PDI-P Gencarkan Lobi ke Partai Golkar
Berbatik kuning, Puan Maharani berkunjung ke kediaman Jusuf Kalla. Keduanya membicarakan situasi politik terkini selama lebih dari dua jam.
JAKARTA, KOMPAS — Kurang dari dua pekan jelang tahapan pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden dimulai, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggencarkan lobi politik untuk memperbesar dukungan terhadap bakal calon presiden yang diusung, yakni Ganjar Pranowo. Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Puan Maharani menemui sejumlah politisi senior Partai Golkar, termasuk Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla. Tidak tertutup kemungkinan, akan ada pertemuan lanjutan dengan politisi lain dari partai berlambang beringin itu.
Puan bertemu dengan Jusuf Kalla di kediaman Kalla di bilangan Brawijaya, Jakarta, Rabu (4/10/2023). Puan yang didampingi Ketua DPP PDI-P Said Abdullah diterima oleh Kalla dan istri, Nyonya Mufidah Jusuf Kalla, yang didampingi oleh mantan Wakil Kepala Polri Syafruddin. Mereka berbincang sambil makan siang dengan menu coto Makassar dan dendeng balado batokok secara tertutup selama lebih dari dua jam.
Seusai pertemuan, Puan menjelaskan, pertemuan antara dirinya dan keluarga Kalla berlangsung dalam nuansa kekeluargaan. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan saat Kalla menjabat wakil presiden itu mengaku telah menganggap Kalla sebagai orangtuanya sendiri. Keduanya pun kerap berdiskusi mengenai situasi politik.
Baca juga: Situasi Masih Dinamis, Sejumlah Parpol Belum Ingin "Terkunci" Koalisi
Selama perbincangan berlangsung, tambah Puan, ia pun meminta pandangan dan pendapat Kalla mengenai situasi politik dan ekonomi terkini. Hal itu penting untuk diperhatikan pada tahun politik. ”Terus terang tadi saya bertanya, apa pandangan Bapak tentang politik terkini. Beliau menyampaikan secara gamblang, panjang, dan itu menjadi masukan buat saya yang masih harus banyak belajar di dunia perpolitikan ini,” ungkapnya.
Terus terang tadi saya bertanya, apa pandangan Bapak tentang politik terkini. Beliau menyampaikan secara gamblang, panjang, dan itu menjadi masukan buat saya yang masih harus banyak belajar di dunia perpolitikan ini.
Puan tidak memungkiri, pertemuan dengan Kalla merupakan lanjutan dari komunikasi politik ke politisi senior Partai Golkar lain yang telah ia lakukan. Pekan lalu, Puan juga bertemu dengan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar yang juga menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Pertemuan dimaksud diunggah Puan di akun media sosialnya.
Komunikasi politik dengan Partai Golkar, lanjut Puan, juga tidak berhenti di situ. Tidak tertutup kemungkinan, ia akan kembali menemui politisi Partai Golkar yang lain sebelum pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum pada 19 Oktober—25 November mendatang. ”Bisa saja,” ujar Puan.
Puan juga tidak menampik bahwa rangkaian pertemuan dengan politisi Partai Golkar ini dilakukan untuk memperbesar dukungan terhadap bakal capres dari PDI-P, Ganjar Pranowo. Saat ini, gabungan parpol pendukung Ganjar terdiri dari PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Perindo, dan Partai Hanura.
Tanda-tanda (Partai Golkar bergabung dengan PDI-P) mungkin ya, tetapi itu tanyakan ke Mas Airlangga, ketua umumnya.
Sementara Partai Golkar merupakan bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) bersama dengan Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Gelora. KIM telah mendeklarasikan Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal capres 2024.
Kendati demikian, Puan belum bisa memastikan apakah Partai Golkar akan bergabung dengan barisan parpol pendukung Ganjar. Hal itu mesti dipastikan kepada Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. ”Tanda-tanda (Partai Golkar bergabung dengan PDI-P) mungkin ya, tetapi itu tanyakan ke Mas Airlangga, ketua umumnya,” kata Puan yang hadir ke kediaman Kalla mengenakan kemeja batik bernuansa kuning.
Selain Kalla, menurut rencana, Puan juga akan bertemu dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, Kamis (5/10/2023). Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni membenarkan rencana yang telah diatur oleh pengurus DPP PDI-P itu. ”Besok pukul 13.00 di sebuah restoran di daerah Menteng. Silaturahmi selalu baik. Semoga pertemuan Mas Kaesang dan Mbak Puan berbuah kebaikan yang banyak,” ujar Raja Juli.
Saling menghormati
Kalla menambahkan, pertemuan dengan Puan tentu tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan mengenai politik kebangsaan. Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, semua parpol dan gabungan parpol memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk mengusung bakal capresnya, baik PDI-P yang mengusung mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, KIM yang mengusung Prabowo Subianto, maupun Koalisi Perubahan yang mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Saya, kan, bilang, semua optimistis. Semua akan ada kesempatan. PDI-P atau Ganjar punya kesempatan, Pak Prabowo punya kesempatan, Pak Anies punya kesempatan. Tergantung kalian (rakyat) yang memilih, bagaimana baiknya.
