Greysia/Apriyani Memukul Dominasi Bulu Tangkis China di Olimpiade
Walau mendominasi perolehan medali bulu tangkis di Olimpiade, tapi atlet-atlet China tetap dapat dikalahkan. Kali ini, Greysia/Apriyani berhasil memukul ganda putri China di final Olimpiade Tokyo 2020.
Keberhasilan ganda putri Indonesia merebut medali emas cabang bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020 bukan hanya menjadi catatan prestasi Indonesia, tetapi juga menjaga peta persaingan bulu tangkis dunia dari dominasi China.
Cabang bulu tangkis mulai dipertandingkan sejak Olimpiade Barcelona 1992. Sepanjang sejarah pertandingan hingga Olimpiade Rio de Janeiro 2016, China mendominasi perolehan medali di cabang ini. Pebulu tangkis China sudah meraih 41 medali dengan rincian 18 medali emas, 8 medali perak, dan 15 medali perunggu.
Di belakang China, Indonesia dan Korea Selatan tercatat sama-sama berhasil meraih 19 medali. Bedanya, tim Indonesia lebih banyak meraih medali emas dibanding Korsel.
Total ada tujuh medali emas yang diraih Indonesia, ditambah enam medali perak dan enam medali perunggu. Sedangkan Korsel mengumpulkan enam medali emas, tujuh medali perak, dan enam medali perunggu.
Dominasi tiga negara Asia ini membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyebut pertandingan bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2021 sebagai ajang kekuatan Asia. Di luar negara-negara Asia, ada dua negara Eropa yaitu Denmark dan Spanyol yang menorehkan catatan emas medali bulu tangkis.
Spanyol meraih satu medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Sebagaimana Spanyol, Denmark berhasil meraih satu keping medali emas di Olimpiade Atlanta 1996. Total medali yang dikumpulkan Denmark adalah delapan medali, termasuk tiga medali perak dan empat medali perunggu.
Jumlah koleksi medali tim Denmark ini sama dengan yang diperoleh Malaysia. Hanya saja Malaysia belum pernah mendapatkan medali emas. Atlet-atlet Malaysia baru meraih enam medali perak dan dua medali perunggu. Negara Asia yang juga mencatatkan capaian medali emas adalah Jepang. Selain meraih satu medali emas, Jepang juga berhasil mendapatkan satu medali perak dan satu medali perunggu.
Melihat capaian prestasi bulu tangkis olimpiade di atas, kekuatan cabang olah raga ini masih didominasi China. Koleksi medali China ini ditopang oleh keberhasilan atlet-atletnya di setiap gelaran olimpiade. Dalam satu penyelenggaraan olimpiade, minimal jawara-jawara China mendapat tiga medali. Prestasi mendapat minimal tiga medali di tiap olimpiade ini belum ada yang menyamai.
Indonesia yang berada di belakang China sebagai pengumpul medali terbanyak, pernah tidak mendapat medali yaitu di Olimpiade London 2012. Hanya Korsel yang yang memiliki “tradisi” serupa dengan China yang mendapat medali di tiap olimpiade. Hanya saja, medali yang didapat Korsel tidak sebanyak China. Jika China mampu mengumpulkan minimal tiga medali, Korsel minimal meraih satu medali. Di Olimpiade 2012 dan 2016, Korsel mendapat satu medali perunggu.
Ganda putri
Prestasi terbaik atlet-atlet China ditunjukkan pada gelaran Olimpiade London 2012. Mereka melakukan aksi sapu bersih medali emas di lima nomor yang dipertandingkan, yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Bahkan, di dua nomor yaitu tunggal putri dan ganda campuran, China berhasil mempertemukan dua wakilnya di babak final.
Saat itu, atlet-atlet Cina merajai nomor tunggal putra (Lin Dan), ganda putra (Cai Yun/Fu Haifeng), tunggal putri (Li Xuerui), ganda putri (Tian Qing/Zhao Yunlei), serta ganda campuran (Zhang Nan/Zhao Yunlei).
Dominasi serupa juga pernah terjadi di Olimpiade Sidney 2000. Saat itu pebulu tangkis China berhasil meraih empat dari lima medali emas yang dipertandingkan. Tunggal putri Gong Zichao mengalahkan Camilla Martin dari Denmark. Sementara tunggal putra Ji Xinpen unggul atas pemain Indonesia, Hendrawan.
