Muhaimin Iskandar Klaim Kantongi Modal 39 Juta Suara
Bakal cawapres dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar, mengklaim memiliki modal dukungan hingga 39 juta suara untuk memenangkan Pilpres 2024.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan Partai Keadilan Sejahtera menerima Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden pendamping Anies Rasyid Baswedan menambah kekuatan Koalisi Perubahan untuk menghadapi Pemilihan Presiden 2024. Tak hanya menguasai lebih dari 29 persen kursi DPR, Koalisi Perubahan juga mengklaim punya modal dukungan hingga 39 juta suara.
”Dukungan dari PKS ini akan menambah pasukan, terutama di basis-basik kekuatan PKS. Basis PKS itu ada di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan beberapa daerah di Sumatera,” kata Muhaimin Iskandar di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (16/9/2023).
PKS memutuskan untuk mendukung Muhaimin sebagai pendamping Anies dalam Musyawarah IX Majelis Syura, Jumat (15/9/2023). Dengan keputusan itu, kekuatan dukungan untuk pasangan Anies-Muhaimin menjadi semakin besar. Setidaknya tiga partai politik anggota Koalisi Perubahan, yakni Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan PKS, menguasai 167 kursi atau lebih dari 29 persen kursi DPR.
Muhaimin menegaskan, dengan bertambahnya dukungan itu, potensi kemenangan bagi pasangan Anies-Muhaimin juga semakin besar. Apalagi, menurut Muhaimin, modal suara dari tiga parpol Koalisi Perubahan sudah lebih dari 39 juta suara.
Pada Pemilu 2019, PKB meraih 13,5 juta suara atau mencapai 9,69 persen dari total suara sah nasional. Adapun Partai Nasdem meraih 12,6 juta suara (9,05 persen) dan PKS 11,49 juga suara (8,21 persen).
Meski telah mengantongi modal suara yang relatif besar, Muhaimin menyampaikan bahwa Koalisi Perubahan masih membuka diri kepada parpol lain yang ingin bergabung. ”Pasti kami berharap ada partai-partai lain untuk bisa bergabung. Sejauh ini belum ada (parpol yang ingin bergabung), tetapi tiga partai ini sudah solid,” ujar Muhaimin.
Dengan bertambahnya dukungan itu, potensi kemenangan bagi pasangan Anies-Muhaimin juga semakin besar.
Seiring dengan itu, PKB akan terus memperkuat basis suara di Jawa Timur. Penguatan basis suara itu dilakukan dalam tiga level, yakni level kultur, level struktur PKB, dan level milenial atau kaum muda.
”Nah, tiga segmen ini yang akan dikonsentrasi oleh PKB. Di Jawa Timur, kami akan terus menggerakkan kader, menggerakkan seluruh potensi jemaah kami, kelompok-kelompok masyarakat, serta tokoh-tokoh. Insya Allah akan solid,” tegas Muhaimin.
Tak andalkan keberlanjutan
Poros Koalisi Perubahan yang telah mengusung pasangan Anies-Muhaimin menilai pergantian kepemimpinan harus disertai perbaikan program pemerintah. Calon suksesor tak bisa hanya mengandalkan narasi keberlanjutan atas apa yang telah dilakukan pemerintahan sebelumnya, melainkan harus mampu membawa gagasan pembaruan.
Juru bicara Anies Baswedan, Sudirman Said, dalam jumpa pers di Sekretariat Koalisi Perubahan, Jakarta, Sabtu, mengatakan, sekalipun Anies sejak awal dipersepsikan berada di luar pemerintahan, tidak bisa semata-mata dikatakan akan ada perubahan total dalam program yang telah dibangun oleh pemerintah sebelumnya. Begitu pula, tak bisa dikatakan program yang telah ada akan terus berkelanjutan.
”Setiap pemerintahan pasti ada unsur kelanjutan, ada unsur perubahan. Maka disebut sebagai change and continuity, kami memandangnya begitu,” ujar Sudirman.
Karena itu, pada berbagai kesempatan, Anies sering menyampaikan bahwa sejak awal menyusun program, Koalisi Perubahan menggunakan empat lajur matriks. Pertama, program apa yang baik dan harus diteruskan. Kedua, program yang memerlukan dikoreksi. Ketiga, program yang mungkin perlu dibatalkan karena dianggap tidak tepat lagi. Keempat, program yang merupakan tawaran baru dari pasangan Anies-Muhaimin.
”Jadi, pembaruan, perbaikan, penyempurnaan itu merupakan satu kebutuhan, bukan karena ingin melawan yang sekarang, tidak. Pertama memang Bapak Presiden Joko Widodo akan selesai pada waktunya, Oktober tahun depan. Karena itu, siapa pun yang hadir harus menyajikan perbaikan. Harus. Kalau yang hadir hanya menyampaikan, ’saya meneruskan yang kemarin.’ Gunanya pemilu apa?” tegas Sudirman.
Bagi Sudirman, pemilu adalah kesempatan terbaik untuk menghadirkan pembaharuan. Pembaharuan ini meliputi energi yang baru, pikiran yang baru, program yang baru. Meski demikian, semua itu harus tetap dilakukan dengan menghargai hal-hal yang telah dicapai oleh presiden selama ini.
”Jadi, tidak ada pikiran sama sekali untuk membubarkan apa yang sudah dicapai, tetapi juga tidak pas kalau kita hanya mengatakan meneruskan apa yang ada,” tutur Sudirman.