Mewaspadai Siklon Tropis Dekat Indonesia
Berada di wilayah ekuator membuat Indonesia tidak menjadi lintasan siklon tropis. Namun, kondisi tersebut tidak membuat Indonesia terbebas dari dampak siklon tropis. Sepanjang 2000-2012, terjadi 400 siklon tropis.
Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan besar yang terjadi di wilayah perairan dengan masa hidup 3 hingga 18 hari. Radius rata-rata satu siklon bisa lebih dari 150 kilometer. Siklon yang paling besar tercatat terjadi tahun 1979, yaitu Typhoon Tip, yang radiusnya mencapai 1.100 kilometer.
Siklon tropis memiliki banyak istilah di berbagai belahan bumi. Jika terbentuk di Samudra Pasifik barat, disebut dengan badai tropis atau typhoon atau topan. Di wilayah India dan Australia, siklon tropis dikenal dengan siklon atau cyclone, sementara disebut hurricane di wilayah Samudra Atlantik.
Indonesia juga tidak luput dari siklon tropis. Sepanjang periode 2000 hingga 2012 terjadi 400 siklon tropis. Kejadian siklon tropis terbaru pada awal 2020 yang terjadi di sekitar Indonesia adalah siklon tropis Claudia. Siklon ini terpantau berada di Samudra Hindia bagian selatan Nusa Tenggara Timur sejauh 790 kilometer dan bergerak menjauhi wilayah Indonesia.
Setidaknya ada tiga dampak yang dirasakan Indonesia, yaitu hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Potensi hujan lebat terjadi di wilayah Sulawesi hingga Nusa Tenggara. Angin kencang dengan kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam terjadi di Jawa hingga Nusa Tenggara. Sementara gelombang tinggi muncul di perairan Bali dan Nusa Tenggara.
Bila ditarik hingga tahun 2018, sudah banyak siklon tropis yang muncul dan menyebabkan banyak kerugian bagi Indonesia. Pada April 2018, sebuah siklon yang dikenal dengan nama siklon Flamboyan terbentuk di sebelah barat daya Pulau Enggano, Bengkulu. Siklon tersebut membawa banyak massa udara basah dari Indonesia sehingga potensi hujan di daratan turun drastis.
Sementara pada Desember 2018, dua siklon tropis, yaitu Kenanga dan Owen, muncul dekat Indonesia. Siklon Kenanga yang terbentuk dekat dengan Sumatera meningkatkan kecepatan angin di wilayah tersebut. Gelombang laut di bagian barat Sumatera juga makin tinggi.
Berbeda dengan siklon Kenanga, bagian timur Indonesia terdampak kejadian siklon Owen yang muncul dari bagian utara Benua Australia. Saat itu, hujan lebat dan angin kencang diikuti gelombang laut setinggi 3-4 meter terjadi di perairan Maluku hingga selatan Jawa.
Selang setahun, pada Januari 2019 muncul siklon Riley yang terbentuk di sebelah selatan Sumba Timur. Dampak yang ditimbulkan pada pola cuaca Indonesia adalah peningkatan intensitas hujan dan gelombang tinggi di laut. Sementara pada Mei 2019, terbentuk siklon Lili di sekitar Laut Timor.
Untuk wilayah utara Indonesia, kejadian siklon tropis muncul sebanyak 911 kejadian pada periode tahun 1977 hingga 2012 atau sekitar 26 kejadian tiap tahun.
Dari beberapa kejadian siklon tropis yang berdekatan dengan Indonesia, pengaruhnya terhadap pola cuaca sangat besar. Pada satu sisi, siklon mampu mengurangi potensi hujan dan menyebabkan kondisi kering lebih lama. Sementara di sisi lain, siklon tropis membawa banyak hujan sehingga memicu banjir dan angin kencang.
Dampak lainnya adalah meningkatnya gelombang laut di wilayah Indonesia. Kondisi tersebut tentu merugikan nelayan tradisional yang mengalami kesulitan saat akan melaut. Tingginya gelombang laut memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan nelayan di sepanjang pesisir Indonesia.
Pembentukan siklon
Siklon tropis terbentuk setidaknya dari enam syarat pembentukan, dari pengaruh suhu hingga atmosfer. Pertama, siklon tropis dapat terbentuk jika suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 derajat celsius hingga di kedalaman 60 meter.
Kedua, kondisi atmosfer yang tidak stabil dengan ditandai pembentukan awan kumulonimbus secara intensif. Awan kumulonimbus penting dalam perkembangan siklon.
Ketiga, kolom udara di atmosfer harus lembab pada ketinggian sekitar 5 kilometer. Pada ketinggian tersebut, pembentukan kolom udara dan awan kumulonimbus berpotensi tinggi. Keempat, lokasi pembentukan setidaknya berjarak 500 kilometer dari wilayah ekuator.
Kelima, ada gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi yang berupa pusaran angin disertai penumpukan awan. Terakhir, perubahan kondisi angin pada tiap ketinggian atmosfer tak terlalu besar. Pusaran siklon tropis pada tahap awal harus dalam kondisi stabil sebelum mencapai fase matang.
