Daniel Dhakidae dan Tonggak Penelitian di Indonesia
Daniel Dhakidae adalah orator ulung yang memukau di atas panggung. Ia selalu memiliki cara yang unik untuk menyampaikan pemikirannya, dalam bahasa yang elegan, namun penuh kejutan.
Oleh
Bambang Setiawan
·5 menit baca
Daniel Dhakidae, atau biasa kami sebut Bung DD, adalah orator ulung yang memukau di atas panggung. Ia selalu memiliki cara yang unik untuk menyampaikan pemikirannya, dalam bahasa yang elegan, namun penuh kejutan. Menyaksikan orasinya, laksana menonton pertunjukan teatrikal yang menghipnotis.
Pertama kali saya menyaksikan kekuatan katanya secara verbal adalah pada awal tahun 1997, dua tahun setelah saya bekerja di Litbang Kompas dan menjadi anak buahnya.
Pada bulan Maret tahun itu terjadi polemik tentang RUU Statistik yang berpotensi memberikan kewenangan sangat besar pada Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengontrol lembaga-lembaga penelitian swasta.
Rumusan baru tentang statistik dan BPS dirasakan oleh lembaga-lembaga penelitian menjadi intervensi yang berlebihan. Masing-masing lembaga penelitian telah menyuarakan keberatannya, merasa terepresi dengan adanya kewajiban pembinaan oleh BPS jika hendak melakukan penelitian.
Litbang Kompas menjadi yang terakhir memberikan opininya. Daniel Dhakidae sebagai Kepala Litbang Kompas memberikan orasi tunggal di sebuah gedung di Jakarta. Di sanalah saya menyaksikan, untuk pertama kalinya, kualitas keilmuan yang dipadu dengan kemampuan orasi yang memukau dari Bung DD.
“Undang-undang yang baik bukan memberi batasan-batasan, tapi justru membuka peluang berkembangnya profesi peneliti dan penelitian. Berikanlah pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh swasta. Pemerintah mengambil pekerjaan yang memang tidak mampu dilakukan oleh swasta," tegasnya.
Setelah itu, beliau dipanggil dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Fraksi Karya Pembangunan (FKP) DPR di Jakarta, Selasa (18/3/1997) membahas RUU Statistik.
Orasi Bung DD adalah tonggak penting dalam sejarah penelitian di Indonesia, karena kemudian UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik yang disahkan pada bulan Mei 1997 sudah mengubah beberapa ketentuan yang diperdebatkan.
Kewajiban menyerahkan setiap hasil penelitian kepada BPS, diubah menjadi kewajiban memberitahukan “sinopsis” kegiatan statistik yang telah selesai diselenggarakannya kepada BPS. Dalam sinopsis tersebut, data dan analisis hasil penelitian tidak wajib dilaporkan.
Bayangkan, jika isi survei-survei pilkada dan pemilu harus dilaporkan ke lembaga negara (BPS)! Pemerintah akan menjadi pemain tunggal perpolitikan di negeri ini.
Setelah peristiwa itu, dalam berbagai kesempatan saya menyempatkan hadir untuk mendengarkan pidato-pidatonya. Ia dapat memikat penonton dengan membahas kepribadian seorang tokoh dan menguraikannya dalam lanskap politik yang penting dan aktual. Di Malaysia, misalnya, ia berbicara tentang kepribadian Gus Dur untuk membaca proses demokratisasi di Indonesia.
Kekuatan orasi Bung DD pula yang, mungkin, telah membuat majalah pemikiran sosial ekonomi Prisma yang dikembangkannya pada awal-awal penerbitannya cepat berkembang menjadi majalah intelektual yang bergengsi.
Dalam sebuah kesempatan dia pernah bercerita bagaimana masa-masa awal harus mengembangkan Prisma. “Saya keliling ke universitas-universitas ternama, saya kumpulkan doktor-doktor.
Lalu, saya berpidato di depan mereka,” kata Bung DD. Hasilnya, kemudian banyak artikel yang masuk dari intelektual-intelektual kampus. Prisma pun menjadi bahan rujukan yang makin penting di dunia akademik.
