Kenangan Petasan Bung Karno dan Takbiran Para Presiden
Tahun ini, Presiden Jokowi akan bermalam takbiran dari Istana Merdeka, Jakarta. Bagaimana para presidennya dahulu?
Setiap orang tentu punya kenangan, pengalaman, atau kisah tersendiri terkait Lebaran. Tak terkecuali bagi para presiden yang pernah atau sedang memimpin negeri ini, baik di saat mereka masih belia ataupun ketika sudah berada di tampuk kursi kepresidenan.
Lima tahun lalu, di sekitar Lebaran tahun 2017, fidget spinner sempat menjadi mainan yang digandrungi anak-anak di kota maupun desa. Bahkan, mainan dengan komponen berupa jari-jari yang dapat berputar di porosnya tersebut sempat tren, populer, dan bahkan dimainkan juga oleh orang dewasa.
Mundur di dekade 80-an hingga 90-an, anak-anak – lelaki biasanya – di beberapa wilayah kerap bermain petasan dari berbagai jenis. Di kampung-kampung pedalaman Jawa yang masih banyak ditumbuhi bambu, petasan meriam bambu menjadi bagian kesemarakan di bulan Ramadhan.
Orang Jawa menyebutnya mercon bumbung. Berbahan bakar minyak yang dituang di tabung bambu, dengan pemantik lidi menyala yang disulutkan ke lubang pemicu di bagian pangkal, maka menggelegarlah suara mercon itu ke penjuru kampung.
Ada yang menambahkan karbit ke dalam bambu untuk menambah keras suara letusan. Beberapa yang iseng, menaruh tempolong (kaleng bekas susu) ke mulut meriam bambu yang akan terlontar – meski hanya beberapa meter ke depan – seiring dengan keluarnya suara letusan.
Baca juga: Malam Kemenangan, Arsip Visual tentang Mereka yang Merayakan Berakhirnya Ramadhan
Permainan yang dulu juga kerap dimainkan adalah pistol mainan dengan pelor berupa doblis (kertas bertotol-totol berisi bubuk petasan yang akan meletus ketika mendapat tekanan). Dikenal pula petasan gulung dengan variasi tingkat kekerasan suara yang dikeluarkan saat sumbunya dinyalakan dan membakar bubuk.
Ada juga mercon sos atau sos dor yang dapat melesat ke angkasa dan lalu pecah serta mengeluarkan bunyi ledakan, mercon lombok atau petasan berukuran kecil dengan bunyi yang tidak begitu keras saat disulut, hingga kembang api yang hanya berpijar indah dan tidak mengagetkan karena nyaris tak mengeluarkan suara.
Kesedihan Bung Karno
Belakangan, petasan dilarang dan dinilai membahayakan karena dapat membikin cedera dan juga memicu kebakaran. Namun dahulu, jauh sebelum ada kesadaran untuk melarangnya, petasan menjadi mainan idola para bocah. Tak terkecuali, Presiden pertama RI, Soekarno, pun di masa kecilnya amat mengidamkan petasan.
Saat mengenang masa kecilnya di Mojokerto, Jawa Timur, Bung Karno sempat mengisahkan kesedihannya di kala masih bocah karena tidak bisa membeli dan bermain petasan. Hal ini karena kondisi keuangan yang kala itu tidak mendukung.
Di hari Lebaran lebih setengah abad yang lalu aku berbaring seorang diri dalam kamar tidurku yang kecil.
“Di hari Lebaran lebih setengah abad yang lalu aku berbaring seorang diri dalam kamar tidurku yang kecil, yang hanya cukup untuk satu tempat tidur, dengan pilu mengintip arah ke langit melalui tiga buah lubang udara yang kecil-kecil pada dinding bambu,” katanya seperti tertulis di buku "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia", otobiografi yang disampaikannya kepada Cindy Adams (1966).
