Bertemu Dubes Inggris, Hasto Singgung Mundurnya Demokrasi akibat Jokowi Dorong Gibran Jadi Cawapres
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, Pemilu 2024 merupakan tantangan berat bagi demokrasi Indonesia. Untuk itu, penting bagi masyarakat internasional memberikan perhatian serius bagi proses pemilu di Indonesia.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengkritik kualitas demokrasi di Indonesia yang kian menurun akibat situasi politik belakangan ini di Tanah Air. Kemunduran demokrasi ini disebut tak terlepas dari keputusan Presiden Joko Widodo yang mendorong putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, maju menjadi calon wakil presiden, bahkan dengan menggunakan skenario hukum di Mahkamah Konstitusi.
Pada Jumat (27/10/2023), Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menerima audiensi Duta Besar Inggris untuk RI yang baru, Dominic Jermey, di kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta Pusat. Jermey diterima oleh Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto yang didampingi Ketua DPP PDI-P Ahmad Basarah, anggota DPR Andreas Pareira, dan Ketua Departemen Hubungan Internasional DPP PDI-P Hanjaya Setiawan.
Sembari berkeliling kantor DPP PDI-P, Hasto menjelaskan kepada Jermey terkait makna tulisan ”Satyam Eva Jayate” yang tertulis di dinding lobi. ”Satyam Eva Jayate” memiliki arti ”Hanya Kebenaran yang Berjaya”.
Hasto menambahkan, Pemilu 2024 merupakan tantangan berat bagi demokrasi Indonesia. Untuk itu, penting bagi masyarakat internasional memberikan perhatian serius bagi proses pemilu yang sedang berlangsung di Indonesia.
Ia mengapresiasi perhatian Dubes Inggris dan juga masyarakat internasional atas perkembangan dan situasi politik Indonesia setelah keputusan Presiden Joko Widodo mendorong Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) dengan berbagai skenario hukum melalui Mahkamah Konstitusi (MK) di Indonesia.
”Saya hari ini sengaja menggunakan baju hitam sebagai keprihatinan atas jalan mundur demokrasi di Indonesia karena ambisi kekuasaan. Kami sangat cinta Pak Jokowi dan mendukungnya sebagai presiden dengan total. Namun, kami sangat sedih melihat perkembangan akhir-akhir ini,” ujar Hasto menjawab pertanyaan terkait hubungannya dengan Presiden Jokowi.
Hasto menegaskan, PDI-P akan terus melakukan institusionalisasi partai politik dalam rangka meningkatkan demokratisasi di Indonesia. ”Ini jawaban PDI Perjuangan dalam hal meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia dengan cara institusionalisasi partai dan meningkatkan kualitas demokrasi internal partai,” ujarnya.
Dalam pertemuan bersama Jermey, Hasto memaparkan sejarah kantor PDI-P saat mengalami serangan pada masa Orde Baru. Saat itu kantor PDI-P menjadi simbol perlawanan dan mendapat dukungan moral yang sangat luas dari masyarakat. Lalu, diceritakannya langkah-langkah memodernisasi partai, termasuk dengan membangun 129 kantor partai serta tiga sekolah partai.
Mengenai situasi terkini di Indonesia, Hasto mengatakan, PDI-P saat ini bersiap diri menuju Pemilu 2024 dengan banyak melakukan konsolidasi. Ia pun mengungkapkan, PDI-P bersama sejumlah partai lain, yakni Partai Persatuan Pembangunan, Partai Perindo, dan Partai Hanura, telah mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024.
”Pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD diumumkan oleh Ibu Megawati di kantor ini. Ketika pasangan itu diumumkan, inilah jawaban PDI-P dalam menghadapi prolematika yang ada saat ini. Kami mendengar aspirasi masyarakat dengan mengumumkan pasangan calon ini. Kami percaya pasangan calon Ganjar-Mahfud akan menjadi terang keadilan, mempercepat kemakmuran dengan memberantas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),” ucap Hasto.
Atas setiap penjelasan tersebut, Jermey mendengarnya dengan antusias. Ia mengapresiasi kehangatan PDI-P dalam menyambut kedatangannya. Jermey menyampaikan bahwa ia baru saja pada Senin (23/10/2023) bertemu Presiden Jokowi untuk menyerahkan surat kepercayaan (credentials).
”Beberapa hari lalu saya menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Joko Widodo. Ini kunjungan pertama saya ke kantor PDI-P. Terima kasih atas sambutannya,” ucapnya.
Jermey mengatakan, dirinya sedang mencari kediaman permanen selama masa tugasnya di Indonesia. ”Sepertinya tidak jauh dari kantor PDI-P sehingga sesekali nanti bisa ngopi bareng,” ujar Jermey yang mengundang tawa Hasto.
Mengakhiri pertemuan, Hasto menyerahkan buku Mustikarasa tentang resep masakan Nusantara yang disusun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan buku Pancasila versi bahasa Inggris.
Sudah pamit
Dalam kesempatan terpisah, saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Hasto menegaskan, partainya menghormati keputusan Gibran yang telah menjadi cawapres dari Prabowo Subianto. Ia mengungkapkan, Gibran sudah berpamitan ke Ketua DPP PDI-P Puan Maharani untuk menjadi cawapres Prabowo. ”Sudah pamit. Kalau pamit, tahu kan artinya. Jadi, (Gibran) sudah pamit, itu sudah gamblang, sudah cetho welo-welo,” ucap Hasto.
Menurut Hasto, permasalahan Gibran sudah diserahkan kepada Ketua DPC PDI-P Surakarta, Jawa Tengah, FX Hadi Rudyatmo. Rudy juga sudah melaporkan bahwa ia sudah menyampaikan hal tersebut kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
”Pak Rudy (Ketua DPC PDI-P Surakarta) kemarin sudah melaporkan kepada Ibu Ketum karena Mas Gibran dulu diberikan KTA (kartu tanda anggota) melalui DPC Solo dan kemudian Mas Gibran, kan, sudah pamit kepada Mbak Puan,” kata Hasto.
Hasto kemudian menyampaikan bahwa sejatinya PDI-P berpolitik atas nama rakyat dan kebenaran. Semua didasari ketaatan pada nilai-nilai. Namun, sayangnya, ada yang sudah mulai berubah, semula merah menjadi kuning. ”Kalau warnanya juga berubah, semula merah kemudian secara nyata sudah berubah menjadi kuning, maka partai menghormati itu,” kata Hasto.