Banyak Persenjataan yang Tua, TNI AD Butuh Peremajaan Alutsista
”Alutsista TNI AD banyak yang sudah tua. Contohnya itu meriam-meriam artileri medan (armed) yang dari tahun 1940-an tetapi masih digunakan,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Hamim Tohari.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Alat utama sistem persenjataan milik TNI Angkatan Darat banyak yang sudah tua tetapi masih tetap digunakan, seperti meriam artileri medan, artileri pertahanan udara, dan kendaraan kavaleri. Di sisi lain, penambahan alutsista baru yang setiap tahun diterima TNI AD belum signifikan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Hamim Tohari, Rabu (13/9/2023), mengatakan, rencana strategis dan usulan peremajaan alutsista terus diajukan oleh matra darat. Namun, kebijakan anggaran ada pada Kementerian Pertahanan.
”Alutsista TNI AD banyak yang sudah tua. Contohnya itu meriam-meriam artileri medan (armed) yang dari tahun 1940-an tetapi masih digunakan,” ujarnya saat coffee morning bersama wartawan di Markas Besar TNI AD, Jakarta.
Alutsista yang dimaksud adalah meriam M-48 76 mm. Meriam gunung itu merupakan artileri medan buatan Yugoslavia tahun 1948 yang digunakan oleh TNI AD sejak 1959. Selain itu, ada pula artileri pertahanan udara (arhanud) dan kendaraan-kendaraan tempur lainnya yang butuh peremajaan.
Helikopter penerbangan operasional yang dimiliki TNI AD, kata Hamim, juga sangat sedikit, seperti Mi-17 dan jenis Bell. Apalagi, satu helikopter Bell 412 baru saja jatuh dan terbakar di Bandung, Jawa Barat, pada 28 Mei 2023.
”Permasalahan yang dihadapi TNI AD cenderung sama dengan matra lainnya. Baik TNI AL maupun TNI AU juga mengajukan kebutuhan maksimal untuk peremajaan,” ujarnya.
Barangkali, Kementerian Pertahanan memiliki prioritas berbeda. Mungkin saat ini masih matra laut dan udara.
Setiap tahun TNI AD tetap mendapat alutsista baru, tetapi tidak signifikan. Alutsista itu berupa hasil produksi rekayasa teknologi transportasi dari PT Pindad. Selain itu, alutsista terbaru yang diterima TNI AD adalah roket Astros II MK 6 dan rudal Mistral.
Hamim menambahkan, penentu kebijakan dan pengolah anggaran adalah Kemenhan yang akan menentukan prioritas kebutuhan. ”Barangkali, Kementerian Pertahanan memiliki prioritas berbeda. Mungkin saat ini masih matra laut dan udara,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap anggaran Kemenhan tahun 2024 bisa meningkat agar rencana strategis peremajaan alutsista TNI AD bisa menjadi prioritas. Secara spesifik, pemerintah menargetkan capaian kekuatan pokok minimal (minimum essential force/MEF) 100 persen. Pada awal 2023, TNI AU baru mencapai 51,51 persen. Sementara dua matra lain, TNI AD 76,23 persen dan TNI AL, 59,69 persen hingga 2021.
Analis pertahanan dari Semar Sentinel, Fauzan Malufti menyebutkan, semua matra pada dasarnya membutuhkan modernisasi alutsista. Namun, saat ini peremajaan terkesan fokus pada TNI AU dan TNI AL. Hal ini karena alutsista matra udara dan laut lebih mahal serta kompleks. Selain itu, potensi ancaman dari luar utamanya berasal dari dimensi udara dan laut.
Matra darat, yakni TNI AD, pada dasarnya sudah banyak mendapatkan jatah modernisasi seperti tank Leopard, helikopter Apache, meriam Caesar, dan peluncur roket Astros. Kemhan juga baru-baru ini berencana membeli 24 helikopter Black Hawk.
”Kendati begitu, modernisasi matra darat juga penting. Perbatasan, pusat populasi, ekonomi, dan pemerintahan itu adanya di daratan. TNI AD tetap memainkan peran penting untuk membantu matra lain,” jelasnya.
Penguatan AL dan AU
Pada pertengahan Agustus lalu, Kemenhan menyerahkan dua kapal perang RI, yaitu KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732, untuk menambah kekuatan TNI AL. Selain itu, tiga dari lima pesawat C-130J Super Hercules untuk TNI AU juga telah tiba di Tanah Air.
Baru-baru ini pula, Pemerintah Indonesia dan Boeing menandatangani nota kesepahaman pembelian 24 pesawat jet tempur F-15EX. Saat ini, Kemenhan juga tengah menunggu kedatangan pesawat tempur Rafale dari Perancis.
Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan Edwin Sumantha menuturkan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kembali membuat gebrakan untuk memperkuat alutsista TNI. Kini, TNI AL akan mendapatkan alutsista baru berupa submarine rescue vehicle system (SRVS) untuk mengevakuasi awak kapal selam yang tenggelam.
Adapun Kemenhan dan PT BTI Indo Tekno telah menandatangani kontrak pengadaan SRVS pada 1 September 2023. Kesepakatan penting ini mencakup penyediaan kapal selam penyelamat berteknologi canggih SRV-F Mk 3 serta kapal induk khusus yang dirancang dalam mendukung misi penyelamatan kapal selam darurat.
”Dengan penandatanganan kontrak tersebut, Indonesia akan menjadi operator SRVS tercanggih di kawasan. Ini mendongkrak kemampuan dan kesiapan tempur armada kapal selam Indonesia serta menjamin keselamatan kru yang mengoperasikannya,” tutur Edwin.