan, capaian vaksinasi, serta peningkatan angka kesembuhan.
Konsistensi Pemerintah Jambi bersama pemerintah kabupaten/kota, terutama dalam melakukan pelacakan, pengetesan, dan perawatan pasien Covid-19 masih diperlukan untuk menjaga momentum perbaikan pengendalian pandemi yang sudah diraih.
Ini sekaligus untuk terus mengingatkan masyarakat menjaga disiplin protokol kesehatan di tengah penurunan level PPKM. Di saat sudah tidak ada penyekatan jalan, mulai dibukanya mal, tempat wisata, dan restoran, kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci terus terkendalinya pandemi.
Baca juga: Di Balik Angka Indeks Pengendalian Covid-19
Data Monitoring Kepatuhan Protokol Kesehatan per 26 September 2021 menunjukkan dari kelurahan/desa yang dipantau, 34,48 persen memiliki kepatuhan menggunakan masker yang rendah. Hal yang sama juga terjadi dalam kepatuhan menjaga jarak. Masih ada 10,34 persen kelurahan/desa yang kepatuhan menjaga jarak pada masyarakatnya rendah.
Konsistensi pemerintah menerapkan langkah-langkah pengendalian Covid-19 maupun kepatuhan masyarakat menerapkan disiplin protokol kesehatan adalah dua karang yang menjadi tantangan Jambi untuk terus mengendalikan Covid-19 dan memulihkan kondisi sosial ekonomi warganya. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga : Bagaimana ”Kompas” Mengukur Indeks Pengendalian Covid-19?