Satu-satunya nomor yang lepas dari atlet-atlet Cina adalah ganda putra. Medali emas Olimpiade Sydney 2000 berhasil direbut pasangan Indonesia melalui Candra Wijaya/Tony Gunawan. Catatan lain yang muncul dari Olimpiade Sidney ini adalah torehan prestasi China di nomor ganda putri.
Enam pemain bulu tangkis Cina menguasai ganda putri dengan menyabet seluruh medali emas, perak, dan perunggu. Mereka adalah Ge Fei/Gu Jun (emas), Yang Wei/Huang Nanyan (perak), dan Gao Ling/Qin Yiyuan (perunggu).
Keperkasaan atlet-atlet putri China menjadi cerita lain kesuksesan di Olimpiade. Dari total koleksi medali yang didapat China, paling banyak disumbangkan atlet putri dari nomor ganda putri dan tunggal putri. Hingga Olimpiade 2016, nomor tunggal putri sudah menyumbangkan 10 medali. Di empat olimpiade, mulai Olimpiade Sydney 2000 hingga Olimpiade London 2012, para pebulu tangkis tunggal putri China selalu meraih medali emas.
Capaian lebih besar ditunjukkan di sektor ganda putri yang telah menyumbangkan 12 medali termasuk lima medali emas. Medali emas dari sektor ganda putri diraih berturut-turut sejak Olimpiade 1996 hingga Olimpiade 2012.
Namun, kesuksesan itu terhenti di Olimpiade 2016. Medali emas ganda putri berhasil direbut pasangan Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi setelah mengalahkan pasangan Denmark Christinna Pedersen/Kamila Rytter Juhl. Sebelumnya, di babak semi final pasangan Pedersen/Juhl mengalahkan pasangan China, Yu Yang/Tang Yuanting.
Baca juga: Final Pertama Ganda Putri Indonesia di Olimpiade
Di Olimpiade Tokyo 2020 kali ini, nomor tunggal putri dan ganda putri China berhasil masuk babak final. Namun bukan hanya itu, di tiga nomor lainnya China juga berhasil menempatkan atlet-atletnya berlaga di final. Satu emas sudah pasti direbut di nomor ganda campuran setelah China berhasil menempatkan dua wakilnya di final.
Di sektor tunggal putri, Chen Yu Fei berhasil meraih medali emas setelah mengalahkan pebulu tangkis peringkat pertama dunia dari Taiwan, Tai Tzu Ying. Sedangkan di nomor ganda putri, partai final mempertemukan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan melawan Greysia Polii/Apriyani Rahayu dari Indonesia. Hasil pertandingan berhasil dimenangkan pasangan Indonesia.
Pergeseran dominasi
Kemenangan yang diraih Greysia Polii/Apriyani Rahayu atas pasangan China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan menjadi catatan sejarah bagi dinamika pertandingan ganda putri di Olimpiade. Kemenangan ini menjadi pertanda sejumlah dinamika peta kekuatan bulu tangkis dunia.
Pertama, bagi ganda putri Indonesia. Keberhasilan Greysia/Apriyani ini mencatatkan prestasi perdana nomor ganda putri Merah Putih meraih medali di olimpiade. Sebelumnya, Indonesia sudah meraih medali emas di empat nomor lainnya.
Aspek kedua yang dapat dicermati dari kemenangan Indonesia adalah dari lingkup persaingan dunia. Keberhasilan ganda putri Indonesia ini sekaligus juga menjadi prestasi tersendiri di tengah-tengah dominasi China di sektor ganda putri. Sebelumnya, di luar China, hanya Korsel dan Jepang yang berhasil merebut medali emas di olimpiade.
Di Olimpiade Barcelona 1992, pasangan ganda putri Korsel, Chung So-young/Hwang Hye-young berhasil mengalahkan juara dunia 1991 asal China, Guan Weizhen/Nong Qunhua. Sedangkan di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, medali emas diraih pasangan Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Keberhasilan pasangan ganda putri Jepang meraih medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 menarik diamati karena prestasi ini memperlihatkan adanya pergeseran kekuatan. Di ajang ini, untuk pertama kalinya China tidak memperoleh medali dari cabang ganda putri.
