Kardinal Suharyo Kunjungi Bu Sumarsih, Beri Dukungan Moral Perjuangan Aksi Kamisan
Kardinal Suharyo menuturkan, konsistensi perjuangan Sumarsih di Aksi Kamisan sangat menyentuh hati.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengunjungi kediaman pasangan Maria Catarina Sumarsih dan Antonius Arief Priyadi, orangtua almarhum Benardinus Realino Norma Irawan alias Wawan, korban penembakan Tragedi Semanggi I tahun 1998. Dalam kunjungan itu, Kardinal menyampaikan dukungan atas perjuangan menuntut keadilan yang selama ini disuarakan Sumarsih dan keluarga korban yang lain melalui Aksi Kamisan.
Kardinal Suharyo mendatangi kediaman Sumarsih dan Arief di kawasan Jakarta Barat, Jumat (9/2/2024) siang, didampingi Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Adi Prasojo Pr dan pemikir kebinekaan Sukidi. Turut bergabung Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo dan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho. Pertemuan berlangsung sekitar satu jam.
Suharyo mengatakan, kunjungannya ke rumah orangtua almarhum Wawan tersebut setelah membaca tulisan Budiman di Kompas mengenai 17 tahun Aksi Kamisan. Terakhir, Aksi Kamisan yang dilakukan di seberang Istana Merdeka sudah menginjak kali ke-804. Menurut dia, hal itu sangat menyentuh hati.
”Betapa seorang ibu yang mengalami putranya gugur dalam usaha untuk ikut membangun negeri ini, mendorong ibu dan teman-teman untuk mengingatkan bangsa dengan Aksi Kamisan itu bahwa seperti apa pun yang namanya pembunuhan harus dikatakan adalah suatu kejahatan,” kata Suharyo.
Menurut Suharyo, Sumarsih telah memperjuangkan keadilan dan kebenaran dengan konsisten dan terus-menerus. Untuk itu, Suharyo sebagai pelayan di Gereja Katolik merasa terdorong untuk memberikan dukungan kepada keluarga Sumarsih yang merupakan anggota jemaat di KAJ untuk tetap berjuang tanpa kekerasan. Hal itu dinilainya penting untuk menggugah nurani bangsa.
Betapa seorang ibu yang mengalami putranya gugur dalam usaha untuk ikut membangun negeri ini, mendorong ibu dan teman-teman untuk mengingatkan bangsa dengan Aksi Kamisan itu bahwa seperti apa pun yang namanya pembunuhan harus dikatakan adalah suatu kejahatan.
Oleh karena itu, kata Suharyo, kunjungannya tersebut merupakan sebuah dukungan moral dan tidak terkait dengan gerakan lain. Suharyo berharap Aksi Kamisan yang dilakukan Sumarsih bersama berbagai elemen masyarakat tersebut terus menjadi gerakan yang membuat hati nurani bangsa semakin terasah.
Bagi Sumarsih, kunjungan Kardinal Suharyo merupakan kunjungan seorang gembala di Gereja Katolik kepada umatnya. Sebagai seorang Kristiani yang diajari untuk melakukan hukum kasih. ”Ini meneguhkan langkah saya untuk mewartakan kebenaran dan keadilan,” kata Sumarsih.
Sumarsih menuturkan, kunjungan itu bermula dari tulisan Budiman Tanuredjo, ”Sudah Tujuh Belas Tahun” yang berisi tentang Sumarsih. Tulisan yang terbit pada 20 Januari 2024 itu kemudian dibaca oleh Suharyo yang lalu dilanjutkan dengan keinginan Suharyo untuk mengunjungi keluarga Sumarsih. Kemudian, rencana tersebut terwujud hari ini.
Pada pertemuan itu, kata Sumarsih, pembicaraan berkisar pada sosok almarhum Wawan dan perjuangan yang dilalui Sumarsih hingga saat ini. Sumarsih menceritakan kesulitan yang dilalui dalam memperjuangkan keadilan meski Undang-Undang tentang Pengadilan HAM sudah terbit. Hal itulah yang lalu mendorongnya melakukan Aksi Kamisan.
Pada kesempatan itu, Sumarsih menunjukkan pakaian yang dikenakan Wawan ketika ditembak aparat kala itu. Kemudian, Kardinal Suharyo memberikan sebuah lukisan Yesus dan sebuah rosario. Lukisan Yesus tersebut berjudul ”Ecce Homo” atau dalam bahasa Indonesia berarti ’Lihatlah Manusia itu’.
Kepada Suharyo, Sumarsih menyampaikan, kunjungan tersebut semakin menguatkan langkahnya sekeluarga untuk mewartakan kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, kata Sumarsih, Suharyo memberikan dukungan moral. ”Memang ini jalan yang harus saya lalui,” ujarnya.
Arief menambahkan, Suharyo menguatkan atas apa yang telah dilakukan oleh Sumarsih selama ini. Sebab, hal itu tidak hanya berguna bagi keluarga Sumarsih saja, tetapi terlebih bagi kepentingan bangsa ini.