Kabut Misteri Kematian Khashoggi
Butuh 18 hari untuk mendapatkan kepastian nasib jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Setelah sempat menjadi polemik internasional, Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Jamal Khashoggi tewas di dalam gedung Konsulat Arab di Istambul, Turki.
Pemerintah Arab Saudi juga menjelaskan modus kematian, Khashoggi dibunuh setelah berdebat dan terlibat pertikaian dengan orang-orang di konsulat. Pengakuan Arab Saudi ini juga diikuti dengan langkah pemerintah Arab untuk menahan 18 orang tersangka.
Meski pengakuan tersebut sudah diumumkan, keraguan publik tentang penundaan pengakuan Arab Saudi terhadap hilang dan dibunuhnya jurnalis Arab ini belum terjawab. Seperti yang tertulis di berita utama koran The New York Times, belum ada alasan pasti mengapa Arab Saudi harus menunggu lebih dari 2 pekan untuk mengakui bahwa Khashoggi tidak keluar dari gedung dengan selamat ataupun ada pertikaian antara Khashoggi dengan petugas konsulat.
Dibandingkan dengan kasus pembunuhan Kim Jong Nam dan Alexander Litvinenko, misteri kematian Khashoggi lebih lama terkuaknya.
Kim Jong Nam, kakak tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, meninggal dunia di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017 lalu. Sedangkan Alexander Litvinenko, mantan mata-mata Rusia, tewas pada 2006 akibat minum teh yang dibubuhi racun. Kasus kematian Khashogi, Jong Nam, maupun Litvinenko menyita perhatian dunia, karena melibatkan dua negara dalam pusaran kasusnya.
Jong Nam tewas terkena racun senjata kimia yang mengenai wajahnya. Penyidikan cepat polisi Malaysia menemukan modus dan tersangka pembunuhan dua hari kemudian. Tanggal 15 Februari 2017, seorang perempuan yang memegang paspor Vietnam ditahan pihak keamanan Malaysia. Dua orang lainnya ditangkap keesokan harinya.
Jenis racun yang digunakan terungkap 11 hari kemudian. Pusat Analisis Senjata Kimia Malaysia menyatakan Jong Nam tewas akibat terpapar zat saraf mematikan, VX. Racun kental berwarna kuning gelap dan tak berbau itu tergolong senjata pemusnah massal. Jejak gas beracun VX ditemukan pada bagian mata dan wajah Jong Nam.
Racun VX bekerja sangat cepat dan efektif langsung menyerang sistem saraf sehingga korban sesak napas dan jantungnya berhenti bekerja. Cukup satu tetes atau 5 miligram racun yang dihirup ataupun diserap kulit bisa membunuh orang dewasa tak sampai 15 menit. Sebelumnya, pemerintah Korea Utara menyanggah temuan tersebut. Pyongyang menyatakan Kim Jong Nam tewas akibat serangan jantung.
Dalam kasus lain, penyelidikan kematian mantan mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko di London juga tidak berlangsung lama. Kepolisian Inggris membutuhkan waktu sekitar 13 hari untuk mengungkap misteri kematian Litvinenko, mantan mata-mata badan intelijen Rusia (KGB). Litvinenko tewas pada 23 November 2006, tepat tiga pekan setelah meminum teh yang dibubuhi racun radioaktif jenis polonium-210 di salah satu hotel di ibu kota London.
Berdasarkan hasil penyelidikan, kepolisian Inggris menetapkan dua pelaku utama, Andrei Lugovoi dan Dmitri Kovtun. Dua nama tersebut sebetulnya sudah diidentifikasi polisi Inggris 10 hari setelah kematian Litvinenko. Penyidikan sempat terganjal karena Rusia tak mau mengekstradisi Lugovoi. Rusia bersikeras tidak ditemukan bukti soal kesalahan Lugovoi dan tidak ada landasan hukum di Rusia yang membolehkan warganya untuk diadili di luar Rusia.
Alibi-Alibi Saudi
Walau sudah terungkap misteri hilangnya Khashoggi, namun sebenarnya substansi penyidikan kematian Khashoggi baru tersingkap di permukaan. Hingga 23 Oktober 2018 atau 21 hari setelah dilaporkan hilang, jenazah Khashoggi belum ditemukan. Pernyataan-pernyataan pihak Arab Saudi juga berbeda-beda.
