Setahun Diculik di Papua, Pembebasan Pilot Susi Air Masih Terus Diupayakan TNI
Pemerintah didorong tetap mengedepankan cara damai lewat dialog dalam membebaskan Phillip Mehrtens, pilot Susi Air.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para tokoh bangsa dan agama menyerukan pembebasan pilot Phillip Mark Mehrtens (37) yang sudah setahun disandera kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya di wilayah Papua. Pelepasan sandera itu diharapkan segera dilakukan dengan tanpa syarat dan dalam keadaan sehat serta secara damai.
Seruan itu disampaikan para tokoh bangsa, tokoh agama, dan masyarakat sipil untuk menyikapi satu tahun penyanderaan pilot Susi Air, Phillip Mark Mehrtens. Para tokoh itu antara lain Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Marzuki Darusman, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno, Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia Pendeta Gomar Gultom, Ketua PP Muhammadiyah Muhammad Busyro Muqoddas, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Alissa Wahid, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid, serta Direktur Eksekutif IMPARSIAL Gufron Mabruri.
Usman Hamid menyampaikan, para tokoh merasa prihatin dengan situasi kemanusiaan di Papua, khususnya penyanderaan terhadap pilot Susi Air yang berlarut-larut. Penyanderaan tersebut telah membuat banyak eskalasi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi.
”Melalui seruan ini, dengan segala hormat kepada perjuangan Saudara di Papua, dengan segala rasa solidaritas kami pada penderitaan Saudara di Papua, dan dengan memperhatikan rasa kemanusiaan, kami meminta Saudara Egianus Kogoya dan Saudara di Papua agar segera membebaskan Saudara Mehrtens dalam keadaan sehat dan secara damai,” kata Usman, Kamis (8/2/2024).
Melalui seruan ini, dengan segala hormat kepada perjuangan Saudara di Papua, dengan segala rasa solidaritas kami pada penderitaan Saudara di Papua, dan dengan memperhatikan rasa kemanusiaan, kami meminta Saudara Egianus Kogoya dan Saudara di Papua agar segera membebaskan Saudara Mehrtens dalam keadaan sehat dan secara damai.
Menurut Usman, dengan pembebasan itu diharapkan Mehrtens bisa segera berkumpul kembali dengan keluarga dan saudara-saudaranya di negara asalnya, Selandia Baru. Kepada pemerintah, pihaknya mendorong untuk tetap mengedepankan cara-cara damai melalui dialog dalam upaya pembebasan Mehrtens. Jalan kekerasan melalui pengerahan aparat keamanan dan operasi militer harus dihindari.
Sebelumnya, kelompok bersenjata dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), pimpinan Kogoya, menculik Mehrtens pada 7 Februari 2023. Pesawat komersial kecil milik maskapai Susi Air yang ia kemudikan diserbu oleh kelompok tersebut saat mendarat. Lokasi penyerbuan itu adalah landasan pacu di Distrik Paro, daerah pegunungan terpencil di Nduga, Papua Pegunungan.
Saya baik-baik saja. Mereka memperlakukan saya dengan baik. Saya terus mencoba tetap positif.
Kelompok TPNPB menuntut Indonesia mengakui kemerdekaan Papua sebagai imbalan atas pembebasan Mehrtens. Kelompok itu mengancam akan menembak Mehrtens jika pembicaraan mengenai kemerdekaan Papua ditolak. TPNPB adalah sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka. Kelompok bersenjata itu telah beberapa kali merilis video Mehrtens.
Dalam salah satu video, Mehrtens mengatakan, dirinya baik-baik saja. ”Saya baik-baik saja. Mereka memperlakukan saya dengan baik. Saya terus mencoba tetap positif,” kata Mehrtens dalam video yang tersebar di media sosial. Video itu diketahui diambil pada 22 Desember 2023.
Juru bicara Tentara Pembebasan Papua Barat, Sebby Sambom, menyatakan telah meminta Egianus Kogoya, komandan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang menculik Mehrtens, untuk membebaskan Mehrtens (Kompas.id, 5/2/2024).
Kedepankan dialog
Papua merupakan tanah yang diberkati, jangan ada lagi pertumpahan darah hanya karena untuk membebaskan seorang pilot Susi Air. Oleh karena itu, TNI terus melakukan komunikasi aktif dan pendekatan secara persuasif.
Menanggapi seruan tokoh bangsa itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen Kristomei Sianturi mengatakan, selama ini TNI tetap terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dengan lebih mengedepankan dialog dan menghindari jalan kekerasan. TNI telah melakukan pendekatan secara persuasif melibatkan pemerintah daerah, tokoh adat, dan tokoh agama gereja.
Karena itu, TNI terus melakukan komunikasi aktif dan pendekatan secara persuasif untuk sama-sama menghindari terjadinya kekerasan, apalagi pertumpahan darah yang justru akan menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan masyarakat. TNI terus mengajak semua pihak bersama-sama mengakhiri kekerasan di Papua.
”Papua merupakan tanah yang diberkati, jangan ada lagi pertumpahan darah hanya karena untuk membebaskan seorang pilot Susi Air. Oleh karena itu, TNI terus melakukan komunikasi aktif dan pendekatan secara persuasif,” kata Kristomei.