Pergeseran Peta Kekuatan Parpol di Cianjur
Hadirnya empat pasangan calon dalam Pilkada Kabupaten Cianjur membuat gelanggang kontestasi pilkada kali ini semakin meriah.
Pertarungan dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Cianjur selalu semarak dengan melimpahnya jumlah kandidat hingga kehadiran calon perseorangan. Persaingan antarpasangan calon pun menjadi begitu sengit dengan dinamisasi peta kekuatan dan dukungan partai politik.
Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan empat pasangan calon kepala daerah Kabupaten Cianjur sebagai kandidat yang akan bertarung dalam Pilkada 2020. Nomor urut pertama adalah pasangan Muhammad Toha dan Ade Sobari yang maju dari jalur perseorangan. Pasangan calon dari jalur independen itu akan menghadapi tiga pasangan kandidat lainnya yang diusung oleh kekuatan parpol.
Nomor urut dua ditempati Oting Zaenal Muttaqin yang berpasangan dengan Wawan Setiawan. Keduanya diajukan Partai Gerindra dan Demokrat. Sementara itu, di nomor urut tiga Herman Suherman-TB Mulyana mengantongi dukungan dari PDI-P, Partai Golkar, Nasdem, PPP, dan PAN. Sementara pasangan di urutan keempat adalah Lepi Ali Firmansyah yang menggaet Gilar Budi Raharja untuk menjadi wakilnya. Dua partai politik, yaitu PKB dan PKS, mengusung pasangan ini.
Hadirnya empat pasangan calon tersebut akan membuat gelanggang kontestasi pilkada kali ini semakin meriah. Terlebih, keempatnya berangkat dari latar pekerjaan yang berbeda dan sama-sama meminang wakil dari pengusaha.
Kandidat dari jalur independen, Muhammad Toha, dikenal sebagai pengusaha. Sementara Lepi Ali Firmansyah sosok politikus PKB yang kini juga menjadi anggota DPRD Kabupaten Cianjur.
Adapun Herman Suherman menjabat Pelaksana Tugas Bupati Cianjur. Sebelumnya ia wakil bupati dan harus menggantikan posisi Bupati Irvan Rivano Muchtar yang terjerat kasus korupsi. Hingga periode jabatan kepala daerah itu selesai, ia belum dilantik sebagai bupati definitif.
Sementara calon bupati terakhir, yaitu Oting Zaenal, juga berasal dari kalangan birokrat. Ia dikenal cukup berpengalaman berkarier di pemerintahan daerah dan mengemban jabatan sebagai Sekretaris Kabupaten Cianjur pada 2016. Sebelum mencalonkan diri, Oting diamanahi untuk menjadi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cianjur.
Peta dukungan
Kehadiran satu pasangan calon independen dan tiga dari parpol membuat distribusi kekuatan politik cukup cair. Kondisi ini sebetulnya tak jauh berbeda dari pilkada periode sebelumnya pada tahun 2015. Saat itu ruang kontestasi pun terbuka lebar dengan majunya tiga kandidat yang juga salah satunya berasal dari jalur perseorangan.
Ketika itu, pasangan Deni Sunarya dan Zainy Hamzah dari jalur nonpartai menghadapi dua kandidat usungan partai politik. Irvan Rivano Muchtar dan Herman Suherman diusung PBB, PKB, dan Partai Golkar. Sementara satu pasangan lagi, yaitu Suranto dan Aldwin Rahadian, didukung tujuh parpol sekaligus: PDI-P, Hanura, Demokrat, PAN, Nasdem, Gerindra, dan PKS.
Duet Irvan dan Herman keluar sebagai pemenang pilkada dengan meraih lebih dari 463.000 atau 48,99 persen suara pemilih. Pasangan ini unggul tipis atas Suranto-Aldwin yang meraih tak kurang dari 45,69 persen suara.
Secara garis besar, harus diakui besarnya perolehan suara Gerindra pada Pemilu 2019 memicu adanya pergeseran poros kekuatan partai dalam blok koalisi yang mengusung pasangan calon di Pilkada Cianjur 2020 kali ini.
Pemilu 2019 memang menjadi titik kemenangan terbesar yang diraih Gerindra dengan berhasil menguasai 11 kursi legislatif. Gerindra sukses menggapai peningkatan jumlah kursi lebih dari dua kali lipat dari periode sebelumnya.
Partai unggulan kedua ditempati Partai Golkar dengan meraih 16 persen kursi legislatif. Selama tiga kali pemilihan, suara Partai Golkar terbilang paling stabil sebagai partai unggulan dibandingkan dengan parpol besar lain. Raihan suara partai beringin ini bergeming dengan menduduki tujuh hingga delapan kursi legislatif.
