Lombok Barat, Tantangan Semakin Berat Setelah Gempa
Gempa bumi yang melanda Pulau Lombok beberapa waktu lalu semakin menambah berat perekonomian di Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana hingga 29 Agustus 2018 di Kabupaten Lombok Barat, tercatat 37.285 rumah rusak (12.493 sudah terverifikasi) dari total 83.392 rumah rusak di seluruh Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Jumlah ini menempatkan Kabupaten Lombok Barat sebagai wilayah yang paling banyak mengalami kerusakan rumah akibat gempa.
Kondisi yang memprihatinkan akibat gempa di Lombok Barat ini justru terjadi di saat kondisi angka kemiskinan yang cenderung meningkat, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi turun pada 2016 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan situasi tersebut, bisa diperkirakan kondisi perekonomian di wilayah ini akan semakin berat setelah gempa.
Tantangan berat untuk membangun kembali perekonomian di Lombok Barat ini harus dihadapi oleh pasangan bupati dan wakil bupati terpilih pada pilkada serentak 17 Juli 2018, yakni bupati petahana Fauzan Khalid dan Sumiatun, lima tahun ke depan.
Pasangan petahana yang didukung koalisi besar (lima partai), yakni PKS, PAN, PPP, Nasdem, dan Golkar, ini memenangi pilkada Bupati Lombok Barat dengan memperoleh suara terbanyak sebesar 45,8 persen.
Perolehan suara pasangan ini mengungguli perolehan suara pasangan bupati Nauvar Furqony Farinduan dan wakil bupati Tgh Muammar Arafat yang diusung oleh PKPI, Hanura, Gerindra dengan perolehan 33,13 persen suara dan pasangan yang didukung PDI-P dan PKB, Izzul Islam dan Tgh Khudari Ibrahim, yang memperoleh suara terbuncit sebesar 21,07 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikeluarkan tahun 2016, angka kemiskinan Lombok Barat naik menjadi 17,38 persen (113.300 jiwa) dari tahun sebelumnya 17,11 persen (110.700 jiwa).
Angka kemiskinan di Kabupaten Lombok Barat ini berada di peringkat ke-8 dari 10 kabupaten/kota di provinsi NTB. Posisi relatif angka kemiskinan Kabupaten Lombok Barat berada di bawah rata-rata Provinsi Nusa Tenggara Barat dan di bawah rata-rata nasional.
Masih tingginya angka kemiskinan di Lombok Barat ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan selama ini belum berhasil. Program-program penanggulangan kemiskinan perlu secara efektif dilakukan secara masif oleh pemerintah daerah dengan menggalang segenap potensi yang ada di masyarakat sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai dengan lebih cepat.
Seiring dengan naiknya angka kemiskinan, laju pertumbuhan ekonomi Lombok Barat juga mengalami penurunan, yakni sebesar 5,88 persen atau lebih rendah dari tahun 2015 yang sebesar 6,51 persen.
Hal yang cukup mengherankan, meskipun angka kemiskinan naik, ternyata tingkat pengangguran terbuka di Lombok Barat justru menurun. Angka pengangguran tahun 2016 menurun menjadi 3,35 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,19 persen.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Barat Lobar H. Baihaqi, hal tersebut karena upah yang masih rendah atau banyak penduduk wilayah ini yang bekerja dengan upah rendah.
Tidak semua indikator ekonomi dan kesejahteraan di Lombok Barat memiliki kecenderungan menurun. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), misalnya, cenderung naik dari tahun ke tahun. IPM Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 sebesar 60,61. Angka ini dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pada 2017 IPM Lombok Barat sudah ada di angka 66,37 atau berada di urutan ke-4 di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Namun, angka IPM Lombok Barat ini masih di bawah rata-rata angka IPM Provinsi NTB sebesar 66,58. Angka IPM Kabupaten Lombok Barat ini apabila dibandingkan dengan angka IPM Indonesia tahun 2017 yang sudah pada angka 70,81, masih jauh lebih rendah.
Kendati IPM di Lombok Barat cenderung naik dari tahun ke tahun, angka itu masih harus terus ditingkatkan, terutama karena masih di bawah IPM Indonesia. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi bupati terpilih Fauzan Khalid dan wakil Sumiatun.
Dampak gempa yang merobohkan rumah-rumah, sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas publik lain di Lombok Barat semakin menjadi beban yang lebih berat dan kendala bagi Fauzan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan di wilayahnya hingga setara atau bisa bersaing dengan kabupaten-kabupaten lain, terutama yang ada di Pulau Jawa.
Fasilitas pendidikan dan kesehatan yang keduanya merupakan sarana pendukung tingkat pendidikan dan angka harapan hidup, komponen utama IPM bila kondisinya memburuk akibat gempa, pada gilirannya akan menurunkankan angka IPM.
