Wapres Sebut Dialog Antaragama dan Antarbudaya Kunci Keutuhan Bangsa Indonesia
Saat memberikan kuliah umum di Wellington, Selandia Baru, Wapres Amin menyampaikan, dialog adalah kunci toleransi.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkapkan, dialog antaragama dan antarbudaya adalah kebutuhan nyata dan menjadi kunci keutuhan Indonesia. Nilai persatuan dan harmoni di dalam ideologi Pancasila yang menjadi landasan bagi semua kebijakan dan regulasi semakin memperkuat persatuan bangsa. Peran masyarakat sipil dan pemuka agama yang kuat juga memastikan toleransi terus terjaga di Indonesia.
”Di Indonesia, kami memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Sementara di sini, ada pepatah Maori yang berarti ’dalam persatuan ada kekuatan, dalam kemarahan dan perpecahan ada kekalahan’," kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat memberikan kuliah umum kepada sivitas akademika Victoria University of Wellington, Wellington, Selandia Baru, Rabu (28/2/2024).
Dalam kesempatan itu, Wapres didampingi, antara lain, Duta Besar RI untuk Selandia Baru Fientje Maritje Suebu, Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Direktur Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani, dan anggota DPR Ahmad Helmy Faishal.
Wapres mengungkapkan, dialog sangat penting untuk negara yang memiliki keberagaman seperti Indonesia dan Selandia Baru. Kedua negara juga sama-sama memiliki penghormatan pada keberagaman dan merayakan keberagaman sebagai kekuatan.
Namun, kata Wapres menyitir ilmuwan politik Amerika Serikat Samuel P Huntington, konflik di masa depan akan dipicu oleh perbedaan identitas agama dan budaya atau benturan peradaban.
”Ketika ada banyak referensi kognitif, persepsi budaya berbeda, ideologi politik yang berwarna, kebutuhan akan dialog menjadi nyata. Pilihan investasi penyelenggaraan dialog antaragama dan antarbudaya merupakan sarana ideal untuk membangun jembatan komunikasi internal pemeluk agama dan antarpemeluk agama,” tuturnya.
Indonesia sendiri berkomitmen untuk aktif di bidang ini. Selama dua puluh tahun terakhir, dialog lintas iman menjadi salah satu elemen penting dalam politik luar negeri Indonesia. Indonesia bekerja sama dengan negara-negara lain dan komunitas internasional untuk mendorong saling pengertian antarpemeluk agama secara global.
Di Indonesia, tradisi dialog lintas iman telah melembaga dan mengakar kuat di masyarakat. Dialog menjadi pilihan pertama dan utama dalam mencari solusi atas persoalan bangsa Indonesia. Forum Kerukunan Umat Beragama yang anggotanya terdiri atas majelis-majelis agama yang ada di Indonesia, berfungsi mencegah terjadinya konflik berlatar belakang agama serta menyelesaikan perselisihan internal dan lintas umat beragama.
Di sisi lain, toleransi adalah nilai yang tertuang dalam ideologi Pancasila, konstitusi UUD 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, kata Wapres Amin, tak boleh ada regulasi dan kebijakan yang diskriminatif berbasis agama di semua bidang, baik itu politik, ekonomi, hukum, budaya, maupun bidang-bidang lainnya.
Wapres mencontohkan jaminan kemerdekaan beragama dan fasilitasi kebutuhan rumah ibadah untuk setiap agama di Indonesia. Rasio jumlah rumah ibadah bagi masing-masing penganut agama disebut cukup merata.
Untuk umat Islam sekitar 237 juta orang, terdapat 296.000 masjid atau rasio 1:800. Umat Kristen yang berjumlah sekitar 20 juta orang memiliki sekitar 60.000 gereja atau rasio 1:333. Bagi sekitar 8,4 juta umat Katolik, terdapat sekitar 11.000 gereja atau rasio 1:763. Untuk 4,67 juta umat Hindu, 24.000 pura menjadikan rasio 1:194. Adapun sekitar dua juta umat Buddha memiliki sekitar 2.300 wihara atau rasio 1:869. Untuk 73 ribu umat Khonghucu, terdapat 552 klenteng atau rasio 1:132.
Kehidupan warga dan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama. Para tokoh agama dan organisasi keagamaan di Indonesia memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan sehingga terus dilibatkan dalam penyebaran nilai-nilai toleransi dan moderasi.
Peran kuat pemuka agama dan masyarakat sipil juga disebut Wapres Amin sebagai faktor yang menjaga toleransi di Indonesia. ”Kehidupan warga dan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama. Para tokoh agama dan organisasi keagamaan di Indonesia memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan sehingga terus dilibatkan dalam penyebaran nilai-nilai toleransi dan moderasi,” tambahnya.
Ke depan, lanjut Wapres, Indonesia ingin terus mempromosikan kerukunan antar-umat beragama sebagai fondasi yang menyangga perdamaian dan stabilitas dunia. ”Di tengah berbagai tantangan global yang harus dihadapi, dunia membutuhkan persatuan, bukan perpecahan; saling pengertian, bukan kebencian. Mari kita perkuat kerja sama dan promosikan dialog lintas-iman untuk memupuk persatuan dan saling pengertian, ujarnya.
Wapres juga mendorong pemuka agama Indonesia dan Selandia Baru untuk saling tukar pandang dan pengalaman. Dengan demikian, bisa dirumuskan dan disuarakan solusi damai atas berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia.
Indonesia dan Selandia Baru, lanjut Wapres Amin, perlu terus memperkuat komitmen dan langkah bersama dalam menyelesaikan tantangan dan krisis global yang bersifat multidimensi. Kita perlu terus mendorong paradigma kolaborasi, moderasi, dan ko-eksistensi, antara lain melalui platform dialog lintas agama.
Salah satu dosen yang juga Direktur Studi Edukasi Finansial, Dr Pushpa Woods, menanggapi kuliah umum Wapres Amin. Menurut Woods, agama dapat menjadi katalis utama untuk membangun perdamaian. ”Masalah terjadi ketika salah satu agama, atau kepercayaan, atau budaya, mencoba untuk menguasai kepercayaan lainnya. Kita harus tekankan bahwa kepercayaan Anda harus sesuai dengan kebutuhan Anda. Namun, itu mungkin tidak berlaku untuk saya,” tuturnya.
Untuk itu, menurut Woods, baik kaum mayoritas maupun kaum minoritas, harus saling mengerti. Kaum mayoritas harus melindungi kaum minoritas dan kaum minoritas juga harus memberikan dukungan kepada kaum mayoritas.
”Dan maka dari itu, kita harus menurunkan ego kita, menurunkan rasa superioritas kita dan mulai bekerja sama untuk menyelesaikan tantangan kita,” tambahnya.