Sosok Ideal Pasangan Ganjar Pranowo
Bertahan dalam ruang penguasaan pemilih yang tersegmentasi semacam itu belum cukup mampu menjaminkan Ganjar Pranowo sebagai penguasa suara terbesar.
Jika ingin menguasai pertarungan, tidak cukup bagi Ganjar Pranowo hanya mengandalkan jurus dukungan yang bertumpu pada para pemilih loyalnya. Ia perlu berpasangan dengan sosok yang dapat menutup celah kekurangan. Siapa paling cocok?
Dibandingkan tokoh politik papan atas lain yang menjadi rujukan preferensi publik sebagai calon presiden, Ganjar terbilang cukup prospektif. Sebagai ”pemula” dalam panggung persaingan calon presiden, preferensi pemilih yang berhasil ia kumpulkan sudah masuk dalam papan atas dukungan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Capaiannya memang masih di bawah posisi Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Namun, dari segi waktu, peningkatan jumlah pendukung Ganjar pesat. Praktis, pasca-Pemilu 2019, namanya baru mulai menjadi rujukan. Sebagai gambaran, Prabowo sudah sejak 2009 dirujuk publik sebagai calon presiden atau wakil presiden dalam berbagai survei opini publik. Begitu juga Anies. Kendati terbilang sebagai generasi baru kepemimpinan, survei preferensi presiden di tahun 2013/2014 sudah pula menampilkan sosoknya sebagai calon presiden pilihan publik.
Sisi prospektif lainnya dari Ganjar, lantaran ia menjadi salah satu sosok yang paling banyak direkatkan dengan karakter sosial, ekonomi, dan politik dari pemilih Presiden Jokowi. Kedekatan paling nyata dari sisi latar belakang pendidikan pendukung mereka. Baik Jokowi maupun Ganjar sama-sama didukung oleh mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan dasar. Distribusi pendidikan kedua tokoh tersebut merupakan representasi masyarakat di negeri ini.
Dari segi status ekonomi, seperti juga para pendukung Jokowi yang terkonsentrasi pada lapis menengah ke bawah dalam struktur masyarakat, maka hal yang sama pada Ganjar. Tidak kurang dari 79,5 persen pendukung Ganjar berstatus ekonomi bawah. Tercatat pula 17,1 persen tergolong kelas ekonomi menengah dan 3,4 persen lainnya kalangan ekonomi atas. Semua proporsi kelompok ekonomi pendukung Ganjar nyaris mirip dengan para pendukung Jokowi (grafik 1).
Kesamaan dalam sisi sosial ekonomi semakin diperkuat dengan kesamaan dalam orientasi politik kedua pendukung. Hasil survei menunjukkan, jika hanya pada pendukung Ganjar saja yang terbilang paling tinggi dalam memberikan apresiasi keberhasilan pada kinerja pemerintahan Jokowi. Apabila pada para pendukung sosok Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Uno, ataupun Prabowo menyatakan kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi tertinggi hingga dua pertiga bagian, maka pada Ganjar tercatat hingga lebih dari tiga perempat bagian (83 persen).
Kesamaan-kesamaan basis dukungan lainnya antara Ganjar dan Jokowi dapat dengan mudah dicermati. Latar belakang ideologi para pendukungnya, misalnya, baik Jokowi maupun Ganjar sama-sama terkonsentrasi pada kalangan berlatar politik nasionalis. Dalam kecenderungan pilihan partai pun, kedua pendukung sama-sama terkonsentrasi pada PDI-P. Itulah mengapa, kesamaan-kesamaan semacam itu mendudukkan Ganjar sebagai sosok yang paling mewarisi karakter pendukung Jokowi. Dengan demikian, dalam masa akhir jabatan Jokowi, sejauh ini hanya Ganjar paling potensial mewarisi dukungan lantaran kesamaannya itu.
Namun, di balik kelebihan yang membuatnya tampak lebih prospektif, terdapat pula celah besar bagi karakteristik pendukung Ganjar. Paling mencolok, dari sisi sebaran para pendukungnya. Pendukung Ganjar mayoritas tersebar di Pulau Jawa. Begitu juga dari sisi kelompok suku, dominan merupakan kalangan masyarakat Jawa.
