Hadiri Jamuan Makan Malam, Presiden Jokowi Bertemu Putin dan Xi Jinping
Bertemu China, Presiden Jokowi mengangkat empat hal, yaitu kerja sama investasi, kerja sama antarmasyarakat, perdagangan dan keuangan, ketahanan energi dan pariwisata. Sebelumnya, Jokowi juga bertemu Presiden Putin.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo beserta Ibu Iriana Joko Widodo menghadiri acara jamuan makan malam para pemimpin Konferensi Tingkat Tinggi ke-3 Belt and Road Forum for International Cooperation atau KTT Sabuk dan Jalan untuk Kerja Sama Internasional. Presiden Jokowi tidak hanya bertemu dan berfoto bersama Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi juga dengan Presiden China Xi Jinping.
Jamuan makan malam digelar di Great Hall of the People, Beijing, Selasa (17/10/2023). Kehadiran Presiden Jokowi dan Ibu Iriana disambut langsung oleh Presiden China Xi Jinping dan Madam Peng Liyuan. Seperti diberitakan harian Kompas pada Selasa, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menegaskan bahwa Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan siapa saja.
Selama ini, Indonesia menekankan inklusivitas dan sinergi dengan pihak mana pun tidak hanya pada urusan ekonomi, tetapi juga sampai ke urusan politik luar negeri. Proyek-proyek kerja sama yang ada di dalam kerangka kerja sama Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) adalah salah satu bentuk dari kerja sama inklusif.
Di Great Hall of the People, Presiden Jokowi juga melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping. Dalam pertemuan bilateral yang didahului dengan upacara penyambutan resmi tersebut, Presiden Jokowi mengangkat empat hal, yaitu kerja sama investasi dan kerja sama antarmasyarakat, perdagangan dan keuangan, ketahanan energi, serta pariwisata.
Presiden Jokowi menyampaikan mengenai upaya peningkatan kerja sama investasi, terutama untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan otomotif, pabrik suku cadang, kilang petrokimia, produksi baja, dan pengembangan kerja sama Halal Center. Presiden juga mendorong tindak lanjut kerja sama pengembangan koridor ekonomi Two Countries, Twin Parks. Untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara, Presiden berharap China menjadi mitra strategis.
Dalam pertemuan bilateral yang didahului dengan upacara penyambutan resmi tersebut, Presiden Jokowi mengangkat empat hal, yaitu kerja sama investasi dan kerja sama antarmasyarakat, perdagangan dan keuangan, ketahanan energi, serta pariwisata.
Terkait perdagangan dan keuangan, Presiden menyampaikan apresiasi terhadap perdagangan bilateral yang terus tumbuh dan seimbang. ”Ke depan kita perlu terus dorong pembaruan protokol dan peningkatan kuota impor sarang burung walet dan penambahan jenis produk ekspor, seperti perikanan, pertanian, dan buah tropis,” kata Presiden Jokowi.
Ke depan kita perlu terus dorong pembaruan protokol dan peningkatan kuota impor sarang burung walet dan penambahan jenis produk ekspor seperti perikanan, pertanian, dan buah tropis.
Mengenai kerja sama keuangan, Presiden Jokowi menyampaikan dukungannya terhadap rencana pembentukan local currency transaction melalui QR cross border. Hal ini diperlukan untuk memfasilitasi ekspor-impor dan investasi.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang melakukan akselerasi penambahan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar 60 gigawatt (GW) hingga tahun 2040. Presiden Jokowi pun berharap dukungan China untuk mengimplementasikan kerja sama kelistrikan kolaborasi Indonesia-China. Ketahanan energi dinilai merupakan bidang kerja sama yang dapat terus diperkuat.
Situasi global
Peningkatan wisatawan kedua negara juga terus didorong. Presiden Jokowi menyebut sejumlah langkah, mulai dari penambahan frekuensi penerbangan langsung Indonesia-China hingga peningkatkan beasiswa dan pelatihan vokasi bagi mahasiswa Indonesia. ”Serta implementasi kerja sama desa melalui peningkatan kapasitas kepala desa Indonesia,” ucap Presiden Jokowi.
Serta implementasi kerja sama desa melalui peningkatan kapasitas kepala desa Indonesia.
Kedua pemimpin negara juga turut bertukar pandangan mengenai situasi dunia saat ini, termasuk situasi di Gaza. Indonesia dan China memiliki pandangan yang sama mengenai pentingnya upaya untuk deeskalasi situasi dan memberikan fokus bagi isu kemanusiaan.
Selain menggelar pertemuan bilateral, kedua pemimpin juga menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman (MoU) kerja sama kedua negara. Terdapat 10 MoU yang ditandatangani di hadapan kedua pemimpin.
Mou tersebut adalah MoU Protokol tentang Persyaratan Pemeriksaan, Karantina, dan Sanitasi Veteriner terhadap Produk Perairan Liar yang Akan Diekspor dari Indonesia ke Tiongkok dan MoU Protokol Persyaratan Karantina dan Kebersihan Hewan Akuatik yang Dapat Dimakan dari Indonesia ke Tiongkok.
Selain itu, MoU Kerja Sama Implementasi Inisiatif Pembangunan Global, MoU Dialog Bersama Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan, MoU Kerja Sama Pembangunan Perdesaan dan Pengentasan Kemiskinan, MoU tentang Pertukaran Pengalaman untuk Tata Kelola dan Pembangunan Berkelanjutan, dan MoU tentang Pembentukan Mekanisme Koordinasi Promosi Bersama Poros Maritim Global dan Belt and Road Initiative.
Terdapat pula MoU Pendalaman Kerja Sama Bidang Kedokteran dan Kesehatan, MoU Penguatan Investasi dan Kerja Sama Ekonomi, dan MoU Peningkatan Kapasitas dan Pertukaran serta Kerja Sama dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Presiden Jokowi meyakini bahwa hubungan baik Indonesia dengan China akan makin kuat. ”Momentum baik ini harus kita manfaatkan untuk makin memperkokoh kerja sama bilateral serta meningkatkan kolaborasi dan kerja sama yang konkret bagi kawasan ataupun bagi dunia,” ujar Presiden Jokowi.