Tawaran ”Maksi” Gratis Rp 15.000 dan Saat Akun Medsos Rekan Bisnis Kaesang Pangarep ”Dirujak” ”Netizen”...
Program makan siang gratis Rp 15.000 per porsi apa bisa? Akun medsos Arnold, rekan bisnis Kaesang, ”dirujak” ”netizen”.
Arnold Poernomo ”dirujak” di akun media sosialnya. Perhitungannya soal bahan baku untuk makan siang atau disingkat maksi gratis bagi anak sekolah seharga Rp 15.000 per porsi memantik komentar warganet. Lebih banyak komentar pedas ketimbang manis.
Akunnya yang dimuat di @ArnoldPoernomo pada 1 Maret pukul 13.02 dan direvisi total perhitungannya pukul 13.27 menuliskan:
- Harga beras 18k/kg 1 porsi 50 gram beras = 900 rupiah (belum berat jadi nasi)
- Telur 17k/500g 1 butir 70g'an 1 butir = 2.450'an
- Ayam 20k/500g porsi 100g = 4.000
- Sayur2 brokoli, wortel, pak choy pukul rata 25k/kg 1 porsi 150 g (sebelum penyusutan) = 3.750
- Bumbu, minyak, seasoning dll anggap 4.000
Total kurang lebih 14.200-an pake daging sapi mungkin lebih mahal dikit tp bisa adjust yg lain
Konteks masi budget makanan di luar masak2 dll
Unggahan tersebut langsung menangguk kritik. Maklum. Tak hanya mulai dari kesalahan penghitungan yang semestinya Rp 15.100, belum adanya perhitungan tenaga koki, biaya bahan bakar, margin keuntungan bila penyedia makanan adalah pelaku usaha katering, dan harga bahan pangan yang melonjak. Bahkan, ada pula netizen yang menyentil Mangkokku, usaha kuliner kerja sama Arnold dengan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep.
Seperti dikutip dari CNBC, 1 September 2023, dalam artikel berjudul ”4 Bisnis Kuliner Kaesang Pangarep yang Diwariskan dari Gibran”, usaha bisnis restoran Mangkokku disebutkan Kaesang dan Arnold dan rekannya bekerja sama di bidang kuliner tersebut.
Baca juga: Makan Siang Gratis Diperhitungkan Masuk RAPBN 2025
Seperti akun @yeahboi9110 yang membalikkan cuitan Arnold dengan mencuit, ”Simpelnya, Mangkokku mau gak jual produk seharga Rp 15.000?”
Didorong masuk ke APBN
Perdebatan di media sosial ini tak lepas dari program pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang seakan siap dieksekusi oleh negara. Presiden Joko Widodo pun tidak tanggung-tanggung dalam Sidang Kabinet Paripurna, pekan lalu, sudah mendorong supaya program-program ikonik presiden berikut untuk diperhitungkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Sidang Kabinet Paripurna, Senin (26/2/2024).
Para menteri pun sudah menyebutkan sasarannya sebanyak 83 juta orang, baik anak balita, anak taman kanak-kanak, siswa sekolah dasar, maupun sekolah menengah pertama dengan harga Rp 15.000 per porsi makanan.
Simulasi itu sekaligus ”belanja masalah” sebelum kebijakan publik dibuat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. yang juga Ketua Umum Partai Golkar, salah satu parpol pendukung Prabowo-Gibran, juga menghadiri simulasi makan siang gratis di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, Banten, Kamis (29/2/2024). Dia menyebut simulasi itu sekaligus ”belanja masalah” sebelum kebijakan publik dibuat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri, sampai hari ini, belum menetapkan secara resmi siapa pemenang Pilpres 2024. Baru pada 20 Maret mendatang selesai rekapitulasi penghitungan hasil Pemilu 2024. Lalu, bagaimana merealisasikannya?