Oleh karena itu, upaya-upaya untuk segera merehabilitasi fasilitas pendidikan ataupun kesehatan setelah gempa di wilayah Lombok Barat harus menjadi prioritas Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Persoalannya, apabila rehabilitasi fasilitas pendidikan dan kesehatan tidak segera dilakukan. tren kenaikan angka IPM yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini sangat mungkin akan terhenti, bahkan tidak tertutup kemungkinan justru akan menurun.
Dengan demikian, bisa diprediksi bahwa ke depan kualitas hidup masyarakat di Lombok Barat akan memburuk sehingga akan semakin tertinggal dari daerah-daerah lain di Indonesia.
Potensi ekonomi besar
Secara geografis Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu wilayah kabupaten yang memiliki potensi besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain memiliki lahan yang subur dan ketersediaan cadangan air yang melimpah, wilayah Lombok Barat juga mempunyai pemandangan alam yang indah dan potensi wisata alam dan budaya yang berlimpah. Menilik hal tersebut, Kabupaten Lombok Barat memiliki potensi ekonomi yang besar manakala mampu memanfaatkan keuntungan kondisi geografisnya secara optimal.
Berdasarkan kondisi karakteristik lahan, wilayah Kabupaten Lombok Barat dibagi menjadi dua, yakni bagian tengah dan bagian selatan. Wilayah bagian tengah ini merupakan dataran yang potensial untuk pertanian padi, palawija, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
Wilayah ini membentang dari Kecamatan Batu Layar, Narmada, Gunung Sari, Lingsar, Kediri, Labuapi, hingga Kuripan. Wilayah ini memiliki lahan yang subur dan memiliki jaringan irigasi dan ketersediaan air yang cukup baik. Oleh karena itu, pengembangan sektor pertanian menjadi prioritas utama di wilayah bagian tengah ini.
Pengembangan sektor pertanian di bagian tengah secara lebih serius bisa dipastikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah ini mengingat lebih dari 63 persen penduduk yang bekerja di Lombok Barat adalah petani.
Pembangunan infrastruktur irigasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, terutama tanaman padi, sehingga sejumlah petani selama ini hanya mengandalkan air hujan untuk bertanam padi atau hanya panen satu kali dalam satu tahun. Ketersediaan air sepanjang tahun dapat meningkatkan produktivitas sehingga bisa panen lebih dari dua kali dalam setahun.
Kabupaten Lombok Barat juga memiliki potensi wisata yang melimpah dan tidak kalah dengan wilayah-wilayah lain di Provinsi NTB. Kawasan wisata pantai Senggigi, misalnya, sudah menjadi obyek wisata andalan di Pulau Lombok sejak lama.
Kawasan wisata ini dengan segala potensi dan infrastruktur lengkap yang dimiliki, seperti hotel, restoran, dan sarana penunjang lain, masih sangat berpotensi digenjot untuk menarik wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri, dan tidak kalah dengan kawasan Kuta atau Legian di Pulau Bali.
Lombok Barat juga memiliki obyek wisata terkenal lain yang sarat dengan peninggalan sejarah dan budaya, yakni Taman Narmada. Taman Narmada berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, adalah replika Gunung Rinjani yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem dari Bali yang pernah menjadi penguasa Kerajaan Mataram di Lombok Barat pada 1727.
Taman Narmada selain memiliki bangunan-bangunan bersejarah sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarganya juga memiliki koleksi flora dan pohon buah-buahan yang langka, salah satunya koleksi berbagai varietas pohon durian unggulan.
Saat ini tersisa 13 varietas durian dari sekitar 20 varietas durian yang pernah ditanam di Taman Narmada atas perintah raja Anak Agung Ngurah. Varietas ”durian raja” di antaranya Sigula, rasanya sangat manis tetapi aroma kurang tajam. Varietas Tong Medaye, yang dalam bahasa Sasak berarti tak disangka, berbiji banyak tapi memiliki daging tebal walaupun bentuknya kecil.
Potensi wisata tersebut masih sangat mungkin dikembangkan lagi untuk bisa mampu menarik wisatawan lebih banyak lagi dengan cara merestorasi dan membangun fasilitas-fasilitas penunjang serta menggelar berbagai atraksi budaya di kompleks Taman Narmada. Alhasil, ekonomi masyarakat di sekitar Narmada bisa ikut menggeliat. Muaranya selain bisa menambah pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat juga akan semakin meningkat.
Hal-hal tersebut saat ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat saat ini dan ke depan. Dengan potensi wilayah yang cukup melimpah ini, Lombok Barat tidak seharusnya menjadi wilayah yang tertinggal dibandingkan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. (ANUNG WENDYARTAKA/LITBANG KOMPAS)