Ketika Sesepuh Militer Berkumpul di Parade Senja...
Rangkaian acara peringatan HUT ke-78 TNI masih berlangsung. Momen itu dinikmati pati dan purnawirawan TNI untuk bercengkerama di acara Parade Senja, yang sejak 2022 digelar di Kemhan dari sebelumnya di depan Istana.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·5 menit baca
Try Sutrisno, Panglima Angkatan Bersenjata RI (sekarang TNI) tahun 1988-1993, berjalan pelan usai menyaksikan Parade Senja yang diisi dengan Defile Pasukan di Lapangan Bela Negara, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (9/10/2023). Tangan kanannya digandeng oleh Kepala Staf TNI AD Jenderal Dudung Abdurachman dan kirinya dipegangi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Tampak Presiden ke-6 Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengekor dari belakang.
Di usianya yang hampir menginjak 88 tahun, Try masih aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan yuniornya. Digandeng Prabowo dan Dudung, rombongan kecil itu berjalan 50 meter menuju ruangan gala dinner atau jamuan makan malam yang terpisah dengan lapangan Bela Negara di halaman depan Kementerian Pertahanan tempat acara Parade Senja digelar untuk kedua kalinya di Kementerian Pertahanan.
Dari matahari terbenam hingga malam, mayoritas yang hadir merupakan kelompok militer, ada yang aktif dan tidak. Mereka mengenakan pakaian dinas upacara bernuansa putih kekuningan. Hal pembeda terletak pada pin nama yang mereka kenakan, purnawirawan berwarna putih dengan huruf hitam, sedangkan prajurit aktif berwarna sebaliknya.
Sama seperti suasana malam, bintang-bintang banyak menghiasi bahu-bahu para prajurit. Ada yang satu, dua, tiga, hingga empat. Mereka berserakan dan berbaur satu sama lain. Momen itu juga dimanfaatkan untuk melepas rindu antara senior-yunior yang dulu berdinas bersama.
Selain tokoh militer, juga ada pihak sipil yang hadir, misalnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo beserta jajaran Wakil Ketua MPR yakni Ahmad Basarah, Ahmad Muzani, Jazilul Fawaid, Yandri Susanto, dan Arsul Sani. Tampak pula Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Agus Andrianto.
Juga putra sulung Presiden SBY, Agus Harimutri, Ketua Umum Partai Demokrat, yang mengenakan seragam upacara militer, didampingi Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya dan lainnya. "AHY sebenarnya diundang sebagai putra pak SBY, jadi sebenarnya tidak ada undangan untuk politisi," ujar seorang petugas Istana saat dikonfirmasi Kompas, Senin malam.
Awal acara dibuka dengan seremoni penurunan bendera yang dipimpin Presiden Joko Widodo sebagai inspektur upacara. Saat itu, Jokowi duduk diapit oleh Prabowo di sisi kanan dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY di sisi kirinya. Sementara Dudung, Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali, dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo duduk di sekitar Presiden. Entah kenapa Panglima TNI Laksamana Yudo Margono tidak tampak hadir di acara tersebut.
Acara malam ini untuk kesinambungan antargenerasi, kepada senior sesepuh yang terus menunjukkan keteladanan kepada bangsa.
Saat acara jamuan makan malam, Presiden Jokowi tidak bisa hadir dan kembali ke Istana Bogor usai parade serta defile. Selain Sang Kepala Negara, semua yang hadir bergegas ke lokasi jamuan. Terlihat pula atase pertahanan negara lainnya turut mengikuti makan malam bersama.
Jamuan makan malam kemudian dibuka dengan seremoni dan penyematan tanda jasa ke sejumlah pihak. Kemudian, Prabowo menyampaikan sambutannya. Ia pun menyebut nama-nama anggota TNI aktif dan yang sudah purnawirawan. Mulai dari Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal (Purn) Wiranto hingga Ketua Umum Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (Pepabri) Jenderal (Purn) Agum Gumelar tersebut dalam sambutannya.
”Acara malam ini adalah bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-78 TNI. Ini acara peringatan untuk mengingatkan kita betapa pentingnya sejarah dan nilai-nilai yang telah diwarisi dari para pendahulu TNI,” ujar Prabowo.
