Capres dan Cawapres Berebut Dukungan di Basis Suara Lawan
Pasangan capres-cawapres mulai mengonsolidasikan kekuatan dengan berkampanye di lokasi lumbung suara lawan.
JAKARTA, KOMPAS — Pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilu 2024 mulai menggarap wilayah-wilayah yang menjadi basis suara lawan. Tak hanya menyapa warga, para kandidat juga mulai mengonsolidasikan kekuatan mesin partai politik dengan sukarelawan pendukung serta melatih saksi yang akan mengawal suara dari tempat pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Pada hari ketujuh masa kampanye, Senin (4/12/2023), pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, berkampanye di wilayah yang merupakan basis suara Prabowo Subianto, capres nomor urut 2. Anies berkeliling Kabupaten Karawang, Jawa Barat, setelah berkampanye di Bogor dan Bandung.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu memulai kampanye di Karawang dengan blusukan di Pasar Rengasdengklok untuk mendengarkan keluh kesah pedagang dan pembeli. Selanjutnya, ia mengunjungi Rumah Sejarah Proklamasi kemudian menemui para santri di Pondok Pesantren Modern Nurussalam.
Adapun Muhaimin mengikuti jalan sehat dan sapa pedagang Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga mengikuti dialog kebangsaan dan bedah visi-misi di Universitas Negeri Padang serta Universitas Andalas. Tak hanya itu, Muhaimin juga mengikuti dialog bersama tokoh adat, tokoh masyarakat, bundo kanduang, aktivis, serta kalangan milenial di Padang.
Berdasarkan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019, Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Sandiaga S Uno meraih 16,07 juta suara sah di Jabar. Angka itu setara dengan 60 persen suara sah pada Pilpres 2019 di Jabar. Prabowo juga menang telak di Sumbar pada Pilpres 2019 dengan meraup 85,95 persen suara sah di provinsi itu.
Hasil survei sejumlah lembaga juga menunjukkan Jabar dan Sumbar lebih banyak dikuasai Prabowo. Survei Indikator Politik pada 16-20 Oktober, misalnya, menunjukkan elektabilitas Prabowo di Jabar sebesar 53 persen, sedangkan Anies 22,7 persen dan Ganjar Pranowo 22,4 persen. Begitu pula survei Lembaga Survei Indonesia pada 16-18 Oktober menunjukkan elektabilitas Prabowo di Jabar sebesar 59,1 persen, Anies 22 persen, dan Ganjar 12,8 persen. Adapun hasil survei Indikator Politik pada 26 Juni-10 Juli, elektabilitas Prabowo di Sumbar 48 persen, diikuti Anies 39,5 persen dan Ganjar 6,2 persen.
Wakil Deputi Teritorial Pemenangan Tim Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN) Saan Mustopa mengungkapkan, ada potensi pergeseran suara di beberapa wilayah basis suara pasangan lain, terutama dari Prabowo. Sebab, ada pemilih yang kecewa dengan posisi Prabowo saat ini yang akhirnya bergabung dengan Presiden Joko Widodo. Pemilih tersebut pada umumnya merupakan pemilih yang mendukung Prabowo ketika berada di luar pemerintahan.
”Jabar dan Sumbar ini, kan, basisnya Pak Prabowo yang dulu sangat keras kepada Jokowi. Dengan bergabungnya Prabowo ke Jokowi, mereka pasti akan migrasi ke Anies,” ujarnya.
Oleh karena itu, Timnas AMIN akan menyasar lebih banyak lagi daerah di Jabar untuk berkampanye. Bukan hanya wilayah basis suara pendukung, melainkan juga lumbung suara lawan di mana ada potensi migrasi suara.
Anies menegaskan, tidak ada satu wilayah pun di Pilpres 2024 yang dikuasai oleh satu pasangan. Ketiga pasangan capres-cawapres memiliki kesempatan yang setara karena suara pemilih bisa berubah.
Baca juga: Kampanye di ”Lumbung Padi”, Anies Terima Keluhan Tingginya Harga Beras
Anies dan Muhaimin akan berkampanye di sebanyak mungkin wilayah secara bergantian. Ini agar kampanye yang relatif singkat, 75 hari, bisa efektif untuk mendulang suara.
Ganjar optimistis
Tak hanya pasangan nomor urut 1, pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, juga menyasar wilayah basis suara lawan. Sejak Minggu hingga Senin (3-4/12/2023), Ganjar berkampanye di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Setelah berkampanye di Kendari, Sultra, pada Minggu, Ganjar melanjutkan kampanyenya ke Palu dan Donggala, Sulteng. Di dua daerah itu Ganjar mendatangi sejumlah agenda, di antaranya pertemuan dengan tim pemenangan daerah (TPD), calon anggota legislatif dari partai politik pengusungnya, dan sukarelawan pendukung.
