Terima Zayed Award, NU dan Muhammadiyah Diharapkan Terus Bawa Pesan Toleransi
Kemenangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Zayed Award 2024 diharapkan membawa pesan toleransi kepada seluruh umat.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bersyukur atas penerimaan penghargaan Zayed Award for Human Fraternity 2024. Dua organisasi tersebut dianggap berjuang bagi tegaknya prinsip kemanusiaan. NU dan Muhammadiyah diharapkan bisa membawa pesan toleransi yang kuat bagi sesama umat manusia.
Pada 5 Februari 2024, NU dan Muhammadiyah menerima penghargaan dari Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF) karena dianggap telah berjuang besar bagi tegaknya prinsip kemanusiaan. Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menjadi tokoh yang ditunjuk sebagai salah satu dewan juri ZAHF 2024.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam acara Isra Miraj dan Tasyakuran atas penghargaan ZAHF 2024 di aula Masjid At-Taufiq, Jakarta, Minggu (11/2/2024), menyampaikan terima kasih atas peran Megawati sehingga organisasinya bersama NU bisa meraih penghargaan tersebut.
Perjuangan Megawati sebagai juri Zayed Award 2024 dipandang sebagai bentuk penghormatan kepada Muhammadiyah atas peran-peran yang dilakukan selama ini, khususnya di bidang perdamaian. ”Alhamdulillah mendapat apresiasi internasional dengan wasilah Ibu Profesor Hj Dr Megawati. Saya tidak tahu hadiahnya apa, yang jelas bukan sepeda,” kelakar Abdul Mu’ti.
Hadir dalam acara tersebut, Megawati, Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono, Ketua Harian Partaj Perindo TGB Muhammad Zainul Majdi, dan mantan Wakapolri Komjen (Purn) Gatot Eddy Pramono.
Abdul Mu’ti berharap, dengan penghargaan itu, baik Muhammadiyah maupun NU tak hanya membangun perdamaian di Tanah Air, tetapi juga di level internasional. Ia mengibaratkan dua organisasi tersebut seperti dua sayap burung garuda.
”Walaupun dua-duanya berada dalam posisi berbeda, sayap kanan dan sayap kiri, tetapi dengan dua sayap yang mengepak itu, mudah-mudahan garuda bisa terbang tinggi. Mudah-mudahan Muhammadiyah dan NU senantiasa dapat memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” tuturnya.
Tidak melupakan sejarah
Dalam kesempatan yang sama, Megawati menceritakan upayanya agar NU dan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan tersebut. Mulanya, Megawati mendapat tawaran dari Sekretaris Jenderal ZAHF Mohamed Abdusalam pada 24 Juli 2023, yang meminta kesediaannya menjadi salah satu dewan juri bagi ZAHF 2024. Tawaran itu merupakan permintaan dari Imam Besar Al Azhar Ahmad el Thayyeb.
Walaupun dua-duanya berada dalam posisi berbeda, sayap kanan dan sayap kiri, tetapi dengan dua sayap yang mengepak itu, mudah-mudahan garuda bisa terbang tinggi.
Megawati mengatakan, terdapat enam juri, termasuk dirinya. Namun, hanya Megawati yang berasal dari Asia. ”Rupanya beliau mengikuti sepak terjang saya bahwa saya ini seorang ibu, perempuan yang selalu memperjuangkan nasib banyak manusia, tetapi selain itu juga selalu memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di dunia,” ujarnya.
Megawati lalu mengajak Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Ahmad Basarah dan Duta Besar RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi sebagai asisten dewan juri. Basarah dan Zuhairi lalu sering menjadi penghubung Megawati dengan juri lainnya serta pihak ZAHF.
”Saya belum punya pengalaman sebagai juri. Dapat masukan tentu saya merasa, ternyata banyak sekali pejuang yang tidak disebutkan di dunia ini bagi kepentingan, kalau di Pancasila perikemanusiaan dan perikeadilan seperti saya merasa begitu dapat banyak teman,” ucap Megawati.
