Indonesia Future Network Dorong Anak Muda Menjawab Tantangan Zaman
Anak-anak muda bisa berkontribusi mengatasi tantangan zaman. Namun, ruang masukan perlu dibuka luas.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberlanjutan pembangunan dengan tantangan yang terus berubah perlu disikapi bersama. Untuk itu, Kantor Staf Presiden atau KSP menginisiasi program Indonesia Future Network (IFN). IFN menjadi wadah bagi anak-anak muda yang memiliki kompetensi di tiap-tiap bidangnya untuk saling berjejaring dan berbagi ide dalam menjawab tantangan global.
Adapun isu yang dibahas adalah tujuh tantangan dunia, yakni kesehatan, kebijakan publik, pendidikan, pangan, energi dan lingkungan, industri, serta teknologi informasi dan komunikasi.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Jumat (22/3/2024), di Gedung Bina Graha, Jakarta, menjelaskan, setiap bulan akan ada anak-anak muda di tataran manajerial menengah yang diundang untuk membahas isu-isu tersebut. Mereka dianggap sebagai para calon pemimpin masa depan dengan berbagai kompetensi di bidangnya baik dari sektor swasta, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun organisasi. Hasilnya, rekomendasi yang disampaikan kepada pemerintah baik saat ini maupun masa mendatang.
”Melalui IFN inilah, mereka bisa berikan saran dan masukan,” kata Moeldoko dalam keterangan pers di acara peluncuran IFN. Dalam acara ini, hadir pula Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Deputi Bidang Pembangunan Manusia Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Amich Alhumami.
IFN direncanakan diselenggarakan sebulan sekali sampai Oktober 2024.
Melalui IFN inilah, mereka bisa berikan saran dan masukan.
Bonus demografi
Diperlukan anak yang sehat dan pintar. Sejak dalam kandungan, anak harus diyakinkan tidak kekurangan gizi sehingga tidak mengalami tengkes ( stunting/kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan kekerdilan. Masalah ini yang perlu dijawab anak-anak muda untuk isu kesehatan.
Topik bulan pertama ini adalah kesehatan dan generasi muda. Budi Gunadi pun mengatakan, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada 2030-2040. Saat Indonesia memiliki masa terbanyak kelompok usia produktif, semestinya target menjadi negara maju bisa diraih. Sebab, ketika momentum terlewati, pertumbuhan penduduk Indonesia sudah melambat dan masyarakatnya pun menua. Saat itu, tidak mungkin lagi Indonesia melompat menjadi negara maju.
Karena itu, kata Budi, diperlukan anak yang sehat dan pintar. Sejak dalam kandungan, anak harus diyakinkan tidak kekurangan gizi sehingga tidak mengalami tengkes (stunting/kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan kekerdilan. Masalah ini yang perlu dijawab anak-anak muda untuk isu kesehatan.
Dito menambahkan, Kemenpora akan mendukung penuh inisiatif ini. Dari acara ini, jejaring yang terbentuk juga diyakini akan bermanfaat. (INA)