Petahana Memaksimalkan Kekuasaan
Sebagai daerah baru otonom, Kabupaten Padang Lawas sedang berbenah. Gerak perekonomian daerah ini terus meningkat. Namun, dinamika politik dan perebutan kekuasaan di kabupaten ini masih berjalan landai. Calon-calon pemimpin yang muncul selama satu dasawarsa terakhir masih itu-itu saja.
Kabupaten Padang Lawas merupakan kabupaten baru di Sumatera Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten ini resmi berdiri pada 10 Agustus 2007 hampir bersamaan dengan terbentuknya Kabupaten Padang Lawas Utara.
Sebelum bupati definitif dipilih melalui pemilihan kepala daerah langsung, tampuk kepemimpinan dipegang oleh Penjabat Bupati Soripada Harahap. Pilkada Padang Lawas baru diselenggarakan pada 2008 dan menghasilkan pasangan Basyrah Lubis dan Ali Sutan Harahap sebagai Bupati dan Wakil Bupati Padang Lawas terpilih pertama periode 2008-2013.
Setelah kepala daerah definitif terpilih, derap perekonomian di daerah yang sekarang berpenduduk sekitar 264.000 jiwa ini mulai terasa dan semakin menjanjikan. Dalam rentang 2009-2016, pertumbuhan ekonominya terus meningkat. Bahkan, sejak 2013 pertumbuhan ekonomi Padang Lawas lebih tinggi dibandingkan baik pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara maupun pertumbuhan ekonomi nasional.
Meski belum bisa dikatakan maju dan makmur, kemiskinan di kabupaten ini terkendali di bawah 9 persen. Lebih rendah dibandingkan rata-rata provinsi Sumut. Perekonomian Kabupaten Padang Lawas masih digerakkan oleh sektor pertanian (48,42 persen). Penduduknya mayoritas bekerja di sektor pertanian (69,46 persen), terutama menjadi pekerja di perkebunan.
Komoditas perkebunan yang menjadi andalan adalah kelapa sawit, selain juga terdapat tanaman karet, kopi, kelapa, dan aren. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Padang Lawas tercatat 47.036 hektar (2016) di mana Kecamatan Hutaraja Tinggi dan Kecamatan Sosa menjadi penghasil kelapa sawit terbesar.
Meski secara ekonomi daerah ini bisa dikatakan baik karena memiliki potensi ekonomi andalan, dinamika politik di wilayah yang masuk dalam rumpun Tapanuli bagian selatan ini relatif sepi saat perebutan kekuasaan.
Sejak otonom dan pilkada pertama digelar 2008 hingga sekarang, baru ada dua nama yang menjadi bupati Padang Lawas yaitu Basyirah Lubis dan Ali Sutan Harahap. Meski Basyrah Lubis terpilih sebagai bupati pertama hasil pilkada, masa jabatannya tidak genap lima tahun karena tersangkut kasus korupsi.
Pada 25 Januari 2012, Basyrah Lubis ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi dalam proyek multitahun pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas yang merugikan negara hingga Rp 6,04 miliar. Wakilnya Ali Sutan Harahap kemudian ditetapkan sebagai bupati definitif pada November 2012.
Pilkada Ulangan
Pada pilkada 2013, setelah mengalahkan lima pasangan calon, pasangan Ali Sutan Harahap – Ahmad Zarnawi Pasaribu terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Padang Lawas yang kedua. Lima tahun kemudian, dalam pilkada serentak yang akan diselenggarakan 27 Juni mendatang, pasangan petahana ini akan kembali melawan calon bupati yang sama, dengan jumlah kontestan lebih sedikit dibandingkan pada 2013.
Tiga pasangan calon bupati dan bupati Padang Lawas telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Padang Lawas untuk mengikuti pilkada serentak 27 Juni 2018. Paslon dengan nomor urut pertama adalah pasangan Tondi Roni Tua – Syarifuddin HSB.
Paslon dengan nomor urut dua adalah pasangan petahana Ali Sutan Harahap – Ahmad Zarnawi Pasaribu. Dan paslon nomor urut tiga adalah pasangan Rahmad Pardamean Hasibuan – Syahrul Efendi Hasibuan.
Calon bupati Tondi Roni Tua dan Rahmad Pardamean Hasibuan bukan orang baru dalam ajang pilkada Padang Lawas. Kedua calon bupati ini sudah muncul saat pilkada 2013 dan di pilkada 2018 ini kembali bertarung dengan mengganti pasangan masing-masing sebagai salah satu strategi untuk memenangkan pilkada.
Tondi Roni Tua pada pilkada 2013 menggandeng Idham Hasibuan sebagai calon wakil bupati. Pasangan yang diusung oleh PKB, PDI-P, PPP, dan Partai Karya Peduli Bangsa ini akhirnya kalah karena hanya meraih 12,59 persen suara.