Perencanaan komprehensif
Ahli gizi Oky Setiarso menilai program ini memerlukan perencanaan yang komprehensif. Sebab, banyak sekali pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan untuk merealisasikan makan siang gratis ini.
Kalau soal Rp 15.000 cukup atau tidak, bisa saja cukup jika menggunakan (bahan) pangan lokal, mengedepankan petani dan pekerja lokal, sembari meningkatkan ekonomi daerah tersebut.
”Kalau soal Rp 15.000 cukup atau tidak, bisa saja cukup jika menggunakan (bahan) pangan lokal, mengedepankan petani dan pekerja lokal, sembari meningkatkan ekonomi daerah tersebut,” ujar Oky yang juga pengajar tamu terkait gizi di beberapa kampus, seperti STIKES Sint Carolus, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dan Poltekes Kementerian Kesehatan Jakarta 2.
Dengan demikian, terasa lebih logis bila alokasi anggaran makan siang ini dikelola oleh sekolah. Namun, sekolah tersebut perlu memiliki kantin yang layak baik higienitas maupun sanitasinya serta koki yang memahami menu dan gizi seimbang. Selain itu, bagaimana memantau pelaksanaan makan siang gratis ini betul-betul sesuai dengan yang diharapkan.
Karena itu, banyak pertanyaan lanjutan, seperti dari mana biaya sekolah untuk membayar koki, apakah akan ada pelatihan terkait higienitas dan gizi untuk para koki sekolah ini, mekanisme pelaporan pengelolaan anggaran makan siang akan seperti apa, lalu apakah akan ada pajak yang memotong alokasi tersebut.
Model makan siang gratis sendiri sebenarnya bukan hal baru. Di India, beberapa lembaga menyediakan makan gratis dan menyiapkan dapur raksasa untuk itu. Salah satunya, Kalinga Institute of Social Sciences (KISS) yang mengelola dapur untuk memberi makan lebih dari 25.000 siswa-siswanya. Para siswa yang berasal dari keluarga prasejahtera ini pun mendapat tiga kali makan dan camilan.
Di KISS, makan gratis ini disiapkan mulai dari infrastruktur dapurnya, koki dan petugas yang menyiapkan bahan pangan, pemasok, ketersediaan air dan bahan bakar, sampai pengelolaan bahan organik sisa masak alias sampahnya. Menu dan kecukupan gizinya pun dipantau secara ketat.
Di Indonesia, Oky mengingatkan, sesungguhnya banyak program dengan tujuan mendorong kesehatan keluarga, tetapi kurang efektif pelaksanaannya. Posyandu, program yang dimulai di masa Orde Baru, sekaligus menggerakkan masyarakat untuk menjadi kader kesehatan. Selain itu, masih ada Program Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah (PMT-AS), Program Keluarga Harapan (PKH), bahkan bantuan operasional sekolah. Oky menilai, bila semua program ini disinkronkan dan diterapkan secara efektif, manfaatnya akan lebih terasa untuk masyarakat.
Baca juga: Pembahasan Makan Siang Gratis dalam RAPBN 2025 Dinilai Tidak Tepat
Kalaupun program makan siang gratis akan menjadi kebijakan, lanjutnya, perlu ada niat politik baik dan perencanaan secara komprehensif. Para ahli gizi perlu dilibatkan secara profesional, selain lintas kementerian/lembaga. Standar dan panduan nutrisi school meal yang diterbitkan Badan Pangan Dunia (FAO) juga perlu menjadi acuan.
Namun, tentu kampanye mengenai makanan bergizi dan seimbang perlu lebih digencarkan. Orangtua harus memahami gizi apa saja yang diperlukan anak-anaknya. Dengan demikian, lahir generasi yang cerdas menuju Indonesia Emas. Tentunya, tak sekadar proyek makan siang gratis senilai Rp 15.000 yang akan ditawarkan oleh para pemburu rente di era euforia setelah pemilu ini, ya.