Megawati lalu mengajukan Muhammadiyah dan NU untuk masuk nominasi penerima penghargaan. Dua organisasi itu bersaing dengan 120 nominasi lainnya. Kemudian, dipilihlah tiga nominasi dan tiga nominasi cadangan. Nominasi itulah yang kemudian diserahkan kepada Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar untuk dipilih siapa pemenangnya.
Megawati, dalam pikirannya saat itu, akan kalah berdebat untuk memperjuangkan NU dan Muhammadiyah. Sebab, ia merupakan perempuan, Asia, dan seorang Muslim. Sementara juri lainnya datang dari negara Barat. Untuk memengaruhi juri lainnya, Megawati kala itu sengaja mengungkapkan latar belakangnya. Ia mengenalkan diri pernah menjadi anggota parlemen selama tiga periode, Wakil Presiden hingga Presiden RI.
”Saya ingin membangun sebuah persepsi mestinya saya ada di atas untuk bisa menangkan salah satu yang diinginkan. Setelah saya mengatakan begitu, mereka yang dua langsung kelihatan ’wah’,” kata Megawati.
Putri Proklamator RI Soekarno itu kemudian menyampaikan bahwa dirinya sangat dekat dengan Muhammadiyah dan NU. Kakeknya merupakan pendiri Muhammadiyah dan pernah menjadi pengurus di Bengkulu.
Megawati lalu bercerita kepada juri bahwa NU dan Muhammadiyah ikut bertempur untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah sejak 1912, sedangkan NU 1926.
Megawati juga menyampaikan cerita heroik pada masa kolonialisme yang terjadi antara Tangerang dan Bekasi. Saat itu, Belanda ingin menjadikan wilayah itu sebagai perkotaan, sedangkan masyarakat setempat memang bekerja sebagai petani.
”Saya sangat ingat membaca buku itu adalah perlawanan yang namanya perlawanan petani Banten yang dipimpin para kiai dari NU. Apa maksud saya menceritakan seperti ini, karena kita ini sudah melupakan sejarah bangsa kita. Bahwa kita itu tidak dengan mudah seperti sekarang ini enak-enakbahwa dulu itu banyak pengorbanan yang harus diberikan. Itu cerita saya kepada mereka. Mereka terdiam. Kalau foundation ini untuk perdamaian dunia dan perikemanusiaan, maka saya minta organisasi ini harus dinominasikan,” katanya.
Peran strategis
Basarah membenarkan bahwa penghargaan yang diperoleh NU dan Muhammadiyah ini tak luput dari perjuangan gigih dan kepiawaian diplomasi Megawati. Megawati, katanya, mampu menjelaskan dan meyakinkan dewan juri lainnya tentang latar belakang berdirinya dan peran organisasi NU dan Muhammadiyah.
Selama ini NU dan Muhammadiyah disebut telah berkontribusi bagi kemerdekaan Indonesia dan membangun persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sesama bangsa Indonesia (ukhuwah wathoniyah), dan persaudaraan sesama umat manusia (ukhuwah insaniyah).
”Dua organisasi tersebut mampu menjaga persaudaraan kemanusiaan universal. Peran-peran strategis NU dan Muhammadiyah juga besar, tak hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga dunia,” ujarnya.
NU dan Muhammadiyah, lanjut Basarah, selama ini juga memiliki program nyata yang bermanfaat secara langsung bagi pengentasan rakyat dari kemiskinan, pelayanan kesehatan, pendidikan. Tak hanya itu, juga dalam menjaga dan mengawal demokrasi bangsa, kesetaraan jender, serta merawat keberagaman.
Menurut Basarah, nominasi untuk NU dan Muhammadiyah menandakan eksistensi kedua ormas Islam itu diakui dan dirasakan oleh bangsa luar dan agama yang berbeda.
”Kita sebagai bangsa Indonesia patut ikut merasa terhormat serta patut bersyukur atas kemenangan ini. Kemenangan ini merupakan rekognisi dunia bagi organisasi Islam Indonesia yang membawa pesan toleransi, inklusif, dan persaudaraan universal dengan semangat Islam rahmatan lil alamin,” ucapnya.