Jika di Olimpiade Barcelona 1992, Korsel berhasil meraih medali emas, tapi China masih mampu meraih medali perak dan medali perunggu. Namun, di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ganda putri China tidak berhasil meraih satu medali, baik itu emas, perak, maupun perunggu. Medali perak direbut pasangan Denmark, sedangkan medali perunggu diraih pasangan Korsel.
Selain ganda putri, secara umum Olimpade 2016 juga mencatat turunnya prestasi China dibanding Olimpiade London 2012. China yang menyapu bersih semua nomor, hanya berhasil mempertahankan medali emas di dua nomor yaitu dari tunggal dan ganda putra. Satu tambahan medali berupa perunggu dari ganda campuran.
Poros baru
Persaingan ketat di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 memunculkan poros-poros baru kekuatan bulu tangkis dunia, yang ditandai dengan munculnya atlet dari India, Spanyol, Malaysia, Jepang, dan Inggris. Mereka meramaikan persaingan merebut medali bersama China, Korsel, dan Indonesia yang lebih dulu meraup banyak medali olimpiade.
Hingga saat ini, persaingan atlet-atlet tersebut masih mewarnai peta kekuatan bulu tangkis dunia. Daftar pemain terbaik yang dikeluarkan Badminton World Federation memperlihatkan ragam pemain dunia dari berbagai negara yang bertengger di peringkat 25 besar.
Data peringkat BWF yang diakses pada 1 Agustus 2021 memperlihatkan, di nomor tunggal putri China menempatkan lima atletnya. Membayangi China, atlet Jepang dan Thailand masing-masing empat orang juga masuk peringkat atas.
Ada pula tiga atlet Korsel dan dua atlet India. Indonesia, Rusia, AS, Denmark, Spanyol, dan Taiwan masing-masing menempatkan satu atletnya. Walau hanya satu atlet, tapi Taiwan menempatkan pebulu tangkisnya yaitu Tai Tzu Ying di peringkat pertama dunia.
Hal yang sama juga muncul di nomor ganda putri. Tiga negara, yaitu Jepang, China, dan Korsel masing-masing berhasil menempatkan empat pasangan yang membuat peta kekuatan ganda putri dunia saat ini menjadi lebih seimbang.
Munculnya atlet-atlet potensial dari berbagai negara merupakan ancaman bagi dominasi China di kancah bulu tangkis dunia. Laga final turnamen Final Tur Dunia BWF 2020 semakin menunjukkan ancaman tersebut. Tidak ada prestasi China di kejuaraan tersebut.
Indonesia yang berada di belakang China sebagai pengumpul medali terbanyak, pernah tidak mendapat medali yaitu di Olimpiade London 2012
Gelar dari turnamen yang diikuti delapan pemain/pasangan terbaik setiap nomor ini diraih Lee So-hee/Shin Seung-chan (ganda putri/Korea Selatan), Tai Tzu Ying (tunggal putri/Taiwan), Anders Antonsen (tunggal putra/Denmark), Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (ganda campuran/Thailand), dan Lee Yang/Wang Chi Lin (ganda putra/Taiwan).
Demikian pula dari ajang All England yang dilangsungkan pada Maret 2021. Tidak tampilnya China di kejuaraan All England saat itu, membuat atlet-atlet Jepang merajai dengan meraih juara di empat nomor. Satu nomor lagi yaitu tunggal putra direbut Malaysia.
Baca juga: Greysia/Apriyani Seolah Tak Akan Bermain Lagi
Rentetan kemenangan atlet-atlet di luar China termasuk yang dialami Greysia/Apriyani yang berhasil mengalahkan pasangan ganda putri China bukan hanya memberikan gambaran tekanan atas hegemoni China. Munculnya atlet-atlet berbakat dunia juga menjadi gambaran kemajuan bulu tangkis dunia sekaligus memberi harapan makin kompetitifnya kejuaraan bulu tangkis global.
Di tengah persaingan bulu tangkis dunia yang makin ketat, kaderisasi dan pembinaan atlet yang terus menerus dilakukan untuk mempertahankan dominasi prestasi Indonesia. Ditambah tempaan di berbagai kejuaraan dunia, harapan munculnya generasi berprestasi dapat terus dipupuk untuk menjaga radar prestasi Indonesia di kancah dunia. (LITBANG KOMPAS)