Kekuatan Petahana di Pilkada Kotak Kosong Bone
Modal sosial dan politik yang besar menjadi kekuatan yang membuat pasangan calon petahana Andi Fahsar Mahdin Padjalangi-Ambo Dalle mampu memenangkan pertandingan melawan kolom kosong di Pilkada Bone. Kemenangan Fahsar-Ambo Dalle juga membuktikan, kekuatan struktur dan kultur masih cukup kuat di bekas Kerajaan Bone ini.
Kabupaten Bone merupakan satu di antara 16 kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada dengan calon yang melawan kotak kosong. Pilkada di Bumi Arung Palakka tersebut dimenangkan oleh pasangan calon (paslon) petahana Andi Fahsar Mahdin Padjalangi-Ambo Dalle dengan kemenangan 232.955 suara (63,05 persen) mengalahkan kolom kosong yang mengumpulkan 136.535 suara (36,95 persen).
Paslon yang bertagar “Tafa’dal” tersebut menang mutlak di 25 dari 27 kecamatan yang ada. Adapun kolom kosong hanya menang di kecamatan Cina dan Tanete Riattang Barat. Dan, sesuai dengan aturan KPU Nomor 13 tahun 2018, paslon Fahsar-Ambo Dalle yang memenangkan lebih dari 50 persen suara, menjadi kepala daerah baru Bone 2018-2023.
Fahsar dan Ambo Dalle merupakan petahana bupati dan wakil bupati Bone yang pernah menjabat periode 2008-2013. Sehingga, wajar jika kekuatannya cukup besar untuk bisa mengumpulkan suara dari basis massa warga Bone. “Kekuatan struktur dan kultur di Bone menyatu di paslon bupati dan wakil bupati petahana,” kata Jayadi Nas, akademisi Universitas Hasanuddin.
Rekam Jejak
Bupati Bone terpilih Fahsar merupakan birokrat yang berpengalaman di pemerintahan Bone dan Sulawesi Selatan. Karirnya dimulai dari Mantri Polisi Pamong Praja di kecamatan Tanete Riattang pada tahun 1991, hingga akhirnya menjadi Asisten Ekonomi Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Bone pada 2003.
Setelah itu Andi Baso, nama panggilan akrab Andi Fahsar, mulai mengikuti kontestasi pilkada dengan menjadi wakil bupati, hingga akhirnya terpilih untuk mendampingi Andi Muh Idris Galigo selama 2003-2008.
Pada pilkada 2008-2013, Fahsar menjajal lagi peruntungannya. Kali ini menjadi wakil Andi Abdullah. Namun, pada pilkada 2008 tersebut, Fahsar tidak terpilih. Setelah gagal, Fahsar terpilih menjadi Staf Ahli Gubernur Sulawesi Selatan Bidang Hukum dan Politik pada 2009. Baru pada 2013, dia bertarung lagi untuk menjadi orang nomor satu Bone.
Pada Pilkada 2013 lalu, Fahsar-Ambo Dalle maju kontestasi bersama tiga paslon lainnya. Saat itu, paslon birokrat dan politisi ini didukung oleh Golkar, PPP, PKS, dan PKB. Kemenangannya mencapai 191.524 suara (47,65 persen), mengalahkan paslon Muh Irsan Idris Galigo-Yuslim Patawari. Irsan merupakan anak dari Muh Idris Galigo, mantan bupati Bone dua periode (2003-2008 dan 2008-2013).
Pasangan Fahsar, yakni Ambo Dalle yang menjadi wakil bupati, adalah seorang politisi Golkar. Sebelum menjadi politisi Ambo Dalle pernah menjadi guru PNS di SMPN Uloe Boccoe dan SMPN 1 Watampone.
Jejak politik Ambo Dalle dimulai pada 1992 dengan menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar. Karir politiknya meningkat menjadi wakil ketua DPRD pada periode 1999-2003, hingga akhirnya menjadi Ketua DPRD pada 2004-2009. Setelah itu, Dalle menjadi wakil bupati mendampingi Fahsar pada 2013 hingga sekarang.