Berdasarkan siklus hidupnya, siklon tropis terbagi dalam empat fase siklus hidup, yaitu fase pembentukan, belum matang, matang, dan pelemahan. Secara umum, siklus hidup siklon tropis bergantung pada gangguan atmosfer berupa kolom udara vertikal dan akumulasi awan-awan kumulonimbus.
Saat fase matang, wilayah dengan kecepatan angin tinggi makin meluas dan terlihat mata siklon. Pada fase ini, penarikan massa udara dari wilayah sekitarnya masif terjadi sehingga memengaruhi pola cuaca, seperti terjadi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di laut. Setelah fase matang yang bertahan sekitar 24 jam, siklon tropis memasuki fase pelemahan.
Pemantauan
Oleh karena siklon tropis sangat berbahaya, pusat peringatan dini siklon tropis di seluruh dunia melakukan pengawasan secara rutin. Pengawasan dilakukan menggunakan berbagai macam teknologi, seperti satelit, radar, dan stasiun pengamatan dengan ataupun tanpa awak. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui lokasi pembentukan siklon, pergerakan, dan kekuatannya.
Secara global, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melalui Tropical Cyclone Program (TCP) membuat sistem peringatan dini di seluruh daerah pertumbuhan siklon tropis. Lokasi pertama bernama WMO/Regional Association I (RA I) Tropical Cyclone Committee yang berada di wilayah Samudra Hindia selatan.
Lokasi kedua, WMO/Regional Association IV (RA IV) Hurricane Committee yang bertanggung jawab atas wilayah Samudra Atlantik utara, Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan Pasifik Utara bagian timur. Lokasi ketiga, WMO/Regional Association V (RA V) Tropical Cyclone Committee untuk wilayah Samudra Pasifik selatan dan Samudra Hindia tenggara.
Lokasi keempat, WMO/ESCAP Panel on Tropical Cyclone yang bertanggung jawab di wilayah Teluk Benggala dan Laut Arab. Terakhir, WMO/ESCAP Typhoon Committee untuk wilayah Jepang dan Asia Tenggara. Semua wilayah tersebut kemudian didetailkan di setiap negara.
Khusus Indonesia, pengamatan siklon tropis dilakukan oleh Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta di bawah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang mengawasi area 900-1250 BT dan 00-100 LS. Tropical Cyclone Warning Center memiliki tugas mengeluarkan dan menyebarluaskan informasi serta peringatan dini siklon tropis beserta cuaca buruk di seluruh daratan dan pantai Indonesia.
Musim siklon
Berada di wilayah ekuator membuat Indonesia tidak dilalui lintasan siklon tropis. Setiap kali muncul siklon tropis, pergerakannya pasti menjauhi wilayah ekuator. Hal tersebut disebabkan oleh sistem iklim dan pergerakan angin global.
Periode pembentukan siklon tropis dekat Indonesia didominasi pada bulan Desember hingga Februari dan Juli hingga Oktober. Saat periode tersebut, wilayah lintang selatan dan utara lebih panas karena pergerakan semu tahunan matahari.
Wilayah lintang selatan dan utara yang lebih panas memiliki tekanan udara lebih rendah, sementara wilayah ekuator yang lebih dingin memiliki tekanan udara lebih tinggi. Karena angin bergerak dari wilayah bertekanan tinggi ke wilayah bertekanan rendah, siklon tropis bergerak menjauhi ekuator.
Berdasarkan data dari Tropical Cyclone Warning Center, pengamatan siklon tropis di Indonesia terbagi menjadi dua daerah, yaitu sebelah utara dan selatan. Untuk wilayah selatan Indonesia, data dari tahun 1984 hingga 2012, kejadian siklon tropis mencapai 258 kejadian. Artinya, tiap tahun sedikitnya muncul 9 siklon tropis.
Khusus wilayah selatan Indonesia, persentase kejadian tertinggi terjadi pada bulan Maret (22,5 persen). Periode berikutnya adalah bulan Februari (20,9 persen) dan Januari (19,8 persen). Tiga bulan tersebut perlu diwaspadai terjadi anomali cuaca karena siklon tropis, khususnya pulau-pulau di selatan Indonesia.
Sementara untuk wilayah utara Indonesia, kejadian siklon tropis muncul sebanyak 911 kejadian pada periode tahun 1977 hingga 2012 atau sekitar 26 kejadian tiap tahun. Dalam setahun, ada bulan-bulan yang memiliki persentase kejadian siklon tropis tertinggi, yaitu Agustus (20,3 persen), September (19,1 persen), dan Juli (15,5 persen).
Fenomena siklon tropis muncul secara alami. Namun, keberadaannya harus diwaspadai karena membawa dampak pada perubahan pola cuaca di Indonesia. Anomali cuaca yang muncul menyebabkan kejadian hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di perairan Indonesia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?