Bung Karno kala itu pun menumpahkan perasaan hatinya yang serasa teriris saat mendengar bunyi petasan disambut teriakan kawan-kawannya yang girang. “Dapatkah orang mengetahui perasaanmu sebagai bocah kecil ketika semua kawan-kawanmu entah dengan cara bagaimana dapat membeli petasan seharga satu sen itu – dan kau tidak? Kau akan merasa sangat sedih!,” ujar Bung Karno.
Secara ringkas, selanjutnya ada seorang tamu yang bertandang menemui ayah Bung Karno dan membawa sebuah bungkusan berisi petasan. Soekarno kecil pun tak mampu menyembunyikan kebahagiaan hatinya ketika mendapat petasan. “Tak ada harta, lukisan, atau pun istana di dunia ini yang dapat memberiku kegembiraan seperti waktu itu. Aku tak bisa melupakan peristiwa itu sepanjang hidupku,” kata Bung Karno.
Pujian kepada Allah dengan menyerukan takbir mulai dilantunkan umat Islam menjelang Idul Fitri dan juga Idul Adha. Takbir ini dikumandangkan oleh semua kalangan mulai warga hingga Kepala Negara.
Tabuh bedug
Merujuk arsip pemberitaan Kompas, pada 8 Februari 1997, misalnya, Presiden Soeharto menabuh bedug raksasa asal Masjid Agung Bantul pada acara Gema Dzikir dan Takbir menyongsong 1 Syawal 1417 Hijriah di bawah Tugu Monas Jakarta. Alunan takbir Kepala Negara disambut suara gema takbir ribuan umat yang saat itu hadir di jantung Kota Jakarta.
Mengenakan surban, berpeci, dan berpakaian putih, Presiden Soeharto kala itu mengumandangkan takbir dengan alunan suara khidmat, “Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Laa ilaaha ilaallaahu Allahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.”
Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Laa ilaaha ilaallaahu Allahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.
Seperempat abad lalu, Presiden BJ Habibie, saat memberi sambutan pada Malam Takbir di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (18/1/1999) malam, mengajak semua pihak menghadapi musibah krisis dengan penuh kesabaran. Semua pihak pun diajak meningkatkan pengendalian diri, berpikir jernih dan rasional, serta tidak terbawa emosi atau semata-mata karena dorongan kepentingan pribadi dan kelompok.
“Kita sebagai bangsa, pada saat ini, sedang mengalami suasana keprihatinan nasional. Krisis yang sedang kita upayakan pemecahannya sungguh merupakan musibah dan ujian yang tidak ringan bagi bangsa Indonesia,” ujar Presiden BJ Habibie.
Satu tahun berselang kemudian, adanya persamaan di tengah perbedaan disuarakan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. “Kita mempunyai bermacam-macam agama dan bahasa. Semua adalah hakikat kita sebagai umat yang satu dan tidak dapat dipisahkan. Kita harus menempatkan diri sebagai makhluk Tuhan,” kata Gus Dur di depan ribuan umat muslim yang mengikuti “Takbir Persaudaraan” di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (7/1/2000).
Selain diisi renungan-renungan Idul Fitri, acara yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor dan Pemuda Muhammadiyah kala itu juga dimeriahkan tarian Lompat Gambus dari Ambon dan Rampak Aceh. Kompas melaporkan, kala itu tarian tersebut mendapat aplaus meriah dari peserta.
Semua adalah hakikat kita sebagai umat yang satu dan tidak dapat dipisahkan.
Presiden Megawati Soekarnoputri saat memimpin negeri ini hadir pula pada acara Takbir Akbar Nasional di bawah Monumen Nasional atau Tugu Monas pada Sabtu (15/12/2001). Puncak acara yang berlangsung dari pukul 20.15 sampai 23.00 adalah tampilnya Megawati di panggung acara dan menyerahkan pemukul beduk kepada Wakil Presiden Hamzah Haz.
Setelah memukul beduk, Hamzah Haz menyerukan takbir disusul Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Akbar Tandjung, dan Menteri Agama Said Agil Al Munawar.