Dukungan Politik
Berbekal sebagai petahana bupati dan wakil bupati, ditambah dengan dukungan partai koalisinya yang solid, kekuatan petahana menjadi raksasa yang sangat sulit untuk ditumbangkan. Sebelas partai politik yakni Nasional Demokrat, Hanura, PKB, Gerindra, PBB, PPP, PDIP, PKS, Demokrat, PAN, dan Golkar dengan 46 kursi yang mengusung paslon Tafa’dal menjadi modal besar pasangan ini untuk menang.
Tingginya tingkat elektabilitas paslon petahana, 72,6 persen menurut survei Bone Pos pada Januari 2018, menjadi alasan bagi partai-partai untuk merapat ke kubu petahana. Sebelas partai pun diborong paslon Fahsar-Dalle menjadi pengusungnya.
Ketika mendaftar ke KPUD Bone pada 8 Januari lalu, pencalonan Fahsar-Ambo Dalle mengguratkan catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah demokrasi di bekas kerajaan Bone. Inilah untuk pertama kalinya satu paslon menyapu bersih dukungan parpol yang punya kursi di DPRD Bone.
Tak hanya mendukung saat prosesi pendaftaran, sebelas parpol juga mendukungnya dalam setiap kampanye. Seperti pada kampanye perdana setelah penetapan KPU, awal Maret lalu. Kampanye yang diadakan di desa Lili Riattang tersebut selain dihadiri oleh Fahsar dan Ambo Dalle, juga tim kampanye seperti Wakil Ketua DPD II Golkar Bone, Andi Akbar Yahya dan politisi Golkar Sulsel, Yagkin M Padjalangi.
Bahkan pada akhir Juni lalu, kampanye akbar mereka dihadiri oleh Calon Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Halid dan calon wakilnya, Aziz Qahhar Mudzakkar. Nurdin Halid datang bukan hanya karena dukungan Partai Golkar tapi juga sebagai besan Fahsar Padjalangi.
Selain itu, kampanye juga dihadiri sejumlah politisi dari Jakarta, di antaranya Andi Mattalatta (politisi Golkar), Akbar Faizal (politisi Nasional Demokrat), Halim Kalla (politisi Golkar), A Akmal Pasluddin (politisi PKS), dan A Rio Idris Padjalangi (politisi Golkar).
Kinerja Memuaskan
Selama lima tahun memimpin, paslon Fahsar – Ambo Dalle telah meningkatkan perekonomian di bumi Arung Palakka. Pendapatan perkapita Bone cenderung meningkat selama 2013-2016. Tahun 2013 saat baru memerintah, pendapatan perkapitanya baru Rp 22,79 juta rupiah. Tahun 2016 meningkat 55 persen menjadi Rp 35,36 juta.
Juga dengan pertumbuhan ekonomi yang angkanya lebih tinggi dibandingkan angka Sulawesi Selatan (Sulsel). Tahun 2013, laju ekonomi baru sekitar 6,3 persen. Namun tahun 2016 meningkat tinggi menjadi 9,06 persen alias lebih tinggi dengan laju Sulsel yang hanya 7,99 persen.
Meski demikian, angka kemiskinan di Bone masih tinggi, bahkan tertinggi di Sulsel. Bone menjadi daerah yang memiliki penduduk miskin terbanyak bersama Gowa dan Makassar. Catatan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), jumlah penduduk miskin Bone sebanyak 314.569 jiwa dari 80.157 keluarga. Penyumbang penduduk miskin terbanyak dari Kecamatan Tellu Siattinge, Kajuara dan Awangpone.
Namun catatan TNP2K Sulsel tersebut angkanya sedikit berbeda dengan data Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone. Pemkab mengklaim telah menurunkan angka kemiskinan dari 80.460 keluarga pada 2014 menjadi 75.000 pada 2015.
