Salah satu pekerjaan rumah pemimpin baru Kabupaten Lamongan ialah membawa kabupaten itu menempati posisi teratas di Provinsi Jawa Timur, terutama dalam hal kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia.
Oleh
Yohan Wahyu
·5 menit baca
Kandidat kepala daerah dan wakil kepala daerah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tampak belum beranjak dari para pemain lama. Nama-nama baru memang bermunculan, tetapi sosok lama tetap bertengger sebagai representasi pertarungan lama dengan rasa yang baru.
Seperti halnya pemilihan kepala daerah pada periode-periode sebelumnya, antusiasme elite dalam kontestasi politik lima tahunan di Kabupaten Lamongan cenderung terjaga dengan hadirnya sejumlah pasangan calon. Kalaupun dukungan partai politik sudah dikuasai sejumlah nama, jalur perseorangan tetap muncul sebagai alternatif pintu masuk untuk mengikuti kontestasi politik ini.
Pada pilkada langsung pertama tahun 2005, hadir tiga pasangan calon. Hampir semua partai politik peraih kursi di DPRD terlibat dalam kontestasi politik lokal ini. Saat itu sang petahana bupati, Masfuk, yang cukup sukses membawa Lamongan sebagai daerah yang dikenal secara nasional, memenangi kembali kursi bupati.
Kemenangan Masfuk tak lepas dari figur Tsalits Fahami yang ketika itu menjabat sebagai Ketua PCNU Kabupaten Lamongan. Hal yang menarik, tanpa koalisi, pasangan ini diusung Partai Amanat Nasional (PAN) yang pada Pemilu 2004 sukses meraih 10 kursi DPRD atau 22,4 persen suara.
Selain ditopang Tsalits, tentu popularitas Masfuk sebagai petahana juga cukup berperan dalam mendulang simpati pemilih sehingga keduanya sukses meraih 52,9 persen suara. Kubu Masfuk-Tsalits mengalahkan Taufikurrachman Saleh-Soetarto yang diusung koalisi gemuk PKB dan Golkar yang menguasai 55,4 persen kursi DPRD Kabupaten Lamongan dan pasangan Suwito-Suhandoyo yang diusung secara tunggal oleh PDI-P.
Kemenangan Masfuk-Tsalits mengukuhkan kedudukan PAN di Kabupaten Lamongan. Selain menjadi basis pemilih nahdliyin yang kemudian dikuatkan dengan posisi PKB sebagai partai pemenang di wilayah ini, Lamongan dikenal sebagai basis Muhammadiyah yang tak bisa dilepaskan dari PAN.
Dalam Pilkada Lamongan 2010, PAN kembali menang. Fadeli, yang sebelumnya Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan di era Bupati Masfuk, berhasil meneruskan warisan yang sudah ditinggalkan Masfuk saat memimpin dua periode.
Pada Pilkada 2010, PAN tidak sendirian mengusung Fadeli yang berpasangan dengan Amar Syaifuddin, politisi PAN. PAN menjalin koalisi dengan pemenang pemilu di Lamongan, yakni PKB, bersama Golkar dan Demokrat. Dengan koalisi gemuk yang menguasai parlemen, pasangan itu memenangi pilkada dengan 41 persen suara.
Mereka menyisihkan Suhandoyo-Kartika Hidayati (PDI-P). Bahkan, wakil bupati petahana, Tsalist Fahami, yang berpasangan dengan Subagio Rahmat (koalisi PKNU, Patriot, PPP, Gerindra, dan Hanura) juga dikalahkan Fadeli-Amar. Ongky Wijaya Ismail Putra-Basir Suktino yang maju dari jalur perseorangan juga dikalahkan mereka.
Jalinan koalisi yang dibangun PAN membesar pada Pilkada 2015 yang dibangun bersama PKB, PDI-P, PKS, Hanura, Demokrat, Gerindra, dan Golkar. Koalisi partai ini menguasai 92 persen kursi di DPRD Kabupaten Lamongan.
Koalisi besar itu mengusung Bupati petahana Fadeli. Adapun Wakil Bupati petahana Amar Syaifuddin memilih berkarier sebagai anggota DPRD Jawa Timur dari PAN dan tidak maju kembali di pilkada. Akhirnya, Fadeli berpasangan dengan Kartika Hidayati, politisi PDI-P, sosok yang menjadi rivalnya pada Pilkada 2010.