Dalam pilkada 2018, Tondi Roni Tua kembali maju dengan berganti pasangan. Tondi memilih Syarifuddin HSB sebagai pasangan barunya. Pasangan Tondi Roni Tua – Syarifuddin HSB diusung hanya oleh dua partai yaitu Partai Demokrat dan PKS yang memiliki 6 kursi di DPRD.
Ada pun Rahmad Pardamean Hasibuan pada pilkada 2013 berpasangan dengan Andi Ismail Putra Nasution yang diusung oleh Partai Demokrat dan 13 partai gurem. Pasangan ini pun akhirnya kalah karena hanya memperoleh 20,37 persen suara.
Dalam pilkada 2018 ini, Rahmad Pardamean Hasibuan kembali maju dengan pasangan calon wakil bupati yang baru yakni Syahrul Efendi Hasibuan. Berbeda dengan pilkada sebelumnya, di pilkada 2018 ini pasangan Rahmad Pardamean Hasibuan – Syahrul Efendi Hasibuan maju lewat jalur perseorangan.
Dukungan partai politik terbesar rupanya beralih ke paslon petahana Ali Sutan Harahap – Ahmad Zarnawi Pasaribu. Jika pada pilkada 2013 pasangan ini hanya didukung oleh tiga parpol yaitu Partai Golkar, PKS, dan Partai Patriot, dalam pilkada 2018 mendulang dukungan dari 10 parpol yang menguasai 24 kursi di DPRD. Kesepuluh partai tersebut adalah PBB, PKPI, Partai Nasdem, PDI-P, Partai Gerindra, PPP, PAN, Partai Hanura, PKB, dan Partai Golkar.
Dukungan politik yang membesar, citra sebagai pasangan kepala daerah yang solid, dan popularitas yang tinggi karena kinerja selama lima tahun tentu menjadi modal yang sangat kuat bagi paslon petahana ini untuk meraih suara terbanyak.
Ali Sutan Harahap mempunyai waktu yang sangat panjang, hampir seusia kabupaten ini, untuk memupuk modal sosial meraih suara terbanyak. Reputasinya pun kian terdongkrak sebagai sosok yang diterima semua kalangan setelah menerima beberapa penghargaan seperti Anugerah Sahabat Pers (2014 dan 2017) dari Serikat Perusahaan Pers.
Selain itu, bupati petahana ini berhasil membawa Kabupaten Padang Lawas menerima penghargaan karena kepedulian akan pemenuhan Hak Asasi Manusia dari Kementerian Hukum dan HAM selama empat tahun berturut-turut sejak 2014 hingga 2017.
Pada pilkada 2013 pasangan Ali Sutan Harahap – Ahmad Zarnawi Pasaribu memenangkan pilkada dalam satu kali putaran karena perolehan suara yang melampaui syarat kemenangan, yaitu 34,98 persen. Bukan tidak mungkin, dalam pilkada 2018 yang merupakan partai ulangan ini selain menghadirkan kontestan yang relatif sama, juga akan membuahkan hasil yang sama.
Kerawanan Rendah
Ajang pilkada 2018 ini bagi pasangan Ali Sutan Harahap – Ahmad Zarnawi Pasaribu menjadi kesempatan untuk memaksimalkan kekuasaan untuk mengemban jabatan periode kedua. Apalagi bagi Ali Sutan Harahap apabila ia terpilih kembali, pencapaian masa jabatan bupati dua periode akan terasa manis karena menggenapi karir birokrat sebelumnya yang pernah menduduki kursi wakil bupati periode 2008-2012.
Terjadinya partai ulangan dalam pilkada Padang Lawas 2018 ini bisa jadi tidak menghasilkan suatu kejutan. Dinamika politik di Padang Lawas tergolong landai tanpa konflik yang berarti.
Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) pun memberi penilaian terhadap penyelenggaraan pemilu di Padang Lawas kategori kerawanan rendah dengan indeks 1,54. Kategori kerawanan rendah berarti potensi kerawanan relatif lemah, bahkan cenderung tidak rawan. Hal itu berarti tidak ada hal yang berpotensi mengganggu atau menghambat proses pemilu di Padang Lawas berlangsung demokratis, baik dari aspek penyelenggara, kontestasi, ataupun partisipasi pemilih.
Siapa pun paslon yang terpilih nanti, pembangunan Padang Lawas harus berjalan berkesinambungan untuk menghadirkan kemajuan dan kemakmuran rakyat. Meskipun Padang Lawas hanya kabupaten kecil dengan penduduk yang relatif sedikit, kesejahteraan rakyat tetap harus diwujudkan sesegera mungkin. (GIANIE/LITBANG KOMPAS)