Ganjar dan Boediono Bertemu, Bahas Ekonomi dan Birokrasi
Ganjar Pranowo mengatakan, pertemuan dengan Boediono membahas ekonomi, sama sekali tidak membahas politik. Ganjar mengaku mendapat tiga pelajaran penting dari Boediono.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·2 menit baca
Ganjar mengatakan, pertemuannya dengan Boediono, adalah untuk membahas ekonomi.
Boediono mengatakan, dirinya hanya mendengarkan pembicaraan politik dari Ganjar.
Menurut Boediono, ketiga pasang capres dan calon wakil presiden Indonesia mempunyai kualitas bagus.
JAKARTA, KOMPAS — Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menemui Wakil Presiden ke-11 Boediono, Jumat (24/11/2023), untuk bersilaturahmi. Pada kesempatan itu, keduanya berdiskusi perihal ekonomi dan birokrasi mengingat Boediono mempunyai pengalaman luas di bidang ekonomi, antara lain, pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ganjar dan Boediono bertemu di kediaman Boediono di Jalan Jambu Nomor 11A, Gondangdia, Jakarta Pusat. Pertemuan berlangsung secara tertutup selama lebih kurang satu jam. Pada Minggu (19/11/2024), Ganjar juga menemui Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, yaitu Jusuf Kalla, Minggu lalu.
Ganjar mengatakan, pertemuannya dengan Boediono, wapres pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, adalah untuk membahas ekonomi, sama sekali tidak membahas politik.
Ganjar mengatakan, pertemuannya dengan Boediono, wapres pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, adalah untuk membahas ekonomi, sama sekali tidak membahas politik. ”Hari ini saya sowan kepada Pak Boediono karena beliau adalah orangtua kita semua. Saya mendapatkan banyak ilmu mengingat pengalaman beliau di bidang ekonomi dan birokrasi cukup lama,” jelas Ganjar seusai pertemuan.
Menurut Ganjar, ada tiga pelajaran penting yang didapatkan dari pertemuannya dengan Boediono. ”Saya belajar tentang bagaimana berbangsa dan bernegara yang baik, yaitu berarti mengurusi kelembagaan, sumber daya manusia, dan program yang bagus. Ini pelajaran penting,” kata Ganjar.
Ia mengatakan, pertemuannya dengan Boediono sebagai ”ngaji” dan sama sekali tidak terkait politik. ”Pak Boediono orang profesional, sulit bahas politik. Saya sudah tahu jadi saya berbicara yang praktis, bagaimana memimpin saat dunia berubah,” ujar Ganjar.
Menanggapi pertemuan dengan Ganjar, Boediono mengatakan dirinya hanya mendengarkan pembicaraan politik dari Ganjar. ”Saya lebih banyak mendengar kalau soal politik. Kepada beliau, saya sampaikan bahwa saya telah lama di pemerintahan, sejak Orde Baru sampai Reformasi meskipun bukan sebagai pengambil keputusan,” jelasnya.
Menurut Boediono, ketiga pasangan capres dan calon wakil presiden Indonesia mempunyai kualitas bagus, termasuk Ganjar. ”Nanti tinggal rakyat yang memilih,” jelasnya.
Dalam visi misi Ganjar-Mahfud, dituliskan mempercepat pembangunan ekonomi berdikari berbasis pengetahuan dan nilai tambah menjadi salah satu dari delapan program unggulan. Ekonomi unggul berdaya saing dijabarkan menjadi cepat kerja, yaitu memastikan penyerapan 17 juta lapangan kerja baru. Selain itu, menciptakan lingkungan usaha yang mendukung pertumbuhan usaha ultra mikro dan UMKM, dan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen.
Ganjar merupakan calon presiden yang diusung oleh PDI-P. Sebelum menjadi calon presiden, ia merupakan mantan gubernur Jawa Tengah yang menduduki jabatan dua periode. Dalam kampanye pemilihan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar pernah berjanji akan menekan angka kemiskinan ke kisaran 6,48 persen-7,48 persen.
Cita-cita itu pun tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023. Namun, hingga berakhirnya kepemimpinan Ganjar di Jateng, upaya penanggulangan kemiskinan di wilayahnya belum mencapai target. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai Maret 2023 angka kemiskinan di Jawa Tengah belum berhasil tembus ke bawah 10 persen.
Sesaat sebelum bertemu Boediono, pada hari yang sama Ganjar bertemu dengan filsuf Franz Magnis-Suseno.
Sesaat sebelum bertemu Boediono, pada hari yang sama Ganjar bertemu dengan filsuf Franz Magnis-Suseno di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan itu, Ganjar dan Franz Magnis-Suseno berdiskusi tentang kenegarawanan serta etika dan moral dalam berbangsa dan bermasyarakat yang dinilai penting.
Ganjar juga menerima pemberian dua buku karya Magnis, yaitu Etika Politik: Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern dan buku Iman dalam Tantangan: Apakah kita Masih Dapat Percaya pada ’Yang di Seberang Sana?’.