Menyelam hingga 7.161 Meter demi Riset Potensi Laut Dalam
BRIN berkolaborasi dengan Institute of Deep-sea Science and Engineering mengeksplorasi potensi laut dalam.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·4 menit baca
Rabu, 8 Maret 2024, pukul 08.00, cuaca di perairan ZEE Indonesia, 240 km dari pantai selatan Gunung Kidul, Jawa Tengah, tidak terlalu baik. Mayor Kridha, perwira TNI Angkatan Laut di Pusat Hidrografis dan Oseanografi, menatap laut yang ada di hadapannya. Sesuai rencana, ia akan menyelam dalam misi riset Badan Riset dan Inovasi Nasional yang berkolaborasi dengan Institute of Deep-sea Science and Engineering, Chinese Academy of Sciences (IDSSE-CAS). Nama programnya, kerja sama riset China-Indonesia Java Trench Joint Dive Expedition 2024.
”Takut sih enggak. Cuma ragu aja, soalnya tahun lalu pas saya pendidikan di Mississippi USA, ada hot news kapal selamtur Titanic yang hilang,” kata pria berusia 35 tahun ini. Kapal selam tur Titanic itu tenggelam di Atlantik Utara pada pertengahan Juni 2023 dengan menewaskan lima penumpang di dalamnya. Tur Titanic itu tenggelam diperkirakan meledak dan pecah setelah menjelajahi bangkai kapal Titanic.
Bagi perwira TNI AL lulusan AAL tahun 2009 yang pernah mengikuti Pendidikan di Mississippi, Amerika Serikat, menyelam di kedalaman ribuan meter bukan hal baru. Tidak heran, ia ditugaskan sebagai security officer (SO) dalam ekspedisi ini. Akan tetapi, sebagai orang Indonesia, pria dengan nama lengkap Kridha Budhi Handaya ST SH ini mengatakan, yang paling bikin dia berpikir warna kapal selam yang hijau. ”Ini, kan, laut selatan Jawa, ya. Tapi, kan, tidak mungkin juga saya minta warna kapalnya diubah,” kata Kridha. Warna hijau memang mengingatkan pada legenda di masyarakat Jawa di selatan Pulau Jawa, Nyi Roro Kidul, sehingga pantang bagi sebagian masyarakat mengenakan pakaian berwarna hijau di kawasan itu.
Takut, sih, enggak. Cuma ragu aja, soalnya tahun lalu pas saya pendidikan di Mississippi USA, ada hot news kapal selam tur Titanic yang hilang.
Ia pun akhirnya menguatkan hatinya untuk ikut menyelam. Apalagi, petualangan di bawah laut menantinya. Dan benar saja. Begitu ada di dalam air, di kedalaman 7.161 meter itu, semua kekhawatiran sirna padahal saat melihat indikator tekanan mencapai 98 kilo Pascal alias 98 ton per meter persegi. Ia lupa pada pikiran-pikiran yang berat sebelumnya.
Mayor Krida akhirnya menikmati bawah laut yang sepi, dengan hewan-hewan yang transparan itu seperti teripang. ”Sedikit makhluk yang hidup di 7.000 meter. Yang ramai itu di kedalaman 3.000-4.000 meter,” katanya.
Sedikit makhluk yang hidup di 7.000 meter. Yang ramai itu di kedalaman 3.000-4.000 meter.
Selama 10 jam, Kridha menyelam di perairan ZEE Indonesia, di Samudra Hindia, selatan Jawa, pada posisi 10.30° LS - 110.55° LT, kurang lebih pada baringan 180° dari pantai selatan Gunungkidul jarak 240 km. Pada penyelaman tersebut, tiga orang onboard HOV Fendouzhe, yaitu Mayor Kridha, Prof Yu Zhang, dan Mr Hingwu Luo. Mayor Kridha bersama Prof. Yu Zhang berperan sebagai scientist, sedangkan Mr. Hongwu Luo sebagai pilot yang mengoperasikan HOV.
”Profesor tapi masih muda lho, kelahiran tahun 1988. Ini jadi penyemangat buat kita yang muda-muda. Sebelum saya juga ada Yustian dari BRIN,” katanya.