Karena itu, wajar saja mulai dari prajurit aktif, purnawirawan, sesepuh TNI lainnya turut hadir dalam pertemuan itu. ”Acara malam ini untuk kesinambungan antargenerasi, kepada senior sesepuh yang terus menunjukkan keteladanan kepada bangsa,” lanjutnya.
Ia juga menyinggung kiprah Try Sutrisno, Agum Gumelar, Wiranto, dan SBY yang tercatat dalam sejarah dunia. Mereka dinilai contoh tentara yang mundur secara sukarela demi mengutamakan kepentingan demokrasi dan reformasi. Selain itu, empat orang itu juga dinilai sebagai tokoh yang berada di belakang layar mengawal reformasi hingga Indonesia memiliki demokrasi.
Dari depan Istana ke Kemhan
Dalam sejarahnya, Parade Senja yang sudah dua kali dipindahkan acaranya ke Lapangan Bela Negara di Kemhan, untuk pertama kalinya pada 17 Agustus 1980 digelar oleh Presiden Soeharto berlokasi di depan Istana Merdeka. Pada waktu itu, Presiden Soeharto sangat terkesan dengan upacara pergantian petugas jaga di Istana Buckingham, Inggris, bernama Sunset Parade.
Presiden Soeharto kemudian meniru parade serupa dengan nama acara Parade Senja, yaitu pergantian petugas jaga kompleks Istana Kepresidenan dengan lokasi depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara. Acara tersebut kemudian dirangkai dengan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus setiap tahun, yang bisa disaksikan oleh publik di luar Istana Merdeka. Selain penurunan Bendera Merah Putih di halaman Istana Merdeka, juga disertai defile pasukan TNI dan pertunjukan atraktif dari para TNI.
Setelah tak digelar lagi sejak 1997 pasca jatuhnya Presiden Soeharto, acara tersebut kemudian digelar kembali empat tahun kemudian dan dilakukan di depan istana Merdeka. Acara tersebut sejak pertama di gelar di Istana dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) bekerja sama dengan POM TNI.
Sejak 2022 Parade Senja dipindah ke Lapangan Bela Negara di Kemhan dan masih dipimpin oleh Presiden. Tradisi pergantian petugas jaga Istana pun kini hilang, dan diganti dengan upacara kebesaran militer dengan memaknai, di antaranya sejarah dan nilai-nilai para pewaris TNI dahulu.
Kesejahteraan prajurit
Setelah Prabowo, giliran SBY mewakili purnawirawan dan sesepuh yang memimpin negeri di masa lalu, menyampaikan pandangannya. Presiden ke-6 itu berharap negara bisa terus mengembangkan kemampuan dan kekuatan TNI untuk mengantisipasi tantangan dan ancaman bangsa ke depan.
SBY juga ingin agar kesejahteraan prajurit sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista). ”Bagaimana pun juga, kesejahteraan prajurit itu harus ditingkatkan termasuk penghasilan veteran, warakawuri, dan sebagainya,” lanjutnya.
Bagi dia, kapabilitas dan postur pertahanan RI terus mengalami kemajuan. Ketersediaan alutsista juga kian modern. Dengan demikian, SBY yakin kesejahteraan prajurit ke depan bisa semakin baik.
Menurut analis pertahanan dari Semar Sentinel, Fauzan Malufti, demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di TNI memang perlu meningkatkan pendapatan prajurit. Sebab, tantangan ke depan adalah modernisasi dan penggunaan teknologi yang lebih masif.
”Bagaimana generasi muda tertarik untuk masuk TNI dan digaji sebagai prajurit kalau gaji di pasar kerja sipil atau komersial masih jauh lebih menjanjikan? Apalagi bagi mereka yang punya kemampuan spesifik seperti teknologi informasi (IT) dan siber,” ungkapnya.
Dengan berkumpulnya para sesepuh bidang militer, diharapkan mereka bisa saling bertukar pikiran dan masukan perihal perbaikan ke depan. Sebab, keputusan yang mereka ambil akan menentukan masa depan pertahanan Indonesia.