Pasangan Fadeli-Kartika, seperti yang sudah diprediksi, berhasil mendulang 71,1 persen suara. Mereka mengalahkan dua pasangan calon lain yang sama-sama berangkat dari jalur perseorangan.
Sosok lama
Sosok lama muncul pada Pilkada 2020. Wakil Bupati petahana Kartika Hidayati dan Suhandoyo muncul kembali meramaikan kompetisi. Kartika Hidayati berpasangan dengan Sa’im, kader PKB.
Di atas kertas, pasangan yang diusung PDI-P dan PKB ini lebih diuntungkan. Selain dikenal sebagai wakil bupati petahana dan kader PDI-P, Kartika juga merupakan Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Lamongan.
Basis pemilih Lamongan yang dominan nahdliyin menjadi modal sosial yang cukup kuat bagi mereka. Keduanya juga merupakan salah satu pasangan yang dibaiat (berjanji untuk taat) oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Kartika-Sa’im akan mendapat perlawanan, antara lain, dari Suhandoyo-Astiti Suwarni yang maju lewat jalur perseorangan. Suhandoyo bukan sosok baru dalam pilkada di Lamongan.
Pada Pilkada 2005 dan 2010, ia maju sebagai calon wakil bupati dan calon bupati. Bahkan, pada Pilkada 2010, Suhandoyo berpasangan dengan Kartika Hidayati yang diusung PDI-P, tetapi gagal.
Kini, di Pilkada 2020, Suhandoyo berhadapan dengan mantan sekondannya di Pilkada 2010 tersebut. Suhandoyo dan Kartika sama-sama kader PDI-P. Namun, karena tak mendapatkan rekomendasi dari partainya, Suhandoyo maju lewat jalur perseorangan.
Selain diramaikan sosok lama, pilkada tahun ini juga akan menjadi ujian bagi PAN. Partai ini ditantang untuk mempertahankan rekor kemenangannya mengusung pasangan calon, yang diraih pada tiga pilkada sebelumnya.
Kali ini PAN tak lagi mengusung petahana seperti pada masa sebelumnya. Bersama Demokrat, Golkar, Gerindra, PPP, Perindo, dan Hanura, partai itu mengusung Yuhronur Efendi-KH Abdul Rouf.
Pasangan yang diusung tujuh partai itu juga memiliki relasi sosial dengan pemilih nahdliyin. Bahkan, mereka mendapatkan restu dari ulama berpengaruh pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, KH Prof Dr Abdul Ghofur.
Pilkada Lamongan tahun ini akan banyak diwarnai persaingan pasangan calon yang diusung partai politik. Mereka adalah Kartika-Sa’im dan Yuhronur Efendi-KH Abdul Rouf. Adapun pasangan yang maju dari jalur perseorangan cenderung kurang mendapatkan dukungan. Pengalaman pada Pilkada 2010 dan 2015 menunjukkan, pasangan dari jalur independen tak begitu diminati pemilih.
Pada 2010, pasangan calon perseorangan hanya memperoleh 6,2 persen. Dalam Pilkada 2015, dua pasangan calon perseorangan masing-masing memperoleh 26,3 persen dan 2,6 persen.
Meski demikian, peluang Suhandoyo-Astiti Suwarni yang tahun ini melaju dari jalur perseorangan tetap terbuka. Penyebabnya, Suhandoyo cukup dikenal pemilih.
Pada akhirnya, kontestasi pilkada di Lamongan tak saja akan bertumpu pada persaingan kekuatan dukungan partai ataupun popularitas. Pilkada Lamongan juga akan ditentukan pada program yang disajikan pasangan calon.
Salah satu pekerjaan rumah ialah membawa Lamongan menempati posisi teratas di Provinsi Jawa Timur, terutama dalam hal kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini penting, mengingat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lamongan masih berada di urutan ke-21 di Jawa Timur dengan skor 72,57 (2019).
Dengan modal tren peningkatan IPM dari tahun ke tahun, semestinya pemimpin baru Lamongan bisa membawa kabupaten itu menjadi lebih baik lagi. Perbaikan tidak saja dari sisi kesejahteraan warganya, tetapi juga dari sisi pemerataannya. Kita tunggu saja.