Selidiki Kemungkinan Kelalaian dalam Ledakan di Gudang Amunisi
Ledakan amunisi di Gudmurah Jaya menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan adanya kelalaian dalam penyimpanan amunisi.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ledakan amunisi di Gudang Amunisi Daerah milik Kodam Jaya di Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3/2024) malam, menimbulkan pertanyaan soal kemungkinan adanya kelalaian dalam penyimpanan amunisi. Investigasi semestinya diarahkan untuk mengungkap potensi keteledoran meski saat ini investigator dari TNI Angkatan Darat belum menemukan bukti yang mengarah pada kelalaian.
Peneliti Bidang Keamanan Nasional Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis, menyampaikan, keteledoran dalam pemeliharaan sistem dapat menyebabkan kenaikan suhu gudang, yang meningkatkan risiko terjadinya ledakan. Begitu pula dengan aliran listrik yang rusak atau korsleting bisa menyebabkan gangguan dalam pengoperasian sistem keamanan dan pemantauan.
”Ledakan amunisi yang terjadi baru-baru ini menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan adanya kelalaian dalam penyimpanan amunisi. Selain amunisi yang kedaluwarsa lebih dari 10 tahun, terdapat kemungkinan masalah sistem pendingin atau aliran listrik dalam gudang,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Senin (1/4/2024).
Gudang Amunisi Daerah yang meledak pada Sabtu malam menyimpan setidaknya 160.000 jenis amunisi seberat 65 ton yang berasal dari berbagai satuan di wilayah Kodam Jaya. Timbulnya ledakan menunjukkan perlunya pengelolaan ekstra hati-hati terhadap amunisi yang sudah kedaluwarsa. Sebab, risikonya tidak hanya kepada prajurit, tetapi juga keselamatan warga, bangunan, dan fasilitas sekitar penyimpanan.
Dari ledakan gudang amunisi, menurut Beni, TNI bisa menyoroti pentingnya pengawasan dan pemantauan terhadap permukiman di sekitar kompleks militer atau tempat penyimpanan bahan berbahaya. Artinya, perlu tindakan lebih ketat dalam penegakan aturan tata ruang dan perkotaan guna mencegah pembangunan di area yang berpotensi membahayakan keselamatan publik.
”Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan, TNI harus mengaudit gudang amunisi di daerah lainnya. Ini untuk menyiapkan langkah preventif, seperti inspeksi rutin terhadap kondisi amunisi hingga edukasi masyarakat tentang bahaya amunisi kedaluwarsa,” ujarnya.
Selain amunisi yang kedaluwarsa lebih dari 10 tahun, terdapat kemungkinan masalah sistem pendingin atau aliran listrik dalam gudang.
Selain itu, perbaikan dan pemeliharaan sistem pendingin serta aliran listrik dalam gudang amunisi juga harus menjadi prioritas untuk mencegah terjadinya ledakan. Dalam konteks tata ruang, Beni menilai, penegakan aturan yang lebih ketat terhadap pembangunan di area yang rawan risiko ledakan kian dibutuhkan.
Masih investigasi
Secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi mengatakan, hasil investigasi belum ada dan tim masih terus bekerja di lapangan. Namun, belum ada kesimpulan yang mengarah pada dugaan kelalaian menjadi pemicu ledakan gudang amunisi.
”Sementara ini, investigasi masih terus bekerja. Belum ada kesimpulan yang mengarah ke sana (dugaan kelalaian),” ungkapnya.
Dalam tatanannya, penanganan amunisi ditangani oleh Peralatan Angkatan Darat Kodam (Paldam) sebagai unit birokrasi paling bawah. Segala hal, mulai dari penyerahan hingga pemusnahan, diurus berjenjang dari bawah ke atas, dari Paldam, Kodam, Mabes TNI AD, Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Keuangan.
Setelah persetujuan birokrasi teratas, yakni Kemenhan dan Kemenkeu, secara berjenjang mekanisme turun kembali. ”Prosedur amunisi, termasuk yang kedaluwarsa, kan, ada birokrasi/mekanismenya. Mulai dari penyerahan dari satuan-satuan yang ada sampai persetujuan Kemenkeu dan Kemenhan,” ucapnya.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Nugraha Gumilar menambahkan, kompleks pergudangan militer yang khusus menyimpan amunisi selalu punya standar keamanan ketat. Hal ini seperti lokasi yang jauh dari permukiman penduduk, sistem pengamanan dan pengawasan, dan konstruksi yang aman serta kokoh.
”Sistem pengamanan dan pengawasannya sangat ketat, dilengkapi CCTV, pengatur suhu ruangan, kelembaban, hingga ventilasi udara. Konstruksinya juga aman, kokoh, dan kuat,” ujarnya.