Bonus Atlet Peraih Medali Olimpiade
Bukan hanya sambutan bak pahlawan setelah kembali ke negaranya, atlet peraih medali Olimpiade juga diganjar bonus uang yang nilainya fantastis. Berapa nilai bonus yang diterima atlet Indonesia peraih medali Olimpiade?
Meraih medali apa saja dalam Olimpiade bagi sebuah negara jelas sebuah hal yang menarik bagi citra negara. Maklum, ajang olahraga terbesar sejagat itu ditonton miliaran pasang mata di seluruh dunia. Tak hanya bakal lebih dikenal, negara peraih medali akan menjadi perbincangan atau perhatian dunia. Bagi negara, prestasi tertinggi di Olimpiade dapat membangkitkan rasa percaya diri untuk berdiri sejajar dengan bangsa lainnya.
Wajar jika banyak negara, terutama negara berkembang, jor-joran memberikan penghargaan dan mengimingi hadiah uang tunai luar biasa besar kepada atletnya yang berlaga di Olimpiade. Semua medali dihargai, terlebih medali emas yang menunjukkan prestasi tertinggi.
Simak video: Raih Emas, Greysia/Apriyani Torehkan Sejarah Baru di Olimpiade Tokyo 2020
Pemberian penghargaan bagi atlet sejatinya sudah ada sejak Olimpiade kuno. Atlet yang berlaga di Olimpiade kuno dijamin kesejahteraannya, bahkan ganjaran hadiah dan "bonus" bagi sang juara. Meski secara resmi setiap atlet pemenang itu hanya diganjar hadiah rangkaian mahkota daun zaitun, bukan medali logam emas perak atau perunggu, atlet juara itu setiba di kampung halamannya pasti akan mendapat ganjaran hadiah dan benda-benda bergengsi.
Di Olimpiade modern atlet peraih medali juga mendapatkan penghargaan dari negaranya termasuk yang dilakukan Indonesia. Penghargaan berupa barang dan uang diberikan sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih negara bagi peraih medali. Selain dari pemerintah, atlet juga menerima sejumlah bonus dari Pemda asal atlet, sponsor dan pihak swasta.
Jika dirunut lebih jauh, apresiasi terhadap atlet Indonesia peraih medali awalnya berupa penghargaan tanda jasa, beasiswa, menjadi pegawai negeri sipil, dan pemberian barang atau benda. Pemberian bonus uang hanya dilakukan secara spontan oleh pemerintah daerah atau pejabat-pejabat pusat dan daerah secara pribadi. Kemudian apresiasi berkembang dengan memberikan bonus uang yang nilainya fantastis.
Pemberian bonus uang itu juga mengalami perkembangan. Awalnya bonus atlet dikumpulkan dari para pengusaha yang peduli pada olahraga, lalu uang yang jumlahnya sampai miliaran rupiah itu disumbangkan kepada KONI kemudian diberikan pada atlet-atlet peraih medali. Dalam perkembangannya, bonus uang bagi atlet kemudian dialokasikan dari anggaran negara dan diberikan langsung oleh Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Bentuk uang yang diberikan pada atlet pun mengalami perubahan. Jika awalnya berupa tabungan atau deposito, kemudian berkembang menjadi asuransi yang bisa dicairkan secara bertahap, lalu berkembang lagi dalam bentuk uang tunai yang langsung ditransfer ke rekening masing-masing atlet tanpa dipotong pajak.
Galeri Foto: Foto Pilihan Olimpiade Tokyo 2020 Hari Kesepuluh
Bonus Atlet Medali Perdana
Indonesia mulai memberikan penghargaan pada atletnya di ajang Olimpiade Soul 1988. Setelah 36 tahun berpartisipasi, Indonesia meraih medali perdana ketika Olimpiade XXIV digelar di Seoul, Korea Selatan. Trio pemanah putri Indonesia, Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani berhasil keluar sebagai juara II dan berhak atas medali perak dalam cabang panahan.
Setiba di Indonesia, ketiga srikandi itu disambut hangat dan diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Presiden menjanjikan memberikan hadiah beasiswa Supersemar bagi atlet yang masih sekolah. Mereka juga mendapatkan penghargaan dari daerahnya masing-masing. Lilies Handayani dari Jatim mendapat uang deposito dari Gubernur Jatim senilai Rp 10 juta, sementara Nurfitriyana Saiman mendapat Rp 20 juta dari Pemda DKI Jakarta. Adapun Kusuma Wardhani mendapat sebuah rumah tipe 54 dari pengusaha Sulawesi Selatan.
