JAKARTA, KOMPAS — Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, TB Hasanuddin, meminta agar lokasi Gudang Amunisi Daerah atau Gudmurah Kodam Jaya yang terbakar dan meledak pada Sabtu (30/3/2024) malam dipertimbangkan untuk dipindahkan ke tempat yang jauh dari wilayah permukiman penduduk. Prosedur penyimpanan dan perawatan amunisi dirasa perlu ditingkatkan.
Hal itu diungkapkan TB Hasanuddin, Minggu (31/3/2024), ketika ditanya mengenai terbakarnya Gudmurah Kodam Jaya di Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut Hasanuddin, ketika dibangun, kompleks Gudmurah Kodam Jaya ketika dibangun masih jauh dari permukiman masyarakat.
”Sejauh saya ingat, waktu masih bertugas, (Gudmurah Kodam Jaya) itu lokasinya memang jauh (dari permukiman), di sekitarnya masih sawah dan kebun. Sekarang sudah jadi perumahan,” tutur pria yang mengawali karier di TNI AD sebagai prajurit artileri pertahanan udara pada 1975.
Padahal, menurut Hasanuddin, persyaratan mutlak bagi sebuah gudang amunisi adalah lokasinya harus jauh dari lokasi permukiman masyarakat. Sebagai contoh, jika radius bahaya sebuah granat tangan dapat mencapai 100 meter, lokasi gudang penyimpanannya harus minimal 100 meter.
Jika amunisi yang disimpan seberat 5 kilogram, maka kemungkinan radius bahayanya berkisar 2-3 kilometer. Hal itu berarti, jarak gudang amunisi dengan wilayah permukiman setidaknya adalah 5 kilometer.
Tidak hanya berlokasi jauh dari permukiman masyarakat, konstruksi gudang amunisi juga harus memenuhi persyaratan berupa tersedianya tempat penyimpanan dan bungker yang kuat. Apabila gudang berupa sebuah bangunan, maka mesti dikelilingi atau dibentengi dengan beton yang kuat di sekelilingnya. Bungker tersebut akan meminimalkan dampak ledakan yang sifatnya mendatar.
Syarat berikutnya, menurut Hasanuddin, adalah gudang tersebut harus dilengkapi dengan alat-alat atau sensor yang bisa mendeteksi keadaan tertentu, semisal panas. Sebab, beberapa jenis amunisi sensitif terhadap suhu panas. Sistem kelistrikan di gudang amunisi juga harus dipastikan tidak terjadi korsleting yang dapat mengakibatkan kebakaran dan terbebas dari banjir.
Untuk perawatan, amunisi dalam gudang mestinya tidak diletakkan terlalu padat atau berdempetan. Hal itu penting untuk menghindari terjadinya gesekan yang dapat memicu terjadinya ledakan.
”Gudang amunisi yang terbakar bukan gudang amunisi berat, masih dikategorikan gudang amunisi ringan dan sedang. (Disebut gudang amunisi) ringan karena menyimpan peluru ringan, seperti untuk senjata pistol, lalu granat tangan, atau yang paling berat amunisi untuk meriam Howitzer, bukan peluru kendali,” tutur Hasanuddin.
Berangkat dari kejadian Sabtu malam, Hasanuddin menilai, daerah di sekitar Gudmurah Kodam Jaya sudah padat oleh permukiman penduduk. Untuk itu, perlu dipertimbangkan untuk memindahkan gudang amunisi ke lokasi lain yang lebih aman. Meski bukan perkara mudah, hal itu perlu dipertimbangkan secara serius.
”Penyebab meledaknya itu bermacam-macam, seperti karena kebakaran atau panas. Titik kritisnya adalah ketika terjadi ledakan awal. Kalau merembet, ya, bisa ke mana-mana, ujar Hasanuddin.
Hal senada diungkapkan Ketua Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Meutya Hafid. Menurut Meutya, ledakan di Gudmurah Kodam Jaya tersebut mengganggu keamanan dan keselamatan penduduk di sekitarnya.
”TNI AD harus menyiapkan standar penanganan pengamanan pemeliharaan dan perawatan alutsista, terutama yang lokasi penyimpanannya berada di daerah padat penduduk seperti yang terjadi di Bekasi kemarin," kata Meutya.
Meutya meminta TNI AD bertanggung jawab jika terdapat rumah warga yang rusak akibat insiden tersebut. TNI AD pun diminta proaktif untuk mendata kerugian yang dialami masyarakat. Di sisi lain, TNI AD juga diminta untuk memperbaiki dan memperketat petunjuk teknis mengenai pemeliharaan dan perawatan amunisi.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ketika meninjau gudang amunisi pascaledakan mengatakan, ledakan terjadi di gudang amunisi sisa latihan atau temuan dan amunisi kedaluwarsa yang bersifat sensitif atau labil. Gesekan atau suhu panas dapat memicunya untuk meledak.
”Ya, masih dicari penyebabnya. Tapi, untuk kemungkinan (penyebab) yang tadi saya sampaikan itu dari gesekan karena labil, ya,” ujar Agus.
Agus menyampaikan, dengan adanya insiden tersebut, pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh. Selain itu, pihaknya juga akan mempercepat sistem pemeriksaan amunisi untuk mempercepat proses pemusnahan atau disposal amunisi yang sudah kedaluwarsa.
Agus pun memastikan bahwa di gudang tersebut tidak ada listrik. Gudang juga dalam kondisi tertutup rapat. ”Makanya kita buat di bungker bawah tanah dan tanggul sehingga aman kalau meledak,” ujarnya.
Agus menuturkan, api yang berkobar akibat ledakan di Gudmurah Kodam Jaya sudah dipadamkan. Kini, petugas melakukan penyisiran dan pembersihan di lokasi ledakan. Selain itu, prajurit mendata dan mengecek lokasi permukiman masyarakat yang berada di sekitar Gudmurah Kodam Jaya.