Cawapres Menjawab Antusiasme Publik
Penampilan Gibran Rakabuming Raka yang dinantikan publik mampu menjawab keingintahuan publik dan mengimbangi dua capres lainnya, yakni Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD.
Antusiasme publik menyaksikan debat antarcalon wakil presiden lebih tinggi dibandingkan dengan debat pertama antarcalon presiden yang terselenggara sebelumnya. Antusiasme yang tinggi itu dijawab setiap kandidat dengan mengaitkan visi dan program ekonomi dengan bidang dan pengalaman yang dimiliki.
Publik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap penampilan cawapres dalam menyampaikan pemikiran terkait ekonomi. Debat kedua dari rangkaian lima kali debat capres-cawapres ini mengangkat tema ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi, pajak, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, perdagangan, dan perkotaan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Dalam debat kali ini cawapres Gibran Rakabuming Raka tampil pertama. Gibran mengatakan, sebagai negara yang besar, Indonesia harus keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Untuk itu, kata Gibran, kuncinya Indonesia harus menaikkan nilai tambah di dalam negeri. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap resilien di rata-rata 5 persen. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harus didukung dengan penurunan angka pengangguran, angka kemiskinan, penurunan angka gini rasio, dan juga angka inflasi yang terkendali. Hilirisasi dilanjutkan dengan bukan hanya di bidang tambang saja, melainkan juga hilirisasi pertanian, hilirisasi perikanan, hilirisasi digital, dan sebagainya.
Adapun cawapres Mahfud MD menyampaikan kenapa Indonesia belum mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen per tahun. Dalam sejarah reformasi Indonesia tidak pernah sampai tumbuh 7 persen, kecuali pada tahun 1989-1991 di era Orde Baru. Persoalannya terletak pada kebodohan kita sehingga tidak bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi. Banyak masalah korupsi yang menghambat.
Cawapres Muhaimin Iskandar yang terakhir menyampaikan visi ekonomi menyebutkan pasangan Amin akan mewujudkan keadilan dan kemakmuran rakyat dengan melakukan slepet dalam artian membangunkan yang tidur, menggerakkan yang loyo, sekaligus mengingatkan yang lalai. Keadaan yang tidak adil harus dislepet.
Antusiasme publik yang tinggi mengikuti debat antarcawapres terekam dalam jajak pendapat Litbang Kompas saat debat berlangsung. Sebanyak 66,5 persen responden yang dihubungi mengikuti acara debat, baik secara sendiri, bersama keluarga, maupun nonton bareng dengan teman atau komunitas. Antusiasme ini lebih tinggi dibandingkan dengan debat pertama yang diikuti kurang dari 60 persen responden.
Diksi dan penilaian
Selama enam segmen yang dilalui, fokus diksi yang digunakan tiap-tiap kandidat berbeda. Dari 2.444 kata yang diucapkan Muhaimin, kata yang paling banyak digunakan adalah kata investasi, pemerintah, ekonomi, pembangunan, dan infrastruktur. Kata slepet menjadi ciri khas cawapres ini.
Sementara dari 2.419 kata yang diucapkan Gibran, kata yang paling banyak digunakan adalah kata masalah, Indonesia, hilirisasi, pembangunan, dan anak-anak. Kata anak-anak banyak digunakan terkait isu stunting dan Indonesia Emas. Adapun pada cawapres Mahfud, dari 2.957 kata yang diucapkan, fokus ekonomi banyak di pilihan kata ekonomi, orang, pajak, korupsi, dan hukum.
Isu Ibu Kota Nusantara (IKN) jadi salah satu topik pembahasan yang diangkat ketiga cawapres. Gibran dengan penekanan pada keberlanjutan proyek karena IKN menjadi simbol pemerataan dan transformasi ekonomi.
Sementara dua cawapres yang lain menekankan IKN pada pembiayaan yang tinggi dan skala prioritas atau fokus pembangunan yang kurang tepat untuk menghadirkan keadilan. Adapun isu perdagangan yang sangat terkait dalam pengendalian harga-harga tidak banyak digali oleh ketiga kandidat.
Baca juga: Cawapres Saling Serang di Momen Tanya Jawab
Melihat performa setiap cawapres, responden memberikan penilaian dari skala 1 (sangat buruk) hingga 10 (sangat baik) berdasarkan tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah aspek kelancaran dan kejelasan menjawab pertanyaan, aspek penguasaan permasalahan yang didiskusikan, dan aspek kesan penampilan kandidat.
Hasil jajak pendapat menunjukkan publik menilai baik atas tampilnya ketiga kandidat. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan penilaian rata-rata di atas angka 7. Pada aspek kelancaran dan kejelasan menjawab pertanyaan, cawapres Mahfud mendapat nilai rata-rata 7,5. Sementara cawapres Muhaimin (7,0) dan Gibran (7,1).
Pada aspek penguasaan permasalahan yang didiskusikan, cawapres Mahfud mendapat nilai rata-rata 7,6. Sementara Muhaimin dan Gibran mendapat nilai masing-masing 7,1. Pada aspek penampilan Muhaimin mendapat skor 7,8. Sementara Gibran mendapat nilai 7,3 dan Mahfud mendapat nilai 7,5.
Responden terbagi cukup merata jika dilihat berdasarkan pilihan capres-cawapresnya. Jika dilihat berdasarkan pilihan capres-cawapres, responden memberikan penilaian yang tinggi terhadap pasangan yang sudah menjadi pilihannya.
Penampilan Gibran yang dinantikan publik mampu menjawab keingintahuan publik dan mengimbangi dua capres lainnya. (LITBANG KOMPAS)