Selain itu, mereka juga mendapat hadiah berupa uang dan barang dari kalangan swasta dan pejabat-pejabat pemerintah pusat maupun daerah. Nurfitriana misalnya mendapatkan jam tangan mewah dan tabungan Rp500.000 dari Menpora Abdul Gafur. Sementara Kusuma Wardhani diangkat sebagai PNS oleh Pemda Sulsel.
Emas pertama
Penghargaan atlet peraih medali yang terbilang luar biasa baru terjadi kala cabang bulu tangkis Indonesia mengukir prestasi tertingginya dengan mempersembahkan 2 emas, 2 perak, dan 1 perunggu di Olimpiade Barcelona 1992. Susi Susanti menjadi orang pertama Indonesia yang membuat Indonesia Raya dikumandangkan, kemudian Alan Budikusuma melengkapi kegemilangan Indonesia dengan medali emas di partai final nomor tunggal putra setelah menumbangkan rekannya sendiri, Ardy B. Wiranata.
Berselang beberapa hari kemudian, Ketua PBSI Try Sutrino menerima bonus sebesar Rp 2 miliar dari para pengusaha untuk dibagikan pada atlet peraih medali. Dalam pembagian bonus, Susi Susanti dan Alan Budikusuma yang berjasa menyumbangkan medali emas Indonesia menerima porsi terbesar masing-masing Rp 450 juta. Sementara peraih medali perak Ardy BW mendapat Rp 300 juta, ganda putra Eddy/Gunawan memperoleh masing-masing Rp 225 juta, dan Hermawan peraih perunggu kebagian Rp 200 juta. Adapun enam pelatih masing-masing mendapat Rp 25 juta.
Simak Video: Olimpiade Pertama Sekaligus Termanis untuk Apriyani Rahayu
Selain itu, Susi dan Alan mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama dari pemerintah karena keberhasilan keduanya memberikan medali emas pertama bagi Indonesia setelah 40 tahun berpartisipasi. Sementara Pemda Jawa Barat memberikan penghargaan "Putra Utama" pada Susi, sedangkan Alan memperoleh penghargaan "Warga Kehormatan Jawa Barat".
Susi dan Alan juga diganjar bonus uang dari pengusaha daerah asal atlet tersebut. Susi Susanti yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat mendapat bonus ratusan juta rupiah dari pengusaha Jawa Barat, sementara Alan Budikusuma dari Jawa Timur mendapat penghargaan “Warga Teladan Jatim” dan hadiah sejumlah uang.
Simak Video: Anthony Versus Cordon Memperebutkan Perunggu
Bonus meningkat
Apresiasi negara bagi atlet Olimpiade terus berlanjut seiring perolehan medali emas di arena Olimpiade Atlanta 1996, Sidney 2000, Athena 2004, Beijing 2008, dan Rio de Janeiro 2016. Penghargaan berupa bonus uang bagi atlet peraih medali pun nilainya semakin meningkat dibandingkan olimpiade sebelumnya. Tak hanya dari kalangan swasta, pemerintah juga mulai mengalokasikan anggaran untuk bonus tersebut.
Di Olimpiade 1996, Indonesia meraih 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Sebagai rasa terima kasih dan penghargaan, KONI memberikan bonus dalam bentuk asuransi kepada para atlet peraih medali di Olimpiade Atlanta yang diperoleh dari para pengusaha. Pasangan Ricky Subagdja dan Rexy Mainaky yang meraih medali emas masing-masing mendapat uang asuransi Rp500 juta. Mia Audina, yang meraih medali perak Rp250 juta dan Susi Susanti yang mendapat medali perunggu Rp100 juta. Sedangkan Denni Kantono/Antonius yang juga meraih perunggu masing-masing Rp75 juta. Selain itu, peraih medali emas dan perak juga mendapat hadiah berupa rumah dan mobil dari kalangan swasta.