Kalkulasi politik menunjukkan, menguasai Jawa dan masyarakat bersuku bangsa Jawa memang menjadi suatu nilai lebih tersendiri. Bagaimanapun konsentrasi lebih dari separuh pemilih bermukim di Pulau Jawa. Hal yang signifikan juga terkait dengan suku bangsa, menunjukkan jumlah yang terbesar dari proporsi suku bangsa atau kelompok etnis lain di negeri ini.
Pendukung Ganjar mayoritas tersebar di Pulau Jawa. Begitu juga dari sisi kelompok suku, dominan merupakan kalangan masyarakat Jawa.
Namun, bertahan dalam ruang penguasaan pemilih yang tersegmentasi semacam itu belum cukup mampu menjaminkan dirinya sebagai penguasa suara terbesar. Itulah mengapa, dalam konteks penambahan dukungan diperlukan perluasan pengaruh ke wilayah-wilayah luar Jawa ataupun terhadap kalangan pemilih yang berlatar belakang identitas sosial dan politik yang berbeda.
Kalkulasi matematis sederhana, tentu saja menggiring pada pencarian sosok calon wakil presiden pasangannya yang mampu menutup celah dukungan. Persoalannya, dari beragam nama tokoh politik yang muncul, siapakah yang paling layak berpasangan dengan Ganjar?
Berdasarkan hasil survei, setidaknya hingga saat ini terdapat enam sosok politik yang terbilang menonjol dari sisi proporsi pendukungnya (grafik 2). Pada lapisan teratas, terdapat sosok Prabowo dan Anies. Baik Prabowo maupun Anies, keduanya memiliki karakter yang relatif cocok dipasangankan dengan Ganjar. Keduanya memiliki pendukung yang berbeda karakteristik dengan Ganjar tetapi potensial saling melengkapi.
Para pendukung Prabowo, dalam proporsi yang lebih besar berdomisili di luar Jawa. Dari sisi partai politik, jelas jika Gerindra menjadi terbanyak. Selanjutnya, pendukung yang menjadi simpatisan Golkar, serta PKS.
Pendukung Anies pun sebagian besar berdomisili di luar Jawa. Dari sisi partai politik, tidak jauh berbeda dengan pendukung Prabowo, bertumpu pada para simpatisan pemilih Gerindra dan PKS. Selain kedua partai tersebut, kecuali Golkar, diketahui pula jika pendukung Anies juga terdiri para pemilih Demokrat.
Perbedaan di antara pendukung Prabowo dan Anies tampak pada orientasi politik terhadap rezim pemerintahan saat ini. Apabila pendukung Anies lebih banyak yang menyatakan sikap ketidakpuasan mereka terhadap kinerja pemerintahan Jokowi, maka sebaliknya pada para pendukung Prabowo. Dalam proporsi yang relatif sedikit lebih besar, pendukung Prabowo menyatakan rasa puas mereka dengan kinerja pemerintahan.
Dibandingkan kedua pendukung Prabowo dan Anies, pendukung Ganjar yang terkonsentrasi di Jawa, sebagian besar pemilih PDI-P, dan sekaligus menjadi barisan pendukung kinerja pemerintahan Jokowi, jelas saling bertolak. Namun, dalam konteks perluasan dukungan, kedua karakter yang berbeda tersebut menjadi sesuatu yang saling melengkapi.
Di satu sisi, dibandingkan Anies, Prabowo bisa jadi lebih cocok. Perbedaan dalam karakteristik sosio-demografi dan identitas sosial pendukungnya diikat oleh kesamaan orientasi politik, sama-sama menyatakan apresiasi pada pemerintahan. Sementara Anies, perbedaan karakteristik identitas sosial semakin dipertegas dengan perbedaan dalam orientasi politik, yang cenderung berseberangan pandangan dengan kinerja rezim pemerintahan saat ini.
Namun, sisi lain yang tidak kalah penting, kedua sosok tersebut, baik Prabowo dan Anies, sama-sama memiliki barisan pendukung yang signifikan jumlahnya. Jumlahnya jelas masih lebih banyak dari proporsi dukungan terhadap Ganjar. Dalam kondisi seperti itu, bagi Prabowo dan Anies tidak ditempatkan dalam posisi politik sebagai pasangan pendukung calon presiden Ganjar. Justru sebaliknya yang terjadi, bagi kedua sosok, Ganjar potensial menjadi pasangan calon wakil presiden mereka.
