Hari Anak dan Perlunya Memahami Karakter Varian Delta demi Keselamatan Anak
Peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2021 di tengah pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk menjamin keselamatan anak-anak dari paparan virus korona. Anak Terlindungi, Indonesia Maju.
Oleh
Yoesep Budianto
·7 menit baca
Hingga 23 Juli 2021 ada 12,8 persen anak Indonesia berusia 0-18 tahun terinfeksi Covid-19. Risiko paparan virus korona pada anak meningkat seiring munculnya varian Delta. Sebagai varian paling infeksius, pemahaman terhadap karakter varian virus korona menjadi kunci untuk menjamin keselamatan anak-anak di tengah pandemi.
Pandemi yang disebabkan virus SARS-CoV-2 memasuki babak baru saat ditemukan varian virus yang jauh lebih infeksius dan cepat bereplikasi di dalam tubuh manusia. Banyak negara mengalami lonjakan kasus karena varian-varian baru tersebut. Salah satu varian yang perlu diwaspadai adalah Delta.
Varian tersebut pertama kali dilaporkan di India pada Oktober 2020, kemudian menyebar dengan sangat cepat ke berbagai negara. Hingga 22 Juli 2021, total ada 105 negara yang melaporkan transmisi varian Delta, seperti Inggris, Amerika Serikat, Malaysia, dan lainnya. Tak luput, Indonesia juga sedang berjuang melawan varian yang sangat infeksius ini.
Indonesia mencatat kenaikan kasus yang sangat besar sejak bulan Juni 2021. Tak hanya orang dewasa, kasus infeksi anak-anak tercatat cukup besar. Secara nasional, jumlah anak yang telah terinfeksi mencapai sekitar 380.000 jiwa atau 12,8 persen dari total kasus seluruh Indonesia.
Dari jumlah sebesar itu, dapat dikatakan bahwa 1 dari 8 orang yang terpapar virus korona adalah anak-anak. Tak hanya itu, persentase kasus infeksi anak ternyata lebih besar dibandingkan kelompok umur lansia, yaitu 11,2 persen. Kondisi tersebut menjadi gambaran risiko yang cukup mengkhawatirkan bagi keselamatan anak.
Selain kasus infeksi yang tinggi, mortalitas anak mengalami peningkatan. Data pada pekan pertama Juli 2021 menyebutkan bahwa virus korona telah merenggut nyawa sedikitnya 720 anak, kemudian meningkat hingga mencapai 776 anak pada pekan ketiga Juli 2021. Ada kenaikan sekitar 7-8 persen dalam waktu tiga pekan.
Melihat risiko besar anak terinfeksi dan mortalitas, setidaknya ada dua penyebab utama mengapa seorang anak dapat terpapar virus korona. Penyebab pertama adalah lalainya orang tua menjaga protokol kesehatan, khususnya yang masih harus bekerja di luar rumah.
Aktivitas di luar rumah perlu diimbangi kesadaran melakukan protokol kesehatan, apalagi saat pulang ke rumah. Orang tua yang baru pulang dari bekerja tidak boleh langsung melakukan kontak dengan anggota keluarga lain, melainkan harus langsung membersihkan diri dengan mandi dan meletakkan pakaian di wadah terpisah.
Penyebab kedua adalah anak-anak dengan bebas bermain dengan orang lain atau temannya di sekitar rumah, tanpa pemantauan ketat orang tua. Padadal, anak bisa saja tertular oleh temannya yang secara tidak sadar menjadi pembawa virus, atau orang dewasa sekitar rumah.
Mempertimbangkan celah infeksi terhadap anak, orang tua atau keluarga perlu membuat langkah pencegahan. Apabila secara kepatuhan protokol kesehatan telah terpenuhi, maka hal lain yang harus diperhatikan adalah kondisi lingkungan rumah perlu memiliki ventilasi yang baik, serta melakukan cek suhu secara berkala dan bertanya apakah ada keluhan yang dirasakan.
Memahami varian virus
Tingkat kewaspadaan orang tua terhadap varian baru akan meningkat saat mengetahui bagaimana karakteristik penularannya. Sebagai catatan, varian Delta bahkan diperkirakan dapat menular dalam waktu sangat singkat, hanya sekitar 5-10 detik.
Perubahan yang terjadi di struktur sel virus memunculkan banyak varian dengan karakteristik berbeda-beda. Karakteristik varian baru cenderung akan lebih adaptif terhadap perawatan dan pengobatan, termasuk apakah vaksin masih berfungsi optimal.
Kecenderungan varian baru yang lebih infeksius, membuat situasi pandemi akan jauh lebih berbahaya, khususnya untuk anak-anak. Oleh sebab itu, orang tua dan keluarga yang memiliki anak berusia muda, perlu memahami bagaimana karakter varian baru, agar dapat pula melakukan penyesuaian protokol kesehatan di sekitar rumah.
Secara umum, WHO membagi varian baru yang patut diwaspadai ke dalam dua kelompok, yaitu variants of concern (VOC) dan variants of interest (VOI). Dari dua kelompok tersebut, kewaspadaan tinggi patut difokuskan pada kategori variants of concern. Varian ini jauh lebih infeksius, mampu mengubah jenis pengobatan dan perawatan, serta berdampak besar terhadap kesehatan publik dan vaksinasi.