Ambil contoh tentang keberadaan Khashoggi saat diindikasikan hilang pada 2 Oktober 2018. Dua hari sesudahnya, pihak Arab Saudi menyatakan bahwa Khashoggi hilang setelah keluar dari gedung konsulat. Sementara BBC mencatat pada hari yang sama dengan kedatangan Khashoggi di kantor konsulat, pesawat jet pribadi yang digunakan oleh agen Saudi tiba di Bandara Istanbul, Turki.
Beberapa kendaraan diplomat terekam tiba di konsulat dengan agen Saudi di dalamnya. Tiga jam kemudian, mobil itu keluar dari konsulat menuju kediaman konsul. Malam harinya, dua jet pribadi itu meninggalkan Turki.
Pemerintah Turki terus mengumpulkan bukti-bukti yang meneguhkan hilangnya Khashoggi. Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Riyadh untuk membuktikan bahwa Khashoggi meninggalkan gedung konsulat. Namun, tidak ada satupun bukti yang ditunjukkan negara penghasil minyak itu.
Di sisi lain, Arab Saudi tetap bersikukuh bahwa Khashoggi hilang setelah keluar dari gedung konsulat. Pemerintah Arab juga mengundang para ahli Turki dan pejabat lain untuk mengunjungi konsulat.
Otoritas Turki meyakini, Khashoggi dibunuh di konsulat itu. Harian pro-Pemerintah Turki, Sabah, melansir, investigasi Turki menemukan bukti rekaman dari jam tangan Apple yang dikenakan Khashoggi dan terkirim ke ponsel Iphone yang dititipkan kepada tunangannya saat ia masuk konsulat.
Dari rekaman itu, ada indikasi bahwa Khashoggi disiksa dan dibunuh di konsulat. Hal ini menguatkan penilaian awal sumber-sumber di kalangan pejabat Turki bahwa Khashoggi, yang vokal mengkritik Pemerintah Arab Saudi, sengaja dibunuh di dalam konsulat tersebut (Kompas, 14/10/2018).
Hingga dua minggu sejak Khashoggi dinyatakan hilang, Arab Saudi masih terus menampik keterlibatannya dalam kasus ini. Namun bukti yang ditemukan tim investigasi Turki justru semakin menunjukkan hal yang sebaliknya.
Rekaman audio yang menunjukkan bahwa Khashoggi disiksa dan dibunuh di dalam gedung konsulat tersebar. Percakapan konsul Arab Saudi, Mohammad al-Otaibi dengan dokter forensik Arab Saudi terdeteksi dalam rekaman tersebut. Tim Turki menyimpulkan 15 orang terlibat dalam penyiksaan itu, beberapa diantaranya merupakan orang-orang terdekat Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Arab Saudi semakin tertekan dengan bukti-bukti itu dan desakan dari negara-negara lain untuk segera mengeluarkan pernyataan tentang kejadian sebenarnya. Raja Salman sempat menghubungi Presiden Erdogan dan mengirim delegasinya untuk membicarakan hal ini.
Pengakuan kematian Khashoggi di gedung konsulat Arab akhirnya diumumkan pada Sabtu (20/10/2018). Tuduhan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman terlibat dalam kasus ini juga ditepis oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi. Pernyataan tersebut berbeda dengan bukti-bukti yang dipublikasikan pemerintah Turki yaitu pembunuhan sadis Khashoggi.
Saat menyampaikan pidato dalam pertemuan dengan para anggota parlemen dari partainya di Majelis Nasional Agung Turki, di Ankara pada 23 oktober 2018, Presiden Turki Recep Erdogan mengatakan, pembunuhan biadab terhadap Jamal Khashoggi yang dilakukan di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, direncanakan dengan teliti. Presiden Erdogan juga minta 18 orang yang ditangkap oleh Pemerintah Arab Saudi agar diadili di pengadilan Turki.
Walau terbilang lamban dibandingkan kasus kematian Jong Nam dan Litvinenko, kemajuan penyidikan kasus Khashoggi memberi harapan terungkap tuntasnya kematiannya. Setidaknya, masih ada dua hal yang belum tersingkap dari penyidikan Khashoggi.
Bagi kelompok wartawan di Istanbul, tuntutan jangan hanya berhenti di 15 orang pelakunya, namun juga harus menyentuh bagi siapa saja yang memberi perintah pembunuhan Khashoggi. Selain itu, solidaritas jurnalis ini juga menuntut jenazah Jamal agar bisa dimakamkan dengan layak. Penghormatan ini harus dilakukan agar seluruh dunia melihat pemakaman Jamal Khashoggi yang dibunuh di ruang gelap dengan cara menakutkan. (DEBORA LAKSMI INDRASWARI)