Sejumlah program telah dilaksanakan untuk mengatasi kemiskinan. Di antaranya Gerakan Masyarakat Lisu Massikolah Paimeng (Gerakan Wajib Belajar 9 Tahun), bantuan ternak pada kelompok peternak warga ekonomi lemah, pembinaan kelompok wanita tani melalui bantuan bibit sayur, serta pembagian beras kepada warga miskin.
Soal kemiskinan masih menjadi catatan tersendiri bagi pimpinan petahana Fahsar - Ambo Dalle. Meski demikian, selama memerintah mereka mencatat sejumlah prestasi. Di antaranya Prestasi “Metamorfosa Inews Indonesia Award 2017” dalam bidang pertanian dan peternakan. Penghargaan tersebut diberikan karena produksi beras Bone telah mencapai 1,2 juta ton dan daerah ini menjadi lumbung populasi ternak terbesar.
Prestasi lainnya yakni di bidang pemerintahan, Pemkab Bone memeroleh penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha 2016. Penghargaan itu diberikan berdasarkan hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD).
Kinerja pasangan pemimpin Fahsar – Ambo Dalle yang dinilai cukup membawa perubahan tersebut membuat warga Bone tetap setia memilih paslon tersebut untuk kedua kali. Warga tampaknya cukup percaya, bupati Fahsar bisa lebih menyejahterakan masyarakatnya pada periode kepemimpinan berikutnya.
Kultur
Bagi orang Bone yang mayoritas merupakan suku Bugis, sistem patron klien masih kuat dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang tertulis dalam buku “Manusia Bugis” (Christian Pelras, 2006), dalam sistem kekerabatan mereka, sang tuan harus berbaik hati dan melindungi para pengikutnya, sebaliknya pengikut akan setia pada pemimpinnya jika pemimpinnya bisa menyejahterakan kehidupannya.
Fahsar-Ambo Dalle pada kepemimpinan 2008-2013, dinilai bisa menyejahterakan warga. Sehingga, warga Bone sangat hormat pada pemimpinnya dan memilih kembali paslon petahana tersebut. Selain itu, seolah juga menjadi tradisi, setiap bupati dapat meraih kekuasaannya di Bone selama dua periode.
Di antaranya Bupati Andi Muh Indri Galigo yang memerintah 2003-2008 dan 2008-2013, kemudian Bupati Andi Muhammad Amir dengan periode kepemimpinan 1993-1998 dan 1998-2004. Dua bupati tersebut menorehkan prestasi baik.
Di antaranya Juara Teladan I Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, Kategori Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Berprestasi Tahun 2013 (BPK Libureng), Penghargaan Raksaniyata Tingkat Provinsi Sulsel Program Menuju Indonesia Hijau Tahun 2013, Piagam Penghargaan Presiden RI Produksi Beras Di Atas 5 Persen, serta Penghargaan Adipraja Satwa Sewaka dari Menteri Pertanian.
Gagalnya Penantang
Pilkada kolom kosong di Bone terjadi setelah persyaratan dalam proses pendaftaran paslon tidak mampu dipenuhi oleh paslon lain. Satu-satunya paslon yang sedianya akan menjadi lawan bagi pasangan petahana adalah Rizalul Umar–Andi Mappamadeng yang mendaftar dari jalur independen.
Umar-Mappamadeng, pasangan dokter dan birokrat tersebut, sudah mempersiapkan diri sejak September 2017, dengan mengumpulkan KTP. Rizalul Umar, bakal calon bupati, saat itu percaya diri, dengan profesinya sebagai dokter bedah, bisa mengumpulkan dukungan suara dari seluruh masyarakat Bone. Bahkan, Ia sudah menyosialisasikan diri sejak 7 tahun terakhir. Selain sebagai dokter bedah, Umar juga memiliki RS Hapsah di Bone.
