logo Kompas.id
Politik & HukumMuhammadiyah dan NU Ingatkan...
Iklan

Muhammadiyah dan NU Ingatkan Masih Ada Waktu Menjadi Pemilih Kritis

Masyarakat diimbau untuk menjadi pemilih yang rasional dan kritis dalam Pemilu 2024.

Oleh
HIDAYAT SALAM
· 3 menit baca
Suasana pelaksanaan pemilu bagi diaspora Indonesia yang bertempat di Qatar Sports Club, Doha, Qatar, Jumat (9/2/2024). Di tempat ini ada 11 TPSLN yang digunakan WNI yang tinggal di wilayah Doha, Dukhan, Mesaieed, dan Wakra. PPLN Doha mencatat ada 7325 pemilih yang masuk DPT. Selain 11 TPSLN di tempat ini, ada juga 2 TPSLN yang ada di kota Al Khor.
ARSIP PUTRI ANTO

Suasana pelaksanaan pemilu bagi diaspora Indonesia yang bertempat di Qatar Sports Club, Doha, Qatar, Jumat (9/2/2024). Di tempat ini ada 11 TPSLN yang digunakan WNI yang tinggal di wilayah Doha, Dukhan, Mesaieed, dan Wakra. PPLN Doha mencatat ada 7325 pemilih yang masuk DPT. Selain 11 TPSLN di tempat ini, ada juga 2 TPSLN yang ada di kota Al Khor.

JAKARTA, KOMPAS — Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan kepada masyarakat masih ada waktu untuk menimbang calon-calon yang terbaik sebelum memutuskan pilihan pada 14 Februari 2024. Masyarakat diharapkan tidak apatis terhadap proses pemilu dan juga tidak terlalu pragmatis. Masyarakat diharapkan menjadi pemilih yang kritis.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti saat dihubungi, Senin (12/2/2024), mengatakan, selama masa tenang, jelang pemungutan suara perlu tercipta suasana yang kondusif, tidak memprovokasi masyarakat dengan pernyataan, atau tindakan yang memperkeruh suasana.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Dengan suasana yang kondusif itu diharapkan masyarakat dapat menggunakan hak politiknya dengan gembira dan bebas dari semua tantangan dan intimidasi. ”Masyarakat hendaknya jangan apatis dan terlalu pragmatis, tetapi berusaha menjadi pemilih yang rasional dan kritis. Masyarakat menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani, bukan karena uang dan berbagai bentuk suap politik yang lainnya,” ujar Mu’ti.

Seusai pemungutan suara, semua pihak juga harus menerima apa pun hasil pemilihan presiden sebagai hasil pilihan rakyat dan wujud kedaulatan rakyat. Pihak yang menang ataupun yang kalah bisa bersikap patut dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Masyarakat hendaknya jangan apatis dan terlalu pragmatis, tetapi berusaha menjadi pemilih yang rasional dan kritis. Masyarakat menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani, bukan karena uang dan berbagai bentuk suap politik yang lainnya.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri ke kanan) hadir dalam acara <i>media gathering</i> di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (28/12/2023).
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (dari kiri ke kanan) hadir dalam acara media gathering di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (28/12/2023).

Baca juga: Memilih dengan Hati Nurani

Mu’ti mengingatkan kepada semua elite agar pada saat pemungutan suara dan penghitungan hasil suara tidak perlu ada pengerahan massa. Hal demikian untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai ada sikap dan tindakan yang memancing kerusuhan. Selain itu, aparatur keamanan hendaknya memastikan pengamanan ekstra sehingga semua bentuk dan kemungkinan kekerasan dan kerusuhan bisa diantisipasi dan dicegah sejak dini.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Ahmad Fahrur Rozi juga mengingatkan pemilih agar menggunakan hati nurani dan jangan memilih karena uang ketika hari pencoblosan 14 Februari mendatang. Masyarakat juga harus menjaga lingkungan sekitarnya dalam mengantisipasi serangan fajar atau politik uang yang dapat mengganggu keputusan pemilih. Warga nahdliyin ataupun masyarakat luas harus menggunakan hak pilihnya sebaik mungkin pada Pemilu 2024.

