Kontestasi Berimbang di Pilkada Kabupaten Semarang
Kemampuan mempertahankan posisi Kabupaten Semarang sebagai lima besar penyumbang PDRB Jawa Tengah patut disiapkan pemimpin yang akan terpilih. Di tengah pandemi, masyarakat menantikan pemimpin yang memberikan solusi.
Persaingan dalam Pilkada Kabupaten Semarang tahun ini diperkirakan berlangsung ketat. Kedua pasangan calon yang akan bertarung memiliki kekuatan yang relatif seimbang, setidaknya dalam modal popularitas dan dukungan politik.
Kandidat Pilkada Kabupaten Semarang saat ini tak lepas dari bayang-bayang petahana. Bintang Narsasi, calon bupati nomor urut 1, merupakan istri Bupati Kabupaten Semarang saat ini, Mundjirin Engkun Suparmadiredjo. Ia berpasangan dengan Gunawan Wibisono.
Dengan visi misi bertajuk Sesarengan BISO, paslon yang dikenal dengan sebutan Bison tersebut akan melawan Wakil Bupati petahana Ngesti Nugroho yang berpasangan dengan Basari. Bertajuk ”Ngebas”, paslon nomor urut 2 ini bersemboyan ”Paling Pas Kagem Bumi Serasi”.
Pertarungan kedua paslon boleh dikatakan tidak mudah diprediksi pemenangnya. Keduanya sama-sama memiliki kedekatan dengan bupati petahana dan sudah lama bersentuhan dengan masyarakat Semarang.
Bintang menemani Mundjirin memimpin Kabupaten Semarang selama 10 tahun terakhir. Dirinya memang tidak terlibat langsung dalam partai politik (parpol). Namun, pengalaman mendampingi Mundjirin membawanya lebih mengenal karakter, permasalahan, hingga kebutuhan Kabupaten Semarang.
Sebagai istri bupati, Bintang menduduki sejumlah posisi strategis di Kabupaten Semarang. Sejak Mundjirin menjabat, Bintang ditugaskan menjadi ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK). Pada saat yang sama, Bintang dipercaya sebagai Ketua Palang Merah Indonesia Kabupaten Semarang dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten Semarang.
Mundjirin juga berprofesi sebagai dokter, yang membawa Bintang menjabat Ketua Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Wilayah Kabupaten Semarang (2001-sekarang).
Adapun Gunawan Wibisono, calon wakilnya, juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Kiprahnya di dunia pemerintahan telah dimulai 35 tahun silam saat menjadi aparatur sipil negara di Kabupaten Semarang. Ketekunan membawanya menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Semarang sejak 2014.
Sebelumnya, Soni (nama panggilan Gunawan) menjadi Staf Ahli Bupati Semarang (2013-2014) dan Kepala Bappeda Kabupaten Semarang (2011-2014). Keterlibatannya di Pemerintahan Kabupaten Semarang bisa dipastikan membawa Soni lebih dekat dengan petahana dan menjadi bekal untuk mengatur strategi apabila terpilih nanti.
Sementara itu, Ngesti Nugroho juga bukan orang baru di Pemerintahan Kabupaten Semarang. Ngesti, yang merupakan wakil bupati periode berjalan, mendampingi Mundjirin memimpin Kabupaten Semarang lima tahun belakangan.
Sejak 1998, Ngesti mulai aktif dalam dunia politik. Dirinya menjadi pengurus PDI-P di Kecamatan Getasan, tempat kelahirannya. Tahun 2004, ia memantapkan diri menjadi wakil rakyat dan terpilih sebagai anggota DPRD dari fraksi PDI-P hingga tiga periode.
Keaktifannya dalam partai, membawa Ngesti ditunjuk sebagai Ketua DPC PDI-P Kabupaten Semarang dua periode terakhir. Peran sebagai wakil bupati juga membuat Ngesti makin dikenal masyarakat dan cukup strategis untuk menjaring suara dalam pilkada mendatang.
Basari, yang akan mendampingi Ngesti jika terpilih nanti, juga politisi kawakan di Kabupaten Semarang. Sama seperti Ngesti, kiprah Basari di dunia politik dimulai sejak masa reformasi (1999).
Ia mengawali karier sebagai pengurus ranting Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus anggota DPRD Kabupaten Semarang sebagai Wakil Ketua Komisi D. Ia ditunjuk menjadi sekretaris DPC dan tahun lalu diangkat sebagai Ketua Fraksi PKB, sama kedudukannya dengan Ngesti.
Koalisi gemuk
Tak hanya memiliki posisi yang strategis, kedua paslon juga didukung koalisi parpol yang kuat. Pasangan Bison maju atas rekomendasi enam parpol, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Gerindra, dan Nasdem. Menurut data KPU Kabupaten Semarang, enam partai ini menduduki 24 kursi di DPRD Kabupaten Semarang.
