Presiden Jokowi Ajak Vietnam Kolaborasi Jadi Negara Berpendapatan Tinggi
Presiden Jokowi menyebutkan Indonesia-Vietnam dapat berkolaborasi di bursa karbon dan kendaraan listrik.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak Vietnam berkolaborasi dengan Indonesia dalam mendorong kedua negara ini menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045. Kolaborasi di sektor bisnis dinilai menjadi kunci untuk mempercepat dan memperkuat langkah.
Ajakan kolaborasi itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam dialog bisnis bersama pengusaha/investor Vietnam, Sabtu (13/1/2024), di Hotel Melia Hanoi, Vietnam. Perdana Menteri (PM) Vietnam Pham Minh Chinh turut hadir dalam acara itu.
Selain itu, ikut mendampingi Presiden Jokowi antara lain Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Gandi Sulistiyanto, dan Duta Besar Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mendorong penguatan kolaborasi Indonesia dan Vietnam.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mendorong penguatan kolaborasi Indonesia dan Vietnam. ”Indonesia dan Vietnam memiliki visi yang sama, yaitu untuk menjadi high income country pada tahun 2045 dan untuk mewujudkannya kita memerlukan kekuatan kolaborasi, termasuk kolaborasi di sektor bisnis,” katanya.
Presiden pun menyebutkan beberapa potensi kolaborasi yang bisa dilakukan. Indonesia memiliki potensi bursa karbon yang sangat besar, yaitu lebih dari 200 miliar dollar AS. Pasar karbon juga telah diluncurkan pada tahun 2023. ”Saya harap ini ada CT Group (carbon trading group) bisa menjadi bagian penting di dalamnya,” ujarnya.
Presiden juga mendorong percepatan investasi raksasa kendaraan listrik Vietnam, VinFast, di Indonesia. Target produksi pada tahun 2026 juga diharapkan bisa segera terlaksana. Presiden juga berharap VinFast dapat membuka kolaborasi dengan para pengusaha Indonesia.
”Saya berharap VinFast juga dapat berkolaborasi dengan pengusaha dan peneliti-peneliti di Indonesia,” lanjutnya.
VinFast, menurut rencana, akan menginvestasikan 1,2 miliar dollar AS untuk pembangunan pabrik di Indonesia. Untuk tahap pertama, pabrik diharapkan bisa beroperasi pada 2026 atau lebih cepat lagi.
Terkait rencana pengembangan kawasan, mulai dari infrastruktur bandara hingga pariwisata di Indonesia, Presiden berharap kerja sama Indonesia dengan perusahaan Vietnam, Sovico Group, dapat segera terlaksana.
Presiden juga mendorong agar jumlah penerbangan maskapai penerbangan VietJet dapat diperbanyak menuju sejumlah destinasi superprioritas Indonesia, seperti ke Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Mandalika (NTT), Likupang (Sulawesi Utara), Borobudur (Jawa Tengah), dan Danau Toba (Sumatera Utara).
Presiden juga mengundang para pengusaha Vietnam untuk menanamkan modalnya di Ibu Kota Nusantara (IKN). IKN memiliki potensi besar dan para pengusaha Vietnam bisa ikut serta sesuai keahlian masing-masing.
Dalam media sosialnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pertemuan ini menjadi salah satu langkah untuk mendorong tercapainya target baru volume perdagangan Indonesia-Vietnam. Sehari sebelumnya, saat bertemu PM Chinh, Presiden Jokowi menyepakati supaya target volume perdagangan kedua negara bisa dinaikkan menjadi 18 miliar dollar AS pada 2028. Sebelumnya, target volume perdagangan pada 2023 senilai 10 miliar dollar AS, tetapi target itu bisa diraih pada 2022.
Pada Sabtu pagi, sebelum menghadiri dialog bisnis, Presiden Jokowi mengawali kegiatannya dengan jamuan santap pagi bersama PM Chinh di Hotel Melia, Hanoi. Perbincangan hangat kembali terjadi seperti dalam pertemuan bilateral sehari sebelumnya.
Presiden berharap Indonesia dan Vietnam dapat terus menjalin komunikasi guna mempererat hubungan kedua negara.
Presiden Jokowi pun menyampaikan apresiasi atas kehangatan Vietnam selama rangkaian kegiatan kunjungannya di sana, termasuk saat menghadiri jamuan santap malam oleh Presiden Vietnam Võ Văn Thưởng pada Jumat (12/1/2024).
”Ini menunjukkan eratnya hubungan kedua negara, juga masa depan kerja sama ke depan yang sangat menjanjikan,” kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden berharap Indonesia dan Vietnam dapat terus menjalin komunikasi guna mempererat hubungan kedua negara. ”Kita harus meningkatkan terus komunikasi (kedua negara),” lanjutnya.