Di mata kami, Bung Daniel Dhakidae adalah tipe pemimpin yang selalu hadir di masa krisis.
“Apa Soal?”
Di internal Litbang Kompas sendiri, Bung DD selalu menjadi sosok yang kritis menanggapi pernyataan atau gagasan-gagasan penelitian yang kami lontarkan. “Apa soal?” Demikian ia selalu bertanya ketika kami sudah ngalor-ngidul berbicara. Pertanyaan sederhana ini cukup mengagetkan, tapi maknanya sangat dalam. Yang dimaksud kira-kira adalah “di mana letak problem penelitiannya?”
Pernah, waktu kami menjalani masa pendidikan selama setahun, Bung DD yang saat itu menjadi salah seorang pengajar, menanyakan hal substansial. “Apa yang membuat orang melakukan penelitian?”
Hampir semua peserta didik menjawabnya satu-satu. Tetapi, seperti biasa, alis dan bola matanya yang besar terangkat ke atas setiap mendapat jawaban itu. Tandanya belum tepat menjawab.
“Karena ada problem,” jawabku ketika dia melirik ke arahku.
“Tepat!” jawabnya. Senyumnya merekah. Lalu Bung DD menguraikan apa itu problem penelitian.
Jawabanku sebenarnya menirukan apa yang selalu dikatakan oleh Profesor Andrew P. Vayda, salah satu dosen pembimbing di lapangan ketika skripsi. Guru besar dari Rutgers University, USA, itu selalu menanyakan, “what is your problem atau what is your point?” ketika kami berdiskusi. Kira-kira artinya sama dengan pertanyaan Bung DD, “Apa soal?”.
Mengetahui betul letak persoalan, menjadi dasar bagi penajaman diskusi di awal-awal kami masuk ke lembaga penelitian Litbang Kompas tahun 1995 dan setelahnya.
Sehingga, setiap ada isu yang menarik dan penting untuk diteliti kami membahasnya dari berbagai perspektif, mencari benang merah dan titik temu dari semua persoalan. Meja bundar di tengah ruangan selalu menjadi arena diskusi yang menarik dan hangat.
Di mata kami, Bung DD adalah tipe pemimpin yang selalu hadir di masa krisis. Setelah krisis akibat RUU Statistik, krisis yang terbesar yang dihadapi oleh Litbang Kompas adalah pada Pemilu 2019 lalu.
Di tengah terpaan badai serangan dari masyarakat dan lembaga penelitian lain, akibat publikasi hasil penelitian kami, Bung DD yang sudah pensiun menyempatkan hadir untuk berdiskusi dengan kami.
Berkat kehadirannya kami menjadi makin percaya diri untuk menghadapi segala serangan dengan tetap menjaga martabat. “Jangan pernah minum anggur raja,” pesannya. Maksudnya, sebagai lembaga penelitian, kami harus tetap independen dan tidak boleh disetir oleh penguasa.
Daniel Dhakidae lahir di Ngada, Nusa Tenggara Timur, 22 Agustus 1945. Ia pernah menempuh pendidikan di dua seminari Katolik di Flores. Lulus dengan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1975, lalu meraih gelar Master of Arts bidang Ilmu Politik (1987) dan PhD bidang Pemerintahan (1991) di Cornell University.
Disertasi doktoralnya yang berjudul "The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism: Political Economy of Indonesian News Industry" meraih penghargaan Lauriston Sharp dari Cornell Southeast Asia Program (SEAP). Di Kompas, Daniel Dhakidae menjabat sebagai Kepala Litbang sejak 1994 sampai 2006.
Pada hari selasa pagi, 6 April 2021 jam 7.24 WIB, Bung DD dipanggil keharibaan Allah, meninggalkan panggung teatrikal keilmuannya. Meski demikian, gaung orasinya yang indah masih akan mengalun lama di ruang-ruang akademik, jurnalistik, dan politik.