Sementara itu, saat menghadiri Takbir Akbar Nasional di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (12/10/2007) malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya menyampaikan tiga pesan.
Tiga pesan yang mesti dilakukan dimaksud yakni setia kawan, kepedulian sosial, dan menjaga tekad membangun bangsa.Era Jokowi
Pandemi Covid-19
Beberapa tahun belakangan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, kemeriahan pawai dan gema takbir sempat dibatasi oleh pembatasan pada masa pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, para periode pertama pemerintahannya Presiden Jokowi sempat memeriahkan takbir akbar di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kamis (16/7/2015) malam.
“Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar. Laa Ilaha Illallohu Allohu Akbar...Allahu Akbar Walillahilhamd...,” Presiden Joko Widodo mengumandangkan takbir seusai berbuka puasa di hari terakhir Ramadhan dari panggung di depan Masjid Raya Baiturrahman seperti diberitakan Harian Kompas, Senin (20/7/2015).
Sejurus kemudian, berkumandanglah kebesaran nama Ilahi yang diikuti ratusan warga di seberang panggung, serta pemukulan beduk sebagai tanda dimulainya pawai dan takbir akbar. Pawai dan takbir akbar diikuti tak hanya rangkaian mobil dengan aneka hiasan kubah masjid dan warga di atasnya yang mengumandangkan kebesaran nama Ilahi seraya menabuh rebana, juga barisan pemuda berjalan kaki sambil membawa obor.
Untuk pertama kali, dalam catatan sejarah, seorang Presiden RI merayakan Lebaran di Aceh bersama warga.
Sesekali mereka memberi hormat dan melambaikan tangan kepada Jokowi dan tamu-tamu di atas panggung. Untuk pertama kali, dalam catatan sejarah, seorang Presiden RI merayakan Lebaran di Aceh bersama warga. Selain ditemani Ibu Negara Ny Iriana Joko Widodo dan kedua anaknya, Kahiyang Ayu dan Kahesang Pangarep, Presiden juga didampingi Menko Perekonomian Sofyan A Djalil dan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan.
Pada Jumat (17/7) pagi Presiden dan keluarga juga menunaikan shalat Id di Masjid Raya Baiturrahman. Meskipun pengamanan ketat, tak menyurutkan warga datang mengikuti shalat Id. Lebih dari 5.000 warga Banda Aceh memadati masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612. Bahkan, sejumlah jemaah rela shalat di jalan karena masjid penuh.
Nggak boleh main petasan, Mbak, kan dilarang pemerintah dan bisa menyebabkan kebakaran.
Selain takbir akbar di Aceh, Presiden Jokowi memeriahkan malam takbiran dengan kebersamaan bersama keluarga seperti pada 2023 di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah.
Sementara, pada 2022, Presiden Jokowi mengisi malam takbiran dengan membagikan sembako bagi masyarakat di Kota Yogyakarta. Sisanya, menurut Kepala Biro Protokoler Sekretariat Presiden Yusuf Permana, Presiden menghabiskan malam takbiran bersama keluarga di rumah.
Presiden Jokowi main petasan? Tentu tidak. "Nggak boleh main petasan, Mbak, kan dilarang pemerintah dan bisa menyebabkan kebakaran," ujar Kepala Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden Erlin Suastini.
Tahun ini, diperkirakan Presiden Jokowi akan bermalam takbiran dari Istana Merdeka, Jakarta. Salat ataupun zikir bisa dilakukan di Masjid Baiturrahim yang ada di samping Istana Merdeka.
Adapun Wakil Presiden Ma'ruf Amin bersama keluarganya takbiran di kediaman resminya di Jalan Diponegoro. Esok paginya setelah shalat Ied di Masjid Istiqlal bersama Presiden Jokowi, akan berhalal bihalal di Istana Merdeka. Wapres juga menggelar buka pintu (open house ) di kediamannya selama dua jam.