Calon pasangannya, Andi Mappamadeng mempunyai basis massa di wilayah Selatan dan Barat. Berbekal dari dukungan suara itu, paslon tersebut tinggal menggarap bagian utara Bone dan wilayah Kota Bone. Namun, rasa optimis tersebut harus terkikis dengan gagalnya pasangan tersebut oleh proses verifikasi KPU.
Ternyata pada proses verifikasi terakhir, paslon Umar–Maddeng hanya sanggup mengumpulkan 24.786 dukungan KTP yang sah. Padahal syarat maju di jalur perseorangan Pilkada Bone, harus mengumpulkan 41.980 KTP. Kekurangan dukungan sebanyak 17.164 KTP membuat Umar-Maddeng terpental dari pencalonan.
Massa pendukung paslon Umar-Mappamadeng pun mendatangi kantor KPU Bone, sesaat setelah pengumuman penetapan. Situasi kantor KPU Bone sempat memanas karena pendukung tim yang kalah tersebut bersitegang dengan polisi.
Setelah tidak lolos verifikasi oleh KPU Bone, paslon Umar-Mappamadeng melapor ke Kantor Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Bone. Mereka melaporkan dugaan kecurangan yang dilakukan oleh KPU Bone, di antaranya sejumlah intimidasi yang dilakukan oleh tim verifikasi terhadap pemilik KTP yang menyatakan dukungan terhadap pasangan Umar-Maddeng. Selain itu, syarat dukungan yang telah disetor timnya menjadi berkurang lima dus saat berada di kantor KPU Bone, dari 59 dus yang diserahkan, tinggal 54 dus.
Setelah melapor ke Panwaslu, tim paslon Umar-Mappamadeng menggugat KPU Bone ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Makassar, dengan alasan KPU Bone telah melakukan kecurangan saat proses verifikasi.
Pasangan pesaing petahana melaporkan intimidasi dan kecurangan yang dilakukan KPU Bone.
Namun, perjuangan paslon independen tersebut harus kandas saat PTTUN Makassar menolak permohonan gugatan. Putusan pengadilan ini menguatkan putusan KPU Bone yang membatalkan Umar-Madeng sebagai calon perseorangan Pilkada Bone. Selanjutnya, paslon tersebut mengajukan banding memori kasasi ke Mahkamah Agung. Hasilnya sama, perjuangan tersebut pun sia-sia karena KPU Bone telah memutuskan paslon tersebut gagal memenuhi verifikasi sehingga pilkada Bone menjadi pilkada lawan kolom kosong.
Usai putusan itu, Umar-Mappamadeng mengalihkan arah perjuangannya. Ia berjuang supaya paslon tandingannya yang didukung oleh 11 partai gagal mendapatkan suara. Mappamadeng pun menjadi tim penggerak untuk mencoblos kolom kosong.
Mappamadeng bersikeras tetap menemukan sejumlah kejanggalan dalam Pilkada Kolom Kosong. Salah satunya terkait banyaknya warga yang tidak datang mencoblos karena tidak mendapatkan undangan. Selain itu, tim relawan kolom kosong menduga adanya penggelembungan suara pada paslon Fahsar-Ambo Dalle dan suara kolom kosong diduga dikurangi.
Itulah dinamika yang terjadi dalam Pilkada Kolom Kosong Bone. Sebenarnya proses demokrasi untuk mencegah kolom kosong telah terjadi. Namun, paslon petahana yang didukung oleh modal politik, massa, struktur dan kultur terlalu kuat untuk dikalahkan.
Pemenang pilkada Bone telah didapatkan. Kini, warga Bone menunggu kinerja nyata Fahsar-Ambo Dalle untuk mewujudkan visi “Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas, dan Sejahtera.” Selain itu, kinerjanya untuk membebaskan Bone dari label penyumbang kemiskinan tertinggi juga dinanti. (LITBANG KOMPAS/M PUTERI ROSALINA)