Pusat Kebugaran Virtual Saat Pandemi
Pusat-pusat kebugaran virtual marak muncul seiring dengan kebutuhan olahraga di saat pandemi. Peluang bisnis di sektor ini terbuka ketika peminat olahraga virtual makin tinggi
Pusat-pusat kebugaran diharuskan menutup kegiatannya sejak pandemi Covid-19 dimulai. Alhasil, masa-masa suram harus dihadapi bisnis pusat kebugaran ini.
Adaptasi terhadap kondisi yang ada pun dilakukan dengan hadir secara virtual. Belakangan, aktivitas kebugaran secara virtual menopang keberlanjutan usaha, bahkan menjadi salah satu bentuk alternatif layanan dari pusat kebugaran yang dilakukan saat pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 memengaruhi seluruh industri di Tanah Air, tak terkecuali industri kebugaran. Kondisi ini semakin mencekik dunia kebugaran atau olahraga.
Apalagi seiring dengan kebijakan lockdown atau di Indonesia dikenal dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat orang membatasi aktivitasnya di luar ruangan. Padahal, sebelumnya olahraga sebagian besar dilakukan di luar ruangan.
Pandemi Covid-19 pun mengubah kebiasaan berolahraga. Jika sebelumnya lebih banyak dilakukan di luar rumah, kini olahraga di rumah menjadi alternatif untuk tetap bugar dan terhindar dari penularan virus.
Berbagai pusat kebugaran yang harus menutup operasionalnya bagi pengunjung pun beralih hadir secara virtual, baik dalam bentuk one-on-one virtual coaching yang memungkinkan anggota berolahraga secara interaktif dengan pelatih tanpa ada kontak fisik, video harian workout from home, maupun kelas daring atau online lewat Instagram, Zoom dan lainnya bagi para anggota pusat kebugaran serta umum yang ingin bergabung.
Kebijakan PSBB yang diikuti pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro kemudian melonggarkan aturan terhadap kegiatan pusat kebugaran dan yoga dapat beroperasi, tetapi dengan berbagai syarat.
Salah satu ketentuan yang dikeluarkan seperti aturan Pemprov DKI Jakarta untuk operasional pusat kebugaran adalah memberikan batas maksimal 25 persen pengunjung dari kapasitas pusat kebugaran. Aturan jarak antar-pengunjung di pusat kebugaran juga diatur minimal 2 meter.
Kondisi ini menjadi angin segar bagi bisnis pusat kebugaran. Namun, berbagai pusat kebugaran tetap mengaktifkan layanan virtualnya, terutama akibat masih diberlakukannya pembatasan jumlah pengunjung. Pembatasan jumlah pengunjung tentu berakibat pada penurunan pendapatan yang diterima pusat kebugaran.
Layanan virtual
Di sisi lain, tren olahraga virtual pun kemudian banyak dilirik. Aktivitas ini banyak dipilih karena tetap beraktivitas fisik meski tidak keluar rumah. Olahraga virtual atau daring dinilai paling mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan harus olahraga keluar rumah yang membuat khawatir bisa terpapar Covid-19.
Berdasarkan Survei Konsumen Indonesia yang dilakukan oleh McKinsey, aplikasi kebugaran dan olahraga daring menjadi primadona baru pada saat dan setelah pandemi Covid-19.
Hal ini menunjukkan pengguna aplikasi kebugaran akan meningkat dari 35 persen menjadi 69 persen per tahunnya. Hal ini tecermin dari usaha rintisan (start up) olahraga lokal asal Indonesia yang mengalami peningkatan pesat pascapandemi Covid-19. Aplikasi olahraga virtual pun semakin populer berkat Covid-19 akibat banyak pusat kebugaran ditutup.
Berbagai pusat kebugaran kemudian hadir secara virtual, baik dalam bentuk aplikasi berbasis service on demand, kelas privat ataupun berkelompok secara virtual lewat Zoom dan Instagram, maupun video call dan video rekaman gerakan dari pelatih atau instruktur.
Layanan olahraga daring melalui aplikasi salah satunya adalah aplikasi Strongbee. Aplikasi berbasis service on demand ini telah menyediakan fitur virtual training session untuk kelas privat dan grup secara daring dengan video call.