Selain dari Prabowo dan Anies, pilihan Ganjar dapat saja tertuju pada keempat sosok lain yang juga potensial. Berdasarkan hasil survei terbaru, keempat tokoh: Sandiaga, Ridwan Kamil, Agus Yudhoyono, dan Risma, memiliki jumlah pendukung yang relatif lebih kecil dari Ganjar. Dengan kondisi demikian, posisi Ganjar sebagai calon presiden yang dipasangkan dengan mereka menjadi lebih relevan.
Dari keempat tokoh, Ridwan Kamil dan Risma tampaknya agak memiliki kemiripan dengan basis pendukung Ganjar. Kedua sosok tersebut memiliki pendukung yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Mirip dengan Ganjar, Risma tidak hanya dari basis domisili pendukung yang terkonsentrasi di Jawa saja, tetapi dari sisi partai politik pun relatif sejenis dengan pendukung Ganjar.
Sementara, Ridwan Kamil, sekalipun pendukungnya sebagian besar berdomisili di Jawa, tetapi lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Jawa Barat. Sisi yang menyatukan para pendukung Ridwan Kamil dan Ganjar lebih pada kesamaan orientasi politik para pendukung mereka. Baik Ridwan Kamil maupun Ganjar, lebih dari dua pertiga pendukung mereka menyatakan apresiasi terhadap kinerja pemerintahan saat ini.
Berdasarkan karakteristik pendukung kedua sosok, nyatanya baik Ridwan Kamil maupun Risma berada dalam satu barisan pendukung dengan Ganjar. Bagi Ganjar, berpasangan dengan salah satu dari kedua sosok ini menjadi serba problematik.
Dikatakan demikian, lantaran penyatuan para pendukung dengan identitas yang relatif seragam memang relatif lebih mudah dan mampu memperkuat basis loyalitas pendukung dalam ikatan kesamaan identitas. Namun, pada sisi yang lain, penyatuan model identitas sejenis semacam ini masih diragukan efektivitasnya, apakah benar-benar secara kuantitas akan memperluas basis dukungan Ganjar.
Selain Ridwan Kamil dan Risma, terdapat sosok Sandiaga dan Agus Yudhoyono yang juga potensial dipasangkan dengan Ganjar. Kedua sosok tersebut memiliki pendukung dengan karakteristik yang agak berbeda dengan Ganjar lantaran keduanya sebagian besar didukung oleh mereka yang berdomisili di luar Jawa. Kendati demikian, tampak jika proporsi pendukung Sandiaga lebih besar berdomisili di luar Jawa ketimbang Agus Yudhoyono.
Dari sisi dukungan partai politik, keduanya memiliki sisi lebih. Agus Yudhoyono, yang kini sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, mayoritas pendukungnya mengaku menjadi simpatisan pemilih Demokrat. Terdapat juga sebagian kecil pemilih PDI-P dan Gerindra yang menjadi pendukung. Sebaliknya, Sandiaga banyak didukung oleh simpatisan pemilih Gerindra dan PKS. Terdapat juga sebagian kecil pendukung yang mengaku menjadi simpatisan pemilih Demokrat.
Komposisi pendukung yang tampak saling melengkapi, maka baik Sandiaga maupun Agus Yudhoyono terbilang paling cocok dipasangkan dengan Ganjar.
Terkait dengan orientasi politik pendukungnya, kedua barisan pendukung Sandiaga dan Agus Yudhoyono relatif mirip. Bagian terbesar dari kedua pendukung berada pada barisan tidak berseberangan dengan pemerintahan Jokowi. Sekalipun demikian, tidak kurang besar juga yang menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja pemerintahan saat ini. Dengan komposisi pendukung yang tampak saling melengkapi semacam itu, maka baik Sandiaga maupun Agus Yudhoyono terbilang paling cocok dipasangkan dengan Ganjar.
Tentu saja, jika ditelusuri lebih jauh, akan terdapat sisi lebih ataupun sisi kurang lain dari kedua sosok tersebut jika dipasangkan. Hanya, jika alternatif pilihan tertuju pada satu sosok calon wakil presiden harus ditetapkan saat ini, maka bagi Ganjar sosok dengan peluang terbesar yang mampu menutupi celah kelemahan dalam upaya memperluas dukungan ke luar Jawa dan menyentuh pemilih suku-suku bangsa selain Jawa, yang paling relevan dipilih. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Ganjar Pranowo Warisi Efek "Jokowi"?