Varian virus yang termasuk variants of concern ada empat jenis, yaitu Alpha (Inggris), Beta (Afrika Selatan), Gamma (Brazil), dan Delta (India). Dari keempat varian tersebut, Delta menjadi jenis virus korona yang paling banyak menyebar dan menyebabkan lonjakan kasus di banyak wilayah.
Varian Delta diperkirakan sekitar 60 persen lebih infeksius dari Alpha. Hal tersebut disebabkan ada beberapa mutasi kunci pada protein lonjakan yang memungkinkan virus untuk masuk dan menginfeksi sel sehat jauh lebih masif.
1 dari 8 orang yang terpapar virus korona adalah anak-anak
Sebelumnya, nama varian virus SARS-CoV-2 memiliki kode biologi tersendiri. WHO kemudian memutuskan untuk menyederhanakannya agar lebih mudah diucap dan diingat pada 31 Mei 2021. Nama baru varian virus menggunakan huruf alfabet Yunani. Selain variants of concern, ada empat varian lain yang termasuk variants of interest, yaitu Eta (beberapa negara), Iota (Amerika Serikat), Kappa (India), dan Lambda (Peru).
Adanya varian baru virus korona menjadi peringatan keras bagi semua orang. Kecepatan infeksi yang makin meningkat membuat risiko terpapar makin besar pula. Kelompok variants of concern terbukti lebih infeksius dan berdampak pada seluruh usaha penanganan pandemi.
Orang tua dan anggota keluarga lain perlu lebih waspada terhadap varian baru tersebut, khususnya anak-anak. Salah satu perubahan protokol kesehatan yang dianjurkan untuk menghadapi varian baru adalah pemakaian masker ganda, yaitu masker medis dan masker kain.
Antisipasi pada anak
Memahami karakter virus tidak cukup dari mengetahui kecepatan infeksi atau peluang mengganti perawatan dan pengobatan yang telah digunakan selama ini. Masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala yang muncul karena varian baru tersebut, dilanjutkan langkah antisipasi agar tidak terpapar virus.
Secara umum, gejala infeksi Covid-19 meliputi demam, batuk kering, dan kelelahan. Namun, ada gejala khusus yang bisa saja muncul, yaitu anosmia, hidung tersumbat, mata merah, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, muntah, diare, hingga menggigil.
Gejala yang muncul di tiap orang tentu bisa berbeda, tergantung seberapa parah infeksinya. Apabila penularan terjadi secara masif, maka gejala yang muncul adalah sesak nafas disertai nyeri di dada, demam tinggi, hingga tubuh terasa sangat lemas.
Berdasarkan gejala infeksi varian baru tersebut, orang tua dan anggota keluarga perlu memeriksa kondisi anak secara berkala, khususnya saat anak menunjukkan gejala serupa. Selain tindak pencegahan, apabila anak telah terinfeksi dan ikut isolasi mandiri, maka pengawasan harus dilakukan dengan lebih waspada.
Anak yang terinfeksi virus korona dan menjalani isolasi mandiri perlu segera dibawa ke rumah sakit apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut, yaitu durasi tidur lebih banyak, nafas cepat, muncul cekungan di dada, hidung kembang kempis dengan ukuran saturasi oksigen kurang dari 95 persen, mata merah dan leher bengkak, dan demam lebih dari 7 hari.
Selain poin di atas, kondisi anak yang perlu diamati adalah muncul kejang, tidak bisa makan dan minum, mata cekung, frekuensi buang air kecil berkurang, dan penurunan kesadaran. Catatan penting tersebut diberikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), agar anak segera mendapatkan perawatan medis.
IDAI secara lugas menghimbau ke masyarakat bahwa risiko anak tidak jauh lebih kecil di bandingkan orang dewasa. Apalagi bagi anak-anak yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid. Risiko mengalami gejala berat akan lebih besar dibandingkan anak lainnya.
Ada beberapa langkah antisipasi yang dapat dilakukan oleh orang tua dan anak, yaitu hanya melakukan kontak dengan orang yang tinggal serumah, mempertimbangkan kembali apakah anak diijinkan beraktivitas di taman atau sekolah, dan mendorong anak untuk ikut vaksinasi.
Segala upaya dilakukan untuk mengurangi celah penularan terhadap anak. Dua tahapan utama yang menjadi catatan penting bagi orang tua adalah memahami karakteristik varian baru, kemudian dilanjutkan menentukan tindakan antisipasi apa yang sesuai dengan kondisi keluarga, termasuk menguatkan protokol kesehatan.
Peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2021 di tengah pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk menjamin keselamatan anak-anak dari paparan virus korona. Semakin banyak anak yang meninggal dunia, semakin besar pula bangsa Indonesia akan kehilangan generasi baru yang diharapkan menjadi penerus pembangunan bangsa di masa mendatang.
Oleh sebab itu, upaya menjamin keselamatan anak dari ganasnya virus korona patut dimulai dari setiap rumah dan diteruskan ke tingkat komunitas/masyarakat. Mari kita selamatkan anak-anak Indonesia dengan mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19. Anak Terlindungi, Indonesia Maju. (LITBANG KOMPAS)