Apa yang Sudah dan Belum Kita Ketahui tentang Virus Korona Jenis Baru (2019-nCoV)
Merebaknya virus korona turut menyebarkan ragam informasi tentang virus tersebut. Apa dan bagaimana sebetulnya virus korona (corona), perlu dipahami agar tidak menyebar menjadi virus kepanikan.
Oleh
MAHATMA CHRYSNA
·4 menit baca
Ketakutan tak selamanya membawa kita kepada hal-hal yang negatif. Ketakutan secara proporsional malah membuat kita semakin waspada, termasuk ketakutan terhadap kejadian luar biasa penyebaran virus korona jenis baru.
Berbagai informasi tentang virus korona jenis baru sering bertebaran di media sosial. Untuk menghindari kesimpangsiuran, WHO menyampaikan informasi tentang hal-hal yang telah diketahui dan belum diketahui tentang virus ini.
Dari penjelasan yang dirilis oleh WHO, kita dapat mengetahui beberapa informasi yang telah dan belum kita ketahui tentang virus tersebut.
Informasi umum yang perlu kita ketahui adalah bahwa virus berbeda dengan bakteri. Penyakit karena bakteri dapat diatasi dengan pemberian antibiotik. Akan tetapi, virus pada umumnya yang telah menginfeksi tubuh, termasuk virus korona jenis baru, hanya dapat dicegah dan ditekan penyebarannya.
Virus korona merupakan nama umum bagi virus yang dapat ditemukan pada manusia dan hewan. Dalam rilis video yang dikeluarkan WHO, keluarga virus korona terdiri dari material genetik yang diselimuti dengan protein yang berbentuk menyerupai mahkota duri. Oleh karena itu, virus ini disebut korona, dari kata corona dalam bahasa Latin yang berarti mahkota.
Orang yang terinfeksi virus ini dapat terserang penyakit pernapasan yang bervariasi, mulai dari demam, pneumonia hingga Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan sindrom pernapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome (SARS).
Novel coronavirus (2019-nCoV) merupakan virus korona jenis baru yang belum diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus ini pertama kali terdeteksi pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Baru pada 7 Januari 2020, Pemerintah China mengidentifikasi bahwa virus korona jenis baru ini menjadi penyebab kasus pneumonia.
Hingga 5 Februari 2019, di seluruh dunia, sejumlah 24.554 orang dari 25 negara telah terkonfirmasi terpapar virus ini. Selain itu, sejumlah 492 orang telah meninggal, 491 di China, dan 1 di Filipina.
Seperti berbagai penyakit yang menyerang sistem pernapasan, infeksi virus korona jenis baru ini dapat menyebabkan gejala yang ringan ataupun akut.
Gejala ringan yang ditimbulkan meliputi pilek, sakit tenggorokan, batuk, hingga demam. Sementara gejala akut dapat menyebabkan pneumonia dan kesulitan bernapas, bahkan kematian.
Mengingat gejala yang ditimbulkan oleh virus baru ini sama dengan gejala serangan flu pada umumnya, yakni demam, batuk, dan pilek, hanya tes laboratorium yang dapat menentukan keberadaan virus ini dalam tubuh manusia.
Selain gejala tersebut, WHO juga menegaskan bahwa virus korona dapat menyebar dari hewan ke manusia serta dapat ditularkan dari manusia ke manusia lain.
Hal tersebut terbukti dari kasus virus korona yang dapat ditularkan dari musang ke manusia pada 2002 di China. Bukti lain adalah penyebaran virus tersebut pada unta ke manusia di Arab Saudi pada 2012.
Selain informasi di atas, ada juga hal-hal tentang virus korona jenis baru yang belum diketahui dengan jelas.
Yang belum kita ketahui
Hingga saat ini, WHO melaporkan, virus tersebut ditularkan dari binatang dari pasar hewan di China. Akan tetapi, hewan yang dianggap sebagai penyebar virus korona jenis baru 2019-nCoV ke manusia belum teridentifikasi.
Selain itu, belum diketahui juga berapa lama virus 2019-nCoV tersebut dapat hidup di suatu permukaan. Informasi awal menyebutkan bahwa virus tersebut hanya dapat hidup beberapa jam tanpa inang.
Informasi yang juga belum jelas menyangkut masa inkubasi virus ini, yakni masa dari infeksi hingga munculnya gejala penyakit pada manusia. Hingga saat ini, diperkirakan bahwa masa inkubasi virus korona jenis baru ini bervariasi, dari satu hingga 12,5 hari.
Hingga 5 Februari 2020, belum ada vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah virus korona jenis baru ini. Perawatan spesifik yang dapat diberikan terhadap penderita virus ini pun sedang diteliti secara medis.
Langkah antisipasi
Mengingat berbagai informasi tentang virus korona jenis baru tersebut, yang dapat dilakukan adalah melakukan langkah antisipatif. Terdapat beberapa anjuran praktis dari WHO yang dapat dilakukan secara pribadi untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.
Pertama, mencuci tangan secara berkala dengan cairan berbahan dasar alkohol atau sabun. Hal itu dapat membunuh virus yang ada di tangan.
Kedua, menghindari kontak dengan mereka yang sedang terserang sakit. Selain itu, langkah lain adalah menjaga jarak sekurangnya 1 meter dari orang yang sering batuk, bersih, atau sedang demam.
Batuk dan bersin dari penderita penyakit pernapasan dapat menjadi sarana penularan virus korona. Oleh karena itu, penggunaan masker sangat dianjurkan. Ketiga, bagi mereka yang sedang batuk, pilek, dan demam, dianjurkan untuk menutup mulut saat bersih dan batuk.
Keempat, menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut. Tangan kita menyentuh berbagai permukaan yang dapat terkontaminasi dengan virus. Sentuhan ke mata, hidung, atau mulut dapat menyalurkan virus dari permukaan tersebut ke dalam tubuh kita.
Kelima, menghindari kontak dengan binatang apabila tidak terlalu perlu. Hingga saat ini, belum diketahui, jenis binatang yang menyebarkan virus korona jenis baru ini. Keenam, segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala seperti demam, batuk, atau kesulitan bernapas.
Hal itu lebih-lebih perlu dilakukan bagi mereka yang baru saja bepergian ke wilayah China, berinteraksi dengan mereka yang baru saja bepergian ke wilayah China dan memiliki gejala sakit pernapasan.
Mengingat penelitian terhadap virus ini sedang dijalankan, informasi yang telah diketahui di atas pun dapat berubah dengan cepat. Dengan tetap waspada, mencari up-date berkala dari lembaga resmi seperti Kementerian Kesehatan maupun WHO perlu tetap dilakukan. (LITBANG KOMPAS)