Melawat ke Roma, Megawati Akan Bertemu Paus Fransiskus
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri akan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan, bersama dengan lima juri Zayed Award for Human Fraternity lainnya.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
ROMA, KOMPAS — Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri melawat ke Roma, Italia, untuk menghadiri rapat dewan juri Zayed Award for Human Fraternity, sebuah penghargaan bagi tokoh yang berkontribusi dalam persaudaraan kemanusiaan di dunia. Bersama lima tokoh lain yang juga menjadi anggota dewan juri, Megawati dijadwalkan bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Senin (18/12/2023) waktu setempat.
Megawati tiba di Bandara Ciampino, Roma, Italia, Sabtu (16/12/2023) malam waktu setempat. Ketua Umum PDI Perjuangan itu bersama rombongan tiba di Roma setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 16 jam.
Di Roma, Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) disambut Sekretaris Jenderal Zayed Award for Human Fraternity Mohamed Abdelsalam. Keduanya sempat berbincang di sebuah ruangan di Hotel De Russie. Turut mendampingi Megawati, Ketua DPP PDI-P Bidang Hukum Yasonna H Laoly dan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RI untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono.
”Saya diundang dalam rangka saya dijadikan salah satu juri dari Zayed Award for Human Fraternity yang dibuat Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb,” kata Megawati di Hotel De Russie, Roma, Sabtu (16/12/2023) malam.
Penghargaan Zayed untuk Persaudaraan Manusia itu merupakan bentuk apresiasi bagi individu atau entitas yang telah bekerja keras untuk kemanusiaan serta berkontribusi besar dalam menjaga masyarakat hidup berdampingan secara damai. Penghargaan, yang diambil dari nama Sheikh Zayed bin Sultan al-Nahyan, Presiden pertama Uni Emirat Arab (UEA) dan penguasa Abu Dhabi, itu merupakan salah satu inisiatif yang lahir dari pertemuan Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi. Pertemuan itu menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi tentang Persaudaraan Kemanusiaan.
Megawati dipercaya menjadi juri Zayed Award tahun 2024 bersama dengan lima tokoh lainnya. Mereka adalah adalah Prefek Emeritus Takhta Suci Dikasteri Gereja Oriental Kardinal Leonardo Sandri, Sekjen Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Rebeca Grynspan Mayufis, Ketua Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional Rabbi Abraham Cooper, mantan Direktur Jenderal UNESCO dan mantan menteri Bulgaria Irina Bokova, serta Sekjen Zayed Award for Human Fraternity Mohamed Abdelsalam.
Megawati menuturkan, komite juri telah menyeleksi ratusan tokoh calon penerima Zayed Award. Saat ini, seleksi telah menghasilkan 30 nomine penerima Zayed Award dari berbagai belahan dunia.
Menurut rencana, para juri akan bertemu untuk mengerucutkan nama nomine penerima Zayed Award dalam pertemuan di Istana Apostolik, Vatikan, Minggu (17/12/2023) pagi waktu setempat atau Minggu sore waktu Jakarta. Hasil pembahasan akan disampaikan kepada Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik, pada keesokan harinya.
”Memang kami (para juri Zayed Award) akan bertemu (Paus Fransiskus), karena beliau juga nantinya terakhir (memutuskan) yang ikut juga dan diskusi setelah (menentukan nomine),” kata Megawati.
Apresiasi
Sekjen Zayed Award Mohamed Abdelsalam menyampaikan apresiasi kepada Megawati yang bersedia hadir dalam pertemuan para juri Zayed Award. ”Kami sangat mengapresiasi dan menaruh hormat kepada Ibu Megawati yang mau hadir di sini dan menjadi juri Zayed Award,” kata Abdelsalam.
Megawati dipilih sebagai juri karena merupakan tokoh yang tak pernah berhenti memperjuangkan hak-hak perempuan.
Ia mengungkapkan, Megawati dipilih sebagai juri karena merupakan tokoh yang tak pernah berhenti memperjuangkan hak-hak perempuan. Tokoh perempuan seperti Megawati, yang selalu menjaga perdamaian, tidak hanya dibutuhkan Indonesia dan Asia, tetapi juga seluruh dunia Islam.
Megawati menyampaikan, Zayed Award merupakan penghargaan internasional bagi mereka yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian dunia. ”Saya tentunya mendapat kehormatan yang luar biasa (dipilih menjadi juri) karena buat saya ini bukan hanya sebagai orang Indonesia, tetapi juga membawa Indonesia yang kalau dilihat selalu menginginkan perdamaian dunia,” tuturnya.
Megawati mengungkapkan, sejak merdeka pada 1945, Indonesia selalu berjuang untuk mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan posisi Indonesia yang selalu membela Palestina. ”Sebetulnya itu (isu Palestina) sudah ada di Konferensi Asia Afrika (KAA tahun 1955), menjadi inti dalam Dasasila Bandung,” katanya.