Adapun pasangan Ngebas mendapat dukungan dari empat parpol. Menjabat sebagai ketua, dukungan PDI-P dan PKB adalah keniscayaan. Dua parpol lain yang mengusung Ngebas adalah Partai Demokrat dan Hanura.
Berbeda tipis dengan parpol pengusung Bison, keempat parpol di kubu Ngebas menduduki 26 kursi DPRD dari total 50 kursi. Dari publikasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Semarang pada Juli 2019, terdapat perbedaan jumlah kursi yang dikuasai sejumlah parpol. Jika mengacu pada publikasi Bawaslu tersebut, perbandingan kursi pengusung Bison dan Ngebas adalah 25:25.
Namun, terlepas dari perbedaan jumlah tersebut, dapat dikatakan kekuatan koalisi kedua calon relatif seimbang. Meskipun penguasaan kursi di DPRD oleh parpol pengusung Bison lebih sedkit, kedatangan parpol baru pengusung Bison, Partai Nasdem, patut diwaspadai. Pileg 2019 menjadi momentum bersejarah bagi Nasdem ketika mampu meraih kursi di DPRD Kabupaten Semarang sejak partisipasinya dalam pemilu tahun 2011.
Tahun 2014, Nasdem belum mendapat kepercayaan dari masyarakat Kabupaten Semarang. Namun pada 2019, Nasdem berhasil merebut 3 kursi di parlemen.
PPP, salah satu pengusung Bison, juga semakin menggeliat. Periode ini, PPP mampu merebut 6 kursi DPRD setelah turun di periode sebelumnya, yakni 5 kursi menjadi 3 kursi. Bahkan, PPP menjadi parpol pengusung Bison dengan jumlah kursi terbanyak saat ini.
Bagi Ngebas, diusung oleh partai PDI-P memberi kekuatan besar. Kabupaten Semarang yang menjadi bagian dari Jawa Tengah tidak lepas dari dominasi PDI-P. Sejarah mencatat, Bupati Kabupaten Semarang dua periode terakhir merupakan kandidat yang diusung oleh PDI-P.
Pilkada 2015 berhasil memboyong Mundjirin-Ngesti dengan perolehan suara 64,93 persen. Bahkan, keduanya menang di 18 kecamatan dari total 19 kecamatan yang ada. Hal itu bisa terjadi tak lain berkat kekuatan PDI-P. Selain PDI-P, PAN dan Gerindra turut mengusung pasangan tersebut. Sebelumnya, PDI-P bersama PAN, Hanura, dan Demokrat juga membawa pasangan Mundjirin-Warnadi memenangi pertarungan dengan mendapat 44,74 persen suara.
Baca juga: Berorientasi Lingkungan, Jateng Valley Ditargetkan Rampung 2024
Dukungan PKB pada pasangan Ngebas juga tak bisa dianggap sepele. Tiga periode berturut-turut, PKB berhasil mempertahankan 5 kursinya di DPRD, di saat parpol lain mengalami pasang surut. PKB juga pernah berhasil memenangkan paslon Bupati-Wakil Bupati Semarang yang diusung pada Pilkada 2005.
Saat itu, PKB bersama dengan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mengusung Bambang Guritno-Siti Ambar Fatonah bertarung melawan empat paslon lain. Persaingan sengit terjadi antara Bambang-Ambar dan paslon Mifta Hudin Afandi-Ari Prabono, yang diusung PDI-P dengan selisih suara 5,37 persen.
Dengan kata lain, PDI-P dan PKB adalah lambang parpol kemenangan di Pilkada Kabupaten Semarang tiga periode berlalu. Boleh jadi, kekuatan makin besar bagi Ngebas ketika PDI-P dan PKB berkoalisi saat ini.
Walakin, adu kekuatan parpol bukanlah agenda utama pilkada. Lebih dari itu, ajang memperebutkan suara rakyat itu bertujuan untuk menjawab harapan-harapan rakyat. Sejumlah prestasi Kabupaten Semarang pun menjadi tantangan pemimpin ke depan untuk dapat mempertahankannya. Salah satunya adalah prestasi Kabupaten Semarang meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan untuk laporan keuangan daerah, selama 9 kali berturut-turut. Laporan keuangan yang baik menjadi salah satu indikasi kejujuran pemda mengelola keuangan daerah.
Baca juga: Optimalkan Bunyi dengan Keramik Eceng Gondok
Kemampuan mempertahankan posisi Kabupaten Semarang sebagai lima besar penyumbang PDRB Jawa Tengah juga patut disiapkan pemimpin yang akan terpilih. Posisi tersebut tak lepas dari keberhasilan program Intanpari, terdiri atas pengembangan tiga sektor unggulan, yaitu industri pengolahan, pertanian, dan pariwisata, yang menyumbang lebih dari separuh PDRB Kabupaten Semarang tahun 2019.
Di tengah pandemi saat ini, masyarakat juga menantikan hadirnya pemimpin yang memberi solusi. Puluhan program unggulan yang ditawarkan setiap paslon pun akan bermakna jika mampu diwujudkan ketika berkuasa.
(Litbang Kompas)