Baru 19 persen dipetakan
Indonesia merupakan negara kepulauan besar di dunia yang memiliki 17.504 pulau-pulau besar dan kecil, serta panjang garis pantai 108.000 km dengan luas wilayah total meliputi 1,9 juta km² daratan dan 6,4 juta km² wilayah perairan. Dengan kondisi demikian, tercatat baru sekitar 19 persen perairan Indonesia dan perairan yurisdiksi Indonesia yang dapat dipetakan dengan data survei yang modern. Sebagian besar lainnya,masih dipetakan dengan menggunakan data survei Belanda dan survei nonmodern dengan usia data yang lama.
Sebagai upaya untuk membangkitkan semangat riset laut dalam, BRIN berkolaborasi dengan Institute of Deep-sea Science and Engineering, Chinese Academy of Sciences (IDSSE-CAS) melaksanakan kerja sama riset China-Indonesia Java Trench Joint Dive Expedition 2024. Kerja sama ini dikoordinasikan oleh Kedeputian Sumber Daya Maritim Kemenkomarves dengan melibatkan peneliti dari BRIN, Universitas Halu Oleo Kendari, dan Universitas Hang Tuah Surabaya. Ekspedisi ini menggunakan kapal riset RV Tan Suo Yi Hao yang dilengkapi dengan kapal selam mini human operated vehicle (HOV) Fendouzhe dengan kemampuan penyelaman hingga 11.000 meter di bawah permukaan laut.
Tujuan kerja sama riset laut dalam ini adalah untuk mengeksplorasi potensi solusi dan produk inovatif untuk medis atau bioteknologi yang berasal dari laut dalam, serta untuk mempelajari potensi bencana alam dari gempa bumi dan tsunami.
Kumpulkan data
Sampai pada dasar laut Samudra Hindia, HOV Fendozhe mengumpulkan data, antara lain, sedimentasi, biota laut, batu-batuan, dan sampel lainnya yang akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium kapal dan BRIN untuk menemukan solusi dan inovasi baru bioteknologi maupun medis dari perairan laut dalam.
Kepala Dinas Penerangan Pushidrosal Letkol (KH) Kolonel Stephanus Hari Kristianto mengatakan, HOV Fendozhe dimulai pukul 08.00. Dari permukaan hingga kedalaman 7.161 meter diperlukan kurang lebih durasi waktu 2,5 jam. Sampai pada dasar laut Samudra Hindia, HOV Fendozhe mengumpulkan data, antara lain, sedimentasi, biota laut, batu-batuan, dan sampel lainnya yang akan dianalisis lebih lanjut di laboratorium kapal dan BRIN untuk menemukan solusi dan inovasi baru bioteknologi serta medis dari perairan laut dalam.
Pada pukul 16.00, HOV kembali ke permukaan dan sampai dengan selamat di kapal survei pada pukul 18.30. Secara total Mayor Kridha beserta tim kurang lebih 5 jam berada di dasar laut Samudra Hindia pada kedalaman lebih dari 7.000 meter. Pengalaman Mayor Kridha dalam melaksanakan penyelaman laut dalam sangat berharga bagi TNI AL dan bangsa Indonesia pada umumnya sebagai motivasi dan penyemangat untuk menguasai teknologi-teknologi riset laut dalam.
Keberanian dan prestasi yang ditorehkan oleh Mayor Kridha menjadikan dirinya sebagai perwira TNI AL pertama yang melaksanakan penyelaman dengan kapal selam mini pada kedalaman 7.161 meter. Hanya sedikit orang Indonesia yang memiliki kesempatan tersebut dan merasakan langsung landas kontinen Indonesia. Bahkan, di dunia, hanya beberapa orang saja yang pernah membuat rekor penyelaman dengan kapal selam mini hingga kedalaman lebih dari 7.000 meter. Semoga prestasi ini menjadi penyemangat bagi TNI AL dan pemangku kepentingan maritim terkait untuk semakin meningkatkan kemampuan untuk riset laut dalam, menjaga kedaulatan negara di dasar laut terdalam, dan mengeksplorasi potensi laut dalam untuk memajukan kesejahteraan bangsa.