Pilihan lain untuk mengikuti layanan kelas virtual yoga adalah dengan mengunjungi platform yang menghubungkan pengguna dengan instruktur yoga terpilih, seperti Superprof. Ada pula aplikasi panduan berlatih, seperti Yoga Studio, Pocket Yoga, Daily Yoga, Yoga Monkey, dan Fitstar Yoga yang dapat diunduh gratis.
Ada pula VirtuFit yang diluncurkan oleh 20Fit, penyedia layanan micro-gym, yang memungkinkan pengguna dan pelatih kebugaran terhubung melalui kelas virtual secara privat atau dengan konsep one-on-one virtual coaching.
Konsep ini memungkinkan pelatih kebugaran lebih fokus kepada pengguna serta bisa menunjukkan gerakan olahraga yang benar hingga memastikan agar pengguna yang mengikuti sesi tidak mengalami cedera selama berolahraga.
Beberapa pusat kebugaran memilih memberikan layanan virtual lewat media sosial.
Sementara beberapa pusat kebugaran memilih memberikan layanan virtual lewat media sosial, seperti yang dilakukan Paradigm Fitness Indonesia. Paradigma Fitness Indonesia menyediakan kelas virtual lewat media sosial, yakni fitur Instagram live.
Aktivitas olahraga kebugaran dipimpin oleh para coach professional yang dibagi dalam beberapa sesi dalam satu hari. Berbagai tipe olahraga dihadirkan, mulai dari yoga, cardio, pilates, boxing hingga dansa sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Pusat kebugaran Ride yang merupakan studio indoor cycling juga menyediakan kelas virtual. Bekerja sama dengan DOOgether dalam kampanye olahraga #DiRumahAja dan R Fitness Indonesia menyediakan video olahraga melalui laman resmi DOOgether dan akun Instagram resmi R Fitness Indonesia.
Beberapa pusat kebugaran juga hadir lewat kelas olahraga virtual melalui Zoom dengan sistem berbayar untuk setiap sesi, seperti SANA Studio, Empire Fit Club dengan kelas virtual lewat Zoom untuk boxing, zumba, hingga yoga dengan biaya Rp 50.000 per sesi.
Kehadiran berbagai layanan daring dari pusat kebugaran bukan lagi sekadar cara bertahan di tengah pandemi, melainkan juga menjadi pilihan layanan yang layak terus ditawarkan pascapandemi, baik sebagai cara baru memperoleh pendapatan maupun bagian dari promosi.
Optimisme
Meski pandemi belum usai, optimisme dunia terhadap bisnis pusat kebugaran cukup tinggi. Pendapatan di segmen pusat kebugaran diproyeksikan Statista 21.859 juta dollar AS pada tahun 2021.
Pendapatan diharapkan menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2021-2024) sebesar 1,90 persen dengan volume pasar 23.127 juta dollar AS pada tahun 2024.
Bahkan, pendapatan studio-studio yoga dunia diprediksi 215 miliar dollar pada tahun 2025. Sementara tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 11,7 persen. Pertumbuhan ini belum memperhitungkan retret, pakaian, tikar, balok, dan aksesori lainnya.
Layanan aplikasi kebugaran virtual pun diprediksi berpotensi meningkat. Menurut perusahaan riset pemasaran Technavio, pasar aplikasi kebugaran berpotensi meningkat hingga 1,68 miliar dollar AS pada tahun 2020-2024.
Selain itu, studi yang dilakukan oleh Polaris Market Research menunjukkan, pasar aplikasi kebugaran virtual diperkirakan dapat mencapai 14,7 miliar dollar AS pada tahun 2026 dan Asia akan menjadi pasar terbesar kedua di industri ini.
Kesadaran publik atas pentingnya imunitas tubuh untuk menghadapi pandemi yang belum diketahui kapan akan usai membuat kesadaran untuk berolahraga secara teratur semakin tinggi.
Wajar jika kemudian optimisme terhadap pemulihan bisnis kebugaran kian tinggi. Apalagi, layanan virtual dari berbagai pusat kebugaran mendapat respons positif dari publik. (LITBANG KOMPAS)