”Ketajaman hati nurani akan mampu menilai mana kandidat yang benar-benar tulus dan murni untuk menjadi abdi masyarakat dan mana yang hanya bersandiwara untuk mendulang suara,” ujarnya.

Fahrur Rozi juga mengingatkan bahwa pemilu hanyalah proses memilih pemimpin untuk melangkah ke depan bukan untuk perpecahan. Semua harus menahan diri untuk tidak melakukan tindakan anarkis yang membahayakan persatuan bangsa Indonesia.

Iklan

”Siapa pun yang terpilih sebagai presiden adalah takdir Allah kita terima dengan lapang dada. Kita dukung dan fokuskan perhatian pada perbaikan kesejahteraan masa depan bangsa, keselamatan bangsa Indonesia adalah segala-galanya,” katanya.

Panitia Pemungutan Suara (PPS) membantu pemilih untuk memasukkan surat suara saat simulasi pemungutan suara Pemilu 2024 di halaman kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Rabu (17/1/2024).
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN

Panitia Pemungutan Suara (PPS) membantu pemilih untuk memasukkan surat suara saat simulasi pemungutan suara Pemilu 2024 di halaman kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Rabu (17/1/2024).

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Saifullah Yusuf berharap tahapan Pilpres 2024 tetap kondusif sampai dengan seluruh prosesnya selesai. Tidak dimungkiri bahwa suhu politik memanas selama tahapan pilpres berjalan, tetapi semua pihak bisa menempatkan diri dengan baik dan memakluminya sebagai bagian dari dinamika politik.

”Kita bersama-sama mengawal agar pemilu benar-benar jujur, adil, dan transparan. Semua melakukan tugas sesuai fungsinya masing-masing,” ujarnya.

Membawa kemaslahatan

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Refleksi Pemilu 2024 yang disiarkan TVMU, Minggu (11/2/2024), berpesan kepada masyarakat agar menggunakan hak pilihnya dan tidak menjadi golongan putih (golput). Penyaluran suara dalam proses demokrasi merupakan bagian dari wujud tanggung jawab kebangsaan.

Haedar juga mengingatkan kepada para peserta dan pendukung harus siap menang dan kalah. Ia mengajak agar berkompetisi secara sportif dengan jiwa kenegarawanan yang tinggi supaya Pemilu 2024 menjadi bersih, beretika, dan tidak ada kecurangan.

”Pemilu tidak berhenti pada perjuangan kekuasaan atau tentang siapa menang, dan siapa kalah,” ujar Haedar.

Selama masa tenang Pemilu 2024, Haedar mengajak seluruh pihak merenungkan kembali proses demokrasi supaya menjadi bermakna dan tidak sekadar proses memenangkan kontestasi. Para kontestan pemilu tidak boleh menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan, tetapi mereka harus menjalankan pemilu dalam demokrasi yang substantif alias tidak bersifat pragmatis transaksional.

”Pikiran para elite yang berkontestasi tidak boleh terjebak pada kesadaran untuk berkuasa semata, apalagi disertai sikap euforia dan serampangan seolah menjadi pemimpin negara Indonesia itu merupakan pekerjaan gampang dan ringan,” ujar Haedar.

https://cdn-assetd.kompas.id/OnKrRJfBFfxeeA-3sG8vTtgLSHE=/1024x695/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F25%2Fe919716e-5d05-4bdb-a76f-74c464c9e005_jpeg.jpg

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir usai bertemu dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Ia berharap hasil Pemilu 2024 dapat membawa kemaslahatan bagi hajat hidup rakyat dan masa depan Indonesia sebagaimana cita-cita pendiri bangsa. Indonesia didirikan untuk menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000