Bisa dikatakan Sultra merupakan wilayah basis suara Prabowo. Sebab, pada Pilpres 2019, Prabowo meraih 60,25 persen suara sah di provinsi itu.
Sementara itu, Sulteng merupakan wilayah basis suara Partai Nasdem, salah satu partai pengusung Anies-Muhaimin. Partai politik pimpinan Surya Paloh itu meraih jumlah kursi terbesar, yakni 7 kursi di DPRD provinsi serta 55 kursi di 13 DPRD kabupaten/kota pada Pemilu 2019. Bahkan, Gubernur Sulteng Rudy Mastura merupakan kader Nasdem sebelum akhirnya pindah ke Partai Gerindra.
Baca juga: Kampanye ”Dibuntuti” Presiden Jokowi, Ganjar: Tidak Apa-apa
Meski demikian, Ganjar tetap optimistis bisa merebut kemenangan di basis suara lawan karena masyarakat sejatinya sudah dapat menilai rekam jejak setiap capres, termasuk program-programnya. Ia juga meyakini, tim pemenangan daerah setempat telah menyiapkan strategi yang jitu untuk bisa meraih kemenangan di basis lawan.
Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sulteng sekaligus Ketua TPD Ganjar-Mahfud Sulteng Muharram Nurdin mengakui, dibutuhkan kerja keras untuk bisa merebut kemenangan di basis lawan. Apalagi, PDI-P hanya memiliki satu kursi DPR dari Sulteng, yakni Matindas J Rumambi. Adapun tiga parpol lain pengusung Ganjar-Mahfud, baik Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Perindo, maupun Partai Hanura, tidak memiliki kursi DPR untuk dapil Sulteng.
”Maka, hari ini kami hadir untuk kemudian bisa merespons persoalan-persoalan yang selama ini atau barangkali pada pemilu sebelumnya tidak bisa terespons. Kawan-kawan dari TPD sudah menyiapkan beberapa isu dan strateginya. Mudah-mudahan ini menjadi kekuatan untuk memperbaiki itu,” ujar Ganjar.
Nurdin menyampaikan, TPD sudah punya kiat untuk memenangkan Ganjar di basis lawan. Salah satunya TPD akan terus merekonstruksi tentang sosok Ganjar yang peduli dan empati terhadap masyarakat.
Upaya merebut dukungan di basis suara lawan itu tidak cukup hanya dengan berkampanye lalu melepas begitu saja.
DPD PDI-P Sulteng, kata Nurdin, juga mempunyai pasukan infanteri yang siap tempur di lapangan. Saat ini, PDI-P Sulteng juga tinggal melatih saksi untuk mengawal suara di tempat pemungutan suara.
Berbeda dengan dua capres lainnya, Senin kemarin, Prabowo tidak berkampanye. Menteri Pertahanan itu memilih tetap bekerja di hari kerja. Hanya cawapresnya, Gibran Rakabuming Raka, yang menyapa warga dan blusukan di Tangerang, Banten. Wali Kota Surakarta itu kembali membagikan susu dan buku kepada anak-anak serta ibu-ibu di Poris Gaga, Tangerang. Gibran melanjutkan safari politiknya di Ponpes Asshiddiqiyah 2.
Memperkecil selisih
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpandangan, upaya calon presiden berkampanye di basis lawan dilakukan untuk memperkecil selisih kekalahan. ”Rumusnya, kan, sederhana. Mempertebal kemenangan di basis sendiri dan memperkecil selisih kekalahan di basis lawan. Syukur kalau bisa menang di basis lawan,” ujarnya.
Menurut Adi, bukan hal yang mudah merebut basis lawan karena lawan pasti akan memperjuangkan sekuat tenaga basis mereka. Namun, dalam kontestasi, semua pihak mempunyai tujuan menang sehingga upaya masuk kandang lawan pun ditempuh.
Meski demikian, Adi mengingatkan bahwa upaya merebut dukungan di basis suara lawan itu tidak cukup hanya dengan berkampanye lalu melepas begitu saja. Kerja teratur, terukur, dengan melibatkan seluruh elemen kekuatan partai pengusung dan sukarelawan diperlukan. Selain itu, pada pemilihan nanti, penting pula menjaga dan mengawal suara di tempat pemungutan suara.