Baca juga: Greysia/Apriyani Memukul Dominasi Bulu Tangkis China di Olimpiade
Empat tahun kemudian, Pemerintah mematok bonus medali emas di Olimpiade Sydney 2000 Rp1 Miliar, namun jika pemain ganda bonusnya dibagi dua. Sesuai janji pemerntah, peraih medali emas Tony Gunawan dan Chandra Wijaya masing-masing menerima Rp500 juta. Sementara perak dari ganda, Tri Kusharyanto dan Minarti Timur, masing-masing Rp200 juta. Perebut perak Hendrawan dan Lisa Rumbewas, menerima Rp300 juta. Sedangkan peraih perunggu, Winarni dan Sri Indriyani, Rp 150 juta.
Pemberian bonus berlanjut pada Olimpiade Athena 2004. Di ajang itu Indonesia meraih satu emas, satu perak, dan dua perunggu. Taufik Hidayat peraih medali emas mendapat Rp 1 miliar, sementara peraih medali perak Lisa Rumbewas Rp500 juta, dan peraih perunggu Sony Dwi Kuncoro Rp250 juta, sedangkan untuk ganda Flandy Limpele/Eng Hian masing-masing Rp175 juta.
Bonus kembali dikucurkan Pemerintah bagi atlet peraih medali di Olimpiade Beijing 2008 dimana Indonesia meraih 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Markis Kido dan Hendra Setiawan yang mempersembahkan medali emas diganjar bonus sebesar Rp1,5 miliar. Peraih medali perak, ganda campuran Nova Widianto/Liliyana Natsir, menerima Rp750 juta, sedangkan peraih medali perunggu, Maria Kristin, Eko Yuli Irawan, dan Triyatno, Rp300 juta.
Baca juga: Prestasi Ganda Putri Indonesia
Meski tanpa medali emas di Olimpiade London 2012, Pemerintah tetap memberikan bonus bagi atlet peraih medali. Triyanto yang meraih medali perak dari angkat besi mendapatkan uang tunai Rp400 juta, sementara itu Eko Yuli yang meraih perunggu mendapatkan bonus Rp200 juta.
Pada Olimpiade 2016, Pemerintah menaikkan bonus bagi atlet peraih medali hingga tiga kali lipat. Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang meraih medali emas dari cabang bulu tangkis, mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp5 miliar. Sementara dua lifter angkat besi Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani yang meraih medali perak mendapatkan masing-masing bonus senilai Rp2 miliar.
Berselang setahun kemudian, pemerintah memberikan bonus bagi atlet peraih medali susulan yakni Lisa Rumbewas yang meraih perunggu di cabang angkat besi di Olimpiade 2008 sebesar Rp200 juta. Pada Desember 2020, bonus Rp 400 juta juga diberikan pada Citra Febrianti yang meraih perak di cabang angkat besi Olimpiade 2012. Mereka mendapatkan medali setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) membatalkan medali atlet yang terbukti melakukan doping.
Di Olimpiade Tokyo 2020, pemerintah kembali menjanjikan bonus uang untuk memotivasi atlet yang nilainya sama seperti olimpiade sebelumnya. Atlet peraih medali emas akan mendapatkan bonus Rp 5 miliar, atlet peraih medali perak akan diganjar bonus Rp2 miliar dan Rp1 miliar bagi atlet peraih medali perunggu. Selain itu, kalangan swasta juga bakal memberi bonus peraih emas Rp 500 juta. Sementara peraih perak Rp250 juta dan perunggu Rp100 juta.
Baca juga: Pebulu Tangkis Legendaris Indonesia
Pemberian bonus itu termasuk terbesar dibandingkan negara-negara peserta lainnya. Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 misalnya, satu keeping emas Indonesia diganjar Rp5 miliar atau tertinggi kedua setelah Singapura yang memberikan bonus Rp 9,9 miliar bagi atletnya. Sementara di Olimpiade Tokyo 2020, bonus yang dijanjikan pemerintah bagi atlet peraih emas hanya kalah dari Singapura dan Hongkong yang akan memberikan bonus bagi atletnya masing-masing Rp10 miliar dan Rp9 miliar.
Bagaimanapun bonus uang yang nilai makin fantastis itu memang memotivasi atlet untuk berprestasi maksimal. Di tengah jaminan dan kesejahteraan atlet yang masih jauh dari memadai, bonus itu memberikan jaminan kelayakan hidup atlet setelah melewati usia emasnya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Prestasi Indonesia di Ajang Olimpiade