Baca juga: Ferri Kurnia Pendekar Teh Pasir Canar
Di sisi lain, suara Demokrat merosot begitu drastis sehingga harus puas dengan hanya meraih lima kursi. Padahal, di dua periode sebelumnya, Demokrat meraih 11 kursi dan 14 kursi, yang sekaligus menandaskannya sebagai partai pemenang dengan mengungguli jauh pesaingnya.
Keunggulan Gerindra itu sebetulnya modal yang cukup guna mengusung pasangan calon pilkada dengan kekuatan tunggal. Namun, koalisi tetap menjadi pilihan dan berhasil menggandeng Demokrat untuk mengusung Oting-Wawan.
Koalisi Gerindra dan Demokrat ini menghasilkan tak kurang dari 32 persen penguasaan kursi di parlemen daerah. Sebelumnya, kedua partai ini memang berada dalam blok koalisi yang sama. Namun, saat itu kondisinya berbalik, Demokrat masih menguasai mayoritas kursi legislatif dan menaungi enam parpol lainnya untuk mengusung pasangan Suranto-Aldwin pada Pilkada 2015.
Dukungan partai deras mengalir kepada pasangan petahana Herman dan Mulyana. Duo ini didukung lima parpol sekaligus yang jika ditotal mencapai 48 persen penguasaan kursi di legislatif. Poros koalisi yang dimotori Partai Golkar ini sebetulnya tak jauh berbeda dengan pemilihan yang mengusung Herman saat mendampingi sang calon bupati Irvan.
Poros kekuatan yang juga muncul adalah koalisi dari dua partai, yaitu PKB dan PKS. Gabungan kedua partai ini memiliki 20 persen kursi legislatif yang cukup untuk mengusung kandidat Lepi dan Gilar. Meskipun kalah besar dari dua kubu partai lainnya, peta dukungan partai Islam dari PKB dan PKS ini dinilai memiliki jangkauan pemilih yang juga luas di tengah masyarakat Cianjur.
Pemekaran wilayah
Selain dinamika politik, menarik pula untuk melihat gejolak isu yang muncul selama gelaran kampanye para calon kepala daerah di Cianjur. Salah satu yang sangat mencuat terkait dengan rencana pemekaran di wilayah Cianjur Selatan.
Wacana pemekaran wilayah Cianjur Selatan untuk berdiri sebagai kabupaten sendiri bukanlah hal baru. Rencana itu terus timbul tenggelam dan telah mencuat sejak puluhan tahun lalu dengan melintasi beberapa kali pergantian kepala daerah di Cianjur.
Sesaat sebelum gelaran Pilkada 2020, isu pemekaran juga sempat kembali mencuat saat Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar terjerat kasus korupsi pada 2018. Masyarakat Cianjur Selatan menilai, harapan untuk mendapatkan pembangunan yang merata dan berkeadilan di seluruh Cianjur seketika pupus saat sang bupati terbukti menyelewengkan dana alokasi khusus yang semestinya dikucurkan bagi sektor pendidikan.
Semua pasangan calon ibarat berlomba menunggangi rencana pemekaran ini untuk menarik simpati pemilih. Secara garis besar, sikap semua pasangan calon seragam akan hal ini, yaitu akan memperjuangkan pemekaran daerah otonomi baru di Cianjur Selatan.
Herman Suherman, misalnya, telah mencantumkan pemekaran Cianjur Selatan sebagai salah satu program unggulannya. Saat menjabat bupati, ia mengaku juga telah menandatangani surat persetujuan pemekaran wilayah.
Baca juga: Kesetiaan Bruder Kristoforus Pudiharjo OFM untuk Pertanian Organik
Sejalan dengan hal itu, pasangan Oting dan Wawan juga akan mendukung penuh proses pemekaran wilayah Cianjur Selatan. Bahkan, Oting menyatakan bahwa ia pernah menjadi ketua tim teknis pemekaran saat menjabat sekretaris kabupaten. Tak mau kalah, dengan pengalamannya sebagai anggota legislatif daerah, pasangan calon Lepi dan Gilar pun berjanji akan terus mengawal proses pematangan rencana pemekaran daerah Cianjur Selatan.
Dengan segala dinamika politik dan gejolak isu strategis tersebut, Pilkada Cianjur akan menjadi gelanggang pertarungan yang begitu terbuka. Setiap pasangan calon memiliki kekuatan dan kesempatan cukup berimbang untuk meraih kemenangan.
(Litbang Kompas)