Dinilai Berjasa pada Kemanusiaan dan Inspiratif, NU-Muhammadiyah Terima Anugerah Zayed Award
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menerima penghargaan Zayed Award for Humanity and Fraternity 2024.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menerima penghargaanZayed Award for Humanity and Fraternity 2024. Dua penerima lainnya adalah Magdi Yacoub dari Mesir dan Nelly Leon Correa dari Chile. Seremoni pemberian penghargaan dilakukan 5 Februari mendatang di Founder’s Memorial Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Mantan Director General of UNESCO Irina Bokova, salah satu juri Zayed Award for Humanity and Fraternity 2024, dalam jumpa pers secara hibrida di Abu Dhabi, Jumat (2/2/2024), mengatakan, tidak mudah menentukan juara dari 100 lebih nomine dari puluhan negara.
Mereka semua, menurut Irina, menginspirasi dan punya peran terhadap persaudaraan, kemanusiaan, dan perdamaian. Di Indonesia, misalnya, bagaimana organisasi keagamaan NU dan Muhammadiyah tidak hanya mengembangkan sikap moderasi dalam beragama, tetapi juga mengembangkan solidaritas, membantu sesama, serta bekerja sama di bidang pendidikan dan kesehatan dalam komunitas yang besar.
”Ini menjadi contoh yang luar biasa bagi organisasi nonpemerintah,” ucapnya. Hadir langsung pada konferensi pers, Ketua Pengurus Besar NU Ulil Abshar Abdalla dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni serta Nelly Leon Correa. Sementara Yacoub hadir secara daring.
NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia. Keduanya berperan dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian, baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional.
Penghargaan sangat penting
Ulil Abshar mengatakan, penghargaan ini sangat penting dan NU sebagai organisasi yang hadir 1926, sebelum kemerdekaan, konsisten pada Islam yang moderasi. NU juga mengembangkan jaringan luas, mulai dari bidang pendidikan, rumah sakit, hingga madrasah.
”Ini menjadi contoh yang luar biasa bagi organisasi nonpemerintah.”
Berdiri tahun 1926, NU banyak berperan dalam berbagai kegiatan sosial, mulai dari mendirikan sekolah, rumah sakit, hingga pengurangan angka kemiskinan. Memiliki 121 juta anggota, NU menjadi organisasi Islam terbesar di dunia.
NU memelopori perdamaian global dengan upaya-upaya diplomatis antarumat beragama dan budaya, termasuk dalam pertemuan-pertemuan Islam di Asia-Afrika dan perdamaian dunia lainnya.
Begitu pula dengan Muhammadiyah. Berdiri tahun 1912, organisasi keagamaan dengan 60 juta anggota itu juga mendedikasikan diri dalam bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan. Bahkan, dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah memiliki 120 universitas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Syafiq Mughni mengatakan, penghargaan ini akan sangat berdampak terhadap kerja-kerja Muhammadiyah. Muhamadiyah bekerja berdasarkan prinsip rahmat bagi semesta. Penghargaan Zayed Award menjadi pengakuan terhadap peran penting yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan.
”Muhammadiyah percaya bahwa manusia harus menghormati dan saling menghargai satu sama lain. Ini memotivasi Muhammadiyah untuk bekerja lebih keras di level global.”
”Muhammadiyah percaya bahwa manusia harus menghormati dan saling menghargai satu sama lain. Ini memotivasi Muhammadiyah untuk bekerja lebih keras di level global,” ujarnya dalam konferensi pers.
Dia yakin langkah persaudaraan dan kemanusiaan yang diterapkan oleh Muhammadiyah akan terus diimplementasikan dan memberikan dampak positif, baik di akar rumput maupun global.
Adapun penerima penghargaan lainnya, Mahdi Yacoub, merupakan seorang profesor, ahli bedah jantung, pendiri Magdi Yacoub Heart Foundation di Mesir yang menyediakan pengobatan gratif, dan pelayanan terhadap masyarakat rentan. Magdi juga berkontribusi dan fokus pada pengembangan program di Mozambik, Etiopia, Burundi, dan Jamaika.
Adapun Nelly Leon Correa diketahui sebagai Cofounder of Woman Standing Up Foundation, salah satu organisasi nonpemerintah di Chile yang peduli dengan perempuan yang ada di penjara dan mendukung mereka saat kembali ke masyarakat.
Beraudensi dengan Paus Fransiskus
Zayed Award for Human Fraternitydidirikan pada 4 Februari 2019 sebagai kelanjutan dari pertemuan Imam Besar Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb dengan Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi yang kemudian disebut dengan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan.
Zayed Award digelar untuk mengapresiasi individu dan entitas yang punya kontribusi besar terhadap kemajuan peradaban. Pada penghargaan tahun ini, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu dari lima tokoh dunia yang menjadi juri dalam ajang itu. Tahun sebelumnya Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menjadi salah satu juri Zayed Award pada 2022.
Juri lainnya adalah Kardinal Leonardo Sandri (Prefect Emeritus of the Holy See Dicastery for Oriental Churches), Rebeca Grynspan Mayufis (Secretary General of the United Nation Conference on Trade and Development/UNTAC), dan Irina Bukova.
Selain itu, ada pula Rabbi Abraham Cooper (Chair of the US Commission on International Religious Freedom) dan Mohamed Abdelsalam (Secretary General of Zayed Award for Human Fraternity and Secretary General of the Muslim Council of Elders).
Setiap juri melakukan nominasi terhadap 45 daftar nama yang masuk pada tahap sebelumnya. Lalu, terbagi dalam lima kelompok panel, mereka berdiskusi. Setiap kelompok panel kemudian mengusulkan lima nama yang dinyatakan lolos pada tahap berikutnya.
Dari Indonesia ada dua lembaga organisasi keagamaan yang sebelumnya masuk dalam nominasi Zayed Award for Human Fraternity 2024, yakni NU dan Muhammadiyah. Kedua pimpinan lembaga itu, yakni Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, juga beraudiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan, 24 Januari, atas undangan pihak Zayed Award.
Sebelumnya, saat lawatan ke Roma, Italia, guna menghadiri rapat dewan juri, Desember 2023, Megawati menyampaikan dirinya mendapat kehormatan luar bisa dipilih menjadi juri. Bagi dia, ini bukan hanya sebagai orang Indonesia, melainkan juga membawa Indonesia yang selalu menginginkan perdamaian dunia.
Sejak merdeka, menurut Megawati, Indonesia selalu berjuang mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini ditunjukkan Indonesia yang salah satunya selalu membela Palestina.