”Saya, kan, bilang, semua optimistis. Semua akan ada kesempatan. PDI-P atau Ganjar punya kesempatan, Pak Prabowo punya kesempatan, Pak Anies punya kesempatan. Tergantung kalian (rakyat) yang memilih, bagaimana baiknya,” tutur Kalla.
Di tengah konteks adanya tiga poros itu, ia mengajak semua pihak untuk memiliki tujuan yang sama dalam mengikuti Pilpres 2024, yakni untuk kemajuan bangsa. Menurut dia, saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang tidak terlalu bagus sehingga jika diperkeruh, akan berdampak buruk bagi kehidupan bangsa. ”Jadi, kita harus bersatu. Walaupun kita berbeda pilihan, tetapi tetap bersatu dalam tujuan dan cara, jangan memperkeruh republik ini,” kata Kalla.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Melchias Marcus Mekeng tidak memungkiri, pertemuan Puan dengan sejumlah politisi senior Partai Golkar merupakan upaya untuk memperbesar gabungan parpol pendukung Ganjar. Menurut dia, hingga pendaftaran capres dan cawapres dimulai, wajar apabila PDI-P menggencarkan berbagai manuver untuk membangun koalisi yang kuat. Koalisi yang kokoh dibutuhkan untuk menjaga stabilitas politik agar pilpres dan pemilihan anggota legislatif tidak berdampak buruk bagi masyarakat.
”Ini, kan, perlu suatu koalisi yang besar dan kuat. Tentu PDI-P mencari mitra-mitra yang bisa sealiran. Ideologinya sama dan segala macam. Buat saya ini wajar, karena membangun negara ini, kan, tidak mungkin sendirian, harus bersama-sama,” ujar Melchias.
Potensi bergabung
Melchias pun tidak memungkiri kemungkinan Partai Golkar untuk berpindah koalisi. Apalagi jika Partai Golkar tidak mendapatkan pembagian kekuasaan yang setara dengan dukungan yang bisa diberikan. Hal itu terkait dengan posisi Partai Golkar sebagai partai pemilik kursi terbanyak kedua di DPR setelah PDI-P.
Potensi itu selalu ada. Saya, kan, pernah bicara juga bahwa koalisi semestinya yang diuntungkan bukan cuma diri sendiri, tetapi mitra koalisi juga harus mendapatkan perhatian dan di KIM ini, kan, Golkar yang paling banyak kursinya. Masak, enggak diperhitungkan. Cawapreslah paling tidak, menteri, mah, pasti dapat.
”Potensi itu selalu ada. Saya, kan, pernah bicara juga bahwa koalisi semestinya yang diuntungkan bukan cuma diri sendiri, tetapi mitra koalisi juga harus mendapatkan perhatian dan di KIM ini, kan, Golkar yang paling banyak kursinya. Masak, enggak diperhitungkan. Cawapreslah paling tidak, menteri, mah, pasti dapat,” katanya.
Di KIM, Partai Golkar mengajukan Airlangga Hartarto untuk menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo. Airlangga pun kerap disebut sebagai salah satu yang dipertimbangkan oleh Prabowo selain Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir yang diusulkan Partai Amanat Nasional (PAN), Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Akan tetapi, belum ada kepastian pengambilan keputusan hingga saat ini.
Selama belum diputuskan secara resmi di KPU, ya, itu masih bisa berubah.
Karena itu, kata Melchias, Partai Golkar masih mungkin akan mengubah dukungan. ”Selama belum diputuskan secara resmi di KPU, ya, itu masih bisa berubah,” ujarnya.
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, melihat, PDI-P memang masih menggencarkan lobi politik untuk memperbesar dukungan terhadap Ganjar. Akan tetapi, hal itu tidak terkait langsung dengan upaya memastikan kemenangan di Pilpres 2024. Sebab, tidak ada jaminan utuh bahwa jumlah keanggotaan parpol koalisi berkorelasi positif dengan kemenangan pada pemilu.
Menurut Wasisto, hal itu terjadi karena faktor ketokohan masih menjadi faktor utama penentu kemenangan. Dalam pilpres, pilihan publik ditentukan oleh sosok yang berkontestasi ketimbang parpol pengusung.
Baca juga: Koalisi Indonesia Maju Segera Umumkan Cawapres Prabowo Subianto
Akan tetapi, dalam konteks gabungan parpol, PDI-P membutuhkan Partai Golkar untuk membangun koalisi yang kokoh untuk menjaga stabilitas politik. Sebagai partai terbesar kedua, Partai Golkar bisa memediasi relasi antarparpol, baik di koalisi maupun oposisi. ”Peran itu yang membuat posisi Golkar menjadi signifikan. Partai ini adaptif untuk bisa konsisten masuk kekuasaan sejak tahun 1999,” kata Wasisto.
Namun, menurut dia, bukan hal mudah bagi PDI-P untuk meyakinkan Partai Golkar yang telah bergabung dengan KIM. Dibutuhkan daya tawar lebih untuk mendorong partai berlambang beringin itu untuk berpindah haluan.