Tampil Kompak di Rakernas, Megawati, Jokowi, dan Ganjar Tepis Isu Keretakan
Bakal capres Ganjar Pranowo bersama-sama Presiden Jokowi menggandeng tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat menuruni panggung dalam pembukaan Rakernas IV PDI-P di Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Presiden Joko Widodo dan bakal calon presiden yang diusung PDI-P, Ganjar Pranowo (kanan), bersama-sama memegang tangan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk turun panggung pada acara pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDI-P di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, dan bakal calon presiden dari PDI-P, Ganjar Pranowo, tampil kompak saat menghadiri pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDI-P di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023). Kekompakan itu menepis spekulasi keretakan hubungan di antara mereka di tengah menghangatnya suhu politik lima bulan jelang Pemilihan Presiden 2024.
Mengawali rangkaian pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV, Megawati dan Jokowi berjalan berdampingan memasuki lokasi acara di Hall C JIExpo. Keduanya diapit oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Ketua DPP PDI-P yang juga putra Megawati, Prananda Prabowo. Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, yang juga putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, berjalan di belakang mereka, disusul oleh Ganjar Pranowo.
Megawati, Ganjar, Prananda, dan Gibran kompak mengenakan seragam partai bernuansa merah dan hitam. Hanya Jokowi yang mengenakan kemeja batik, tetapi tetap bernuansa merah dan hitam. Sepanjang acara, Megawati duduk diapit Jokowi dan Ma’ruf Amin. Sementara Ganjar duduk di sebelah Jokowi.
Kekompakan di antara mereka semakin terasa ketika pembukaan Rakernas IV bertema ”Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Rakyat” hampir selesai. Seusai menerima benih padi jenis MSP (Mari Sejahterakan Petani) dari perwakilan petani yang juga peneliti, Megawati, Jokowi, dan Ganjar berfoto bersama di atas panggung. Saat Megawati menuruni panggung, Ganjar memegang tangan Presiden kelima RI itu, yang kemudian diikuti oleh Jokowi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menjelang berpidato di atas panggung dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDI-P di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Selain elite dan kader PDI-P, pembukaan Rakernas IV juga dihadiri para ketua umum partai politik pendukung Ganjar, yakni Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Oedang, dan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo. Sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Maju, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, serta para menteri dari PDI-P, turut hadir di agenda tersebut.
Kedaulatan pangan
Tak hanya dari pakaian dan gerak-gerik, kekompakan di antara Megawati, Jokowi, dan Ganjar juga terlihat dari pidato yang mereka sampaikan. Dalam pidatonya, Megawati menyampaikan, PDI-P telah merumuskan konsepsi yang juga bakal menjadi visi dan misi partai dalam menghadapi Pemilu 2024, yakni kedaulatan pangan. Konsepsi tersebut diusung karena tidak terlepas dari situasi yang tengah dihadapi bangsa.
Saat ini, kata Megawati, bangsa Indonesia mulai ketergantungan impor bahan pangan, terutama gandum, bahan yang tak bisa ditanam di Indonesia. Hal itu memprihatinkan karena Indonesia memiliki berbagai jenis sumber pangan lokal yang semestinya dikembangkan. Apalagi, penelitian mengenai jenis pangan lokal itu juga terus dilakukan oleh para peneliti di Indonesia.
Menurut dia, ketergantungan pada bahan pangan dari negara lain itu berbahaya. Di tengah konteks geopolitik saat ini, negara-negara penghasil mulai menghentikan ekspor. Karena itu, Indonesia harus mulai memprioritaskan kedaulatan pangan dengan mengembangkan sumber pangan lokal. Kedaulatan pangan pun bisa menjadi lambang supremasi kepemimpinan Indonesia di mata dunia.
Hal ini bukan pertama kali disampaikan PDI-P jelang Pemilu 2024. Konsepsi yang sama juga sudah jauh-jauh hari dikemukakan oleh Presiden pertama RI Soekarno yang mengatakan bahwa pangan merupakan hidup dan matinya suatu bangsa. Keberpihakan terhadap petani juga menjadi salah satu gagasan utama Soekarno yang dikenal dengan Marhaenisme.
”Persoalan pangan tidak hanya bisa dijawab secara teknokratis, sebab masalah pangan sangat erat dengan aspek ideologis tentang keberpihakan,” kata Megawati di hadapan para petani dan nelayan yang juga dihadirkan pada pembukaan Rakernas IV.
Untuk itu, lanjut Megawati, PDI-P telah membuat poin-poin rancangan kebijakan dari hulu ke hilir untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Hal itu juga dengan memperhatikan keberpihakan kepada petani dan nelayan sebagai soko guru kedaulatan pangan.
Ganjar mengatakan, kedaulatan pangan perlu diarahkan menjadi swasembada bahan pokok agar negara mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu bisa dilakukan dengan mendorong riset dan teknologi pertanian tingkat tinggi. Misalnya, teknologi modifikasi cuaca dan pertanian pintar, yang didukung oleh kebijakan data terintegrasi atau satu data.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Bakal calon presiden PDI-P Ganjar Pranowo, Presiden Joko Widodo, dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri (dari kiri ke kanan) duduk bersama dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional IV PDI-P di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Menurut dia, politik pangan krusial karena bersentuhan dengan hampir seluruh aspek kehidupan. Hal itu juga akan menjadi investasi besar bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, Ganjar mengajak seluruh kader dan sukarelawan parpol pendukung dirinya untuk menyampaikan gagasan tersebut langsung kepada rakyat dari rumah ke rumah.
Langsung dijalankan
Sementara itu, Jokowi mengungkapkan telah menyampaikan kepada Ganjar untuk segera melaksanakan konsepsi kedaulatan pangan jika terpilih sebagai Presiden kedelapan RI. Gagasan besar itu harus disertai dengan langkah taktis agar visi kedaulatan pangan bisa segera terwujud.
”Tadi saya berbisik ke beliau (Ganjar). Pak, nanti setelah dilantik, besoknya langsung masuk kedaulatan pangan. Tak usah lama-lama. Perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik, besok langsung masuk ke kerja kedaulatan pangan sehingga swasembada pangan, ketahanan pangan, dan kedaulatan pangan itu dimiliki Indonesia,” ujar Jokowi.
Presiden menambahkan, hal itu penting karena kondisi pangan dunia kian mengkhawatirkan setelah 22 negara menghentikan keran ekspor produk seperti beras, gula, dan gandum. Belum lagi ancaman perubahan iklim dan kondisi geopolitik dunia yang berkaitan dengan pasokan pangan. Jika itu semua berlanjut, harga bahan pangan terancam naik.
Ini menunjukkan sinyal yang sangat kuat dari Presiden Jokowi terhadap Pak Ganjar Pranowo. Jadi pangan mempersatukan, pangan membangun komitmen pemenangan pemilu legislatif dan presiden secara bersama-sama.
Oleh karena itu, pemimpin Indonesia ke depan perlu memiliki konsep taktis yang mendetail. Tidak sekadar gagasan yang bagus, tetapi mengawang-awang. ”Saya yakin Pak Ganjar mampu menyelesaikan ini (permasalahan pangan). Sekali lagi, 5-10 tahun ke depan, visi taktis itu harus kita miliki, perencanaan yang detail agar jelas berapa waktu yang dibutuhkan, berapa embung dan kilometer irigasi yang harus disiapkan,” ungkap Presiden Jokowi.
Sinyal dukungan
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto ditemui seusai pembukaan Rakernas IV mengatakan, kekompakan ini menunjukkan bahwa Megawati, Jokowi, dan Ganjar berada dalam satu napas kepemimpinan yang dimulai oleh Soekarno. Ketiganya dipersatukan oleh gagasan dan keberpihakan terhadap petani untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Di masa kepemimpinan masing-masing, Soekarno telah membangun falsafah pembebasan yang berasal dari petani, Megawati menyelesaikan krisis, Jokowi membangun infrastruktur, sedangkan Ganjar telah diminta langsung oleh Jokowi untuk melaksanakan visi tersebut secara cepat.
”Ini menunjukkan sinyal yang sangat kuat dari Presiden Jokowi terhadap Pak Ganjar Pranowo. Jadi pangan mempersatukan, pangan membangun komitmen pemenangan pemilu legislatif dan presiden secara bersama-sama,” kata Hasto.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto memasuki ruangan konferensi pers di Gedung High End Kompleks MNC Tower, Jakarta, untuk menjelaskan mengenai pertemuan pimpinan partai politik pengusung bakal calon presiden Ganjar Pranowo pada Pemilihan Presiden 2024, Rabu (13/9/2023).
Menurut dia, arahan dari Jokowi juga akan segera dilaksanakan. Setelah menyusun visi kedaulatan pangan secara ideologis, pihaknya akan melanjutkan pada rumusan teknokratis dan taktis.
Sebelumnya, isu keretakan hubungan antara Megawati, Jokowi, dan Ganjar sempat berembus. Hal itu terkait dengan spekulasi dukungan Jokowi terhadap bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan beredarnya kabar bahwa Gibran diincar menjadi bakal calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo. Pekan lalu, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, juga ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang belakangan menunjukkan kedekatan dengan Prabowo.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melihat, kehadiran Jokowi dan Gibran yang tidak hanya mengenakan pakaian khas PDI-P, tetapi juga memberikan dukungan implisit kepada Ganjar telah menepis anggapan bahwa Jokowi bakal berseberangan dengan PDI-P di Pilpres 2024. Dalam konteks ini, Jokowi cenderung tengah memperluas pengaruhnya di semua parpol tanpa memosisikan dirinya berhadapan dengan PDI-P. ”Ini membuat situasi lebih sejuk,” katanya.
Menurut Yunarto, suasana menjadi semakin sejuk karena PDI-P mulai memilih untuk masuk ke politik yang lebih substantif. Dalam Rakernas IV, PDI-P lebih banyak bicara mengenai politik kebijakan, bukan politik elektoral, meski pilpres sudah semakin dekat. Ini merupakan pilihan bijak karena pembahasan politik elektoral kerap membuat rumor lebih mudah menyebar dan berdampak kontraproduktif.
KOMPAS/PRADIPTA PANDU
Yunarto Wijaya
”Dengan memasukkan politik kebijakan, misalnya membahas pangan, minimal ada satu benang merah kesamaan isi pidato Megawati, Jokowi, dan Ganjar. Itu yang menyebabkan suasana menjadi sejuk,” ujar Yunarto.