Wapres: Gaungkan Islam Moderat dan Toleran Hadapi Islam Phobia
Wapres Ma'ruf Amin meminta umat Islam di Slowakia terus menggaungkan Islam moderat dan toleran menghadapi Islam Fobia.
Oleh
SUHARTONO
·3 menit baca
BRATISLAVA, KOMPAS – Di tengah-tengah Islam Fobia di Eropa akibat terorisme dan gerakan radikal selama ini, Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta umat Islam di Slovakia dan Eropa terus menggaungkan Islam yang moderat dan toleran. Dengan Islam yang moderat dan toleran, umat Islam tak hanya dapat terus bertahan tetapi juga dapat diterima dan hidup berdampingan seraya mengembangkan dialog antarumat dan dengan tokoh-tokoh agama non Muslim.
“Islam dan terorisme tidak ada kaitannya, karena Islam adalah agama yang adil, toleran, rahmat, maslahat, dan hikmat, sementara yang lain itu adalah bukan Islam. Karena itu,saya mengajak seluruh komunitas muslim di Slovakia untuk terus mempromosikan Islam yang moderat dan toleran di benua Eropa,” tandas Wapres Amin saat bertemu dengan Yayasan Islam Slovakia dan Pebisnis Halal di Hotel Grand River Park, Bratislava, Slovakia, Minggu (26/11/2023).
Selain Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Wapres juga didampingi Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Administrasi Sapto Harjono Wahjoe Sedjati, Juru Bicara dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi. Hadir pula Staf Khusus Wapres Bidang Umum Masykuri Abdillah, serta Staf Khusus Wapres Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan Robikin Emhas.
Sementara Yayasan Islam Slovakia diwakili Direktur Yayasan Mohamad Safwan Hasna, Direktur Eksekutif Dahleh Abdelkarim Aldahleh, Dosen Universitas Slovakia Artan Quneti, serta pakar Ilmu Politik Universitas Ss. Cyril dan Methodius di Trnava Jozef Lenc. Adapun pebisnis halal diwakili oleh pengusaha bidang konstruksi Ivan Belus.
Menurut Wapres, moderasi beragama menjadi cara pandang yang tepat untuk diterapkan dalam kehidupan beragama dengan membangun kemaslahatan di masyarakat tanpa mengesampingkan ajaran-ajaran agama. “Moderasi beragama menjadi pilihan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum, tanpa bersifat reduktif dan abai terhadap ajaran agamanya,” jelas Wapres.
Di tengah zaman yang dinamis dengan perubahan yang sangat cepat saat ini, Wapres Amin menyampaikan pentingnya penerapan moderasi beragama yang mampu beradaptasi terhadap kearifan lokal dan keberagaman yang majemuk. “Moderasi mesti dicerminkan dalam perilaku beragama yang akomodatif terhadap kearifan lokal, dan konteks keberagaman yang majemuk, serta perkembangan zaman yang dinamis dan berubah sangat cepat,” papar Wapres.
Di sisi lain, Wapres juga menekankan moderasi beragama sebagai kunci upaya merekatkan semangat beragama dengan komitmen dalam berbangsa. “Moderasi beragama merupakan perekat antara semangat beragama dan komitmen berbangsa,” tutur Wapres lagi.
“Islam dan terorisme tidak ada kaitannya, karena Islam adalah agama yang adil, toleran, rahmat, maslahat, dan hikmat, sementara yang lain itu adalah bukan Islam.
Wapres juga menekankan pentingnya moderasi beragama dalam perwujudan inklusivitas dan penerapan sehari-hari dalam kehidupan antarumat beragama. “Pentingnya ekspresi keagamaan inklusif dan moderat, misalnya melalui dialog antaragama dan antarbudaya, toleransi antarpemeluk agama, menghormati kebebasan beragama, serta meneguhkan etika sosial dan nilai universal dalam pencegahan potensi konflik lintas agama,” ungkap Wapres.
Perlu dialog antaragama
Sebelumnya, menurut Safwan Hasna,saat ini kehidupan muslim di Eropa semakin sulit. Kesulitan muncul karena selain Islam fobia dan gerakan ekstrem kanan. ”Karena itu, memerlukan dialog antar agama dan bekerja sama dengan pihak pemerintah. Selama ini, kami telah bekerja sama dengan tokoh agama Kristen dan Yahudi, dan tanpa harus mengubah nilai-nilai keagamaan pada kami masing-masing,” ujar Safwan Hasna.
Selama ini, kami telah bekerja sama dengan tokoh agama Kristen dan Yahudi, dan tanpa harus mengubah nilai-nilai keagamaan pada kami masing-masing
Adapun perwakilan Yayasan Islam lainnya, Dosen Universitas Slovakia Artan Quneti menambahkan, komunitas Islam di Slovakia saat ini kurang dari 1 persen dari populasi penduduk sebanyak 6 juta jiwa. Karena itu, umat Islam tidak punya kesempatan untuk berinteraksi secara kuat dengan umat agama lainnya. Islam sebenarnya juga belum diakui sebagai agama resmi di Slovakia sehingga belum memiliki masjid secara resmi.
“Saat mengundang warga non Muslim ke Yayasan, terungkap bahwa mereka banyak yang belum memahami kehidupan Islam yang sebenarnya,” ujar Artan memberi contoh.
Mengakhiri pertemuannya, Wapres berharap Yayasan Islam Slovakia dapat terus hidup dan bertahan agar dapat menjadi wadah bagi komunitas muslim di Slovakia dan sekitarnya serta dapat merawat kerukunan di dalam keberagaman masyarakatnya.