Menguji Kerja Sama ASEAN Saat Pandemi
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN telah hadir selama 53 tahun. Kehadirannya mempertemukan bangsa-bangsa di kawasan untuk memikirkan keamanan dan isu bersama.
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN telah hadir selama 53 tahun. Kehadirannya mempertemukan bangsa-bangsa di kawasan untuk memikirkan keamanan dan isu bersama.
Kini, ASEAN diuji pandemi Covid-19. Komitmen negara-negara anggota diperlukan sekaligus diuji kebutuhan saling memperhatikan dan berbagi.
ASEAN dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, oleh lima pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok.
Negara lainnya, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja, bergabung kemudian. Ada keinginan kuat dari para pendiri untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang damai, aman, stabil, dan sejahtera. Keinginan itu muncul di tengah pertentangan dua negara adikuasa setelah Perang Dunia II, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang terlibat dalam Perang Dingin sejak 1947 dan terus berlangsung puluhan tahun kemudian.
Indonesia diprediksi masuk ke kondisi resesi pada triwulan III-2020.
Akibatnya, kawasan Asia Tenggara ikut menjadi wilayah persaingan ideologi dua negara adikuasa itu. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas dan keamanan negara-negara di Asia Tenggara. Sebelum ASEAN hadir, ada beberapa organisasi sejenis yang dibentuk di Asia Tenggara, seperti South East Asia Treaty Organization (SEATO) yang berdiri 1954, Association of Southeast Asia (ASA) pada 1961, dan Malaysia-Philipina-Indonesia (Maphilindo) pada 1963.
Namun, ketiganya dalam perjalanan waktu ternyata tak berkembang. ASEAN menjadi organisasi terkemuka dan mampu mengumpulkan negara-negara besar untuk duduk bersama. ASEAN, misalnya, berhasil menghimpun China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru melalui forum KTT Asia Timur.
Kini, pandemi Covid-19 membawa tantangan baru dalam kehidupan masyarakat ASEAN, baik dalam penanganan wabah maupun penanganan dampak sosial-ekonomi.
Dua negara ASEAN, yakni Singapura dan Filipina, bahkan secara teknis sudah mengalami resesi (pertumbuhan ekonomi minus selama dua triwulan berturut-turut) akibat pandemi Covid-19. Thailand, Malaysia, dan Indonesia diprediksi masuk ke kondisi resesi pada triwulan III-2020.
Komitmen
Di tengah situasi sulit saat ini, komitmen kerja sama antarnegara ASEAN dinilai masih sangat kuat. Beragam inisiatif dari negara anggota ASEAN muncul. KTT Ke-36 ASEAN pada Juni lalu, misalnya, mengesahkan dua dokumen untuk membangun kekuatan regional dalam menghadapi perubahan akibat pandemi.
Dokumen pertama adalah Pernyataan Visi Pemimpin tentang ASEAN yang Kohesif dan Responsif: Bangkit di Atas Tantangan dan Mempertahankan Pertumbuhan (Leaders’ Vision Statement on a Cohesive and Responsive ASEAN: Rising above Challenges and Sustaining Growth). Dokumen kedua berwujud Deklarasi ASEAN tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Mengubah Dunia Kerja (ASEAN Declaration on Human Resources Development for Changing World of Work).
Baca juga: Pandemi dan Ujian Ketahanan Ekonomi ASEAN
Adapun inisiatif baru yang telah disepakati dan dalam masa persiapan, antara lain platform informasi untuk publik, ASEAN Portal for Public Health Emergency, dan pembentukan ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases. Ada pula penyusunan ASEAN Public Health Emergency Coordination System (APHECS) yang bersifat multisektor maupun pengembangan ASEAN Comprehensive Recovery Framework untuk menyiapkan pemulihan kondisi keamanan dan sosial-ekonomi kawasan akibat pandemi.
Tak ketinggalan, muncul inisiatif pembentukan ASEAN Regional Reserve of Medical Supplies (RRMS) dan Covid-19 ASEAN Response Fund guna menjamin ketersediaan alat kesehatan esensial serta dana dalam situasi darurat. Disusun juga Standard Operating Procedure (SOP) for Public Health Emergencies guna memastikan tersedianya prosedur yang seragam dan terstandar dalam penanganan situasi darurat kesehatan.
ASEAN melalui ACCMSME, badan ASEAN untuk urusan usaha kecil dan menengah (UMKM), ikut mendorong pula negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk merancang stimulus ekonomi khusus bagi UMKM di tengah pandemi.
Baca juga: Menimbang Perlunya Pusat Kendali Penyakit ASEAN
Bahkan, ASEAN dan China mengembangkan konsep Jalur Sutra Kesehatan dalam memerangi pandemi Covid-19. Konsep tersebut menjadi acuan bagi China dalam membangun proyek-proyek infrastruktur di ASEAN, terutama di Indonesia.
Belajar dari pengalaman ASEAN selama ini, efektivitas dari inisiatif pembentukan platform ataupun badan baru sangat bergantung pada ketersediaan dana dan eksekusi nyata setiap negara anggota. Situasi saat ini memang menjadi masa ketika ASEAN kembali diuji. ASEAN harus mampu menunjukkan keberadaannya merupakan komunitas yang saling memperhatikan dan berbagi.
ASEAN harus kembali membuktikan solidaritas regional dapat diwujudkan dengan memberi prioritas pada negara-negara di kawasan untuk bangkit bersama menghadapi dampak pandemi